Bab 16 Belum siap

Dalam waktu kurang dari 10 menit, Ica keluar kamar menyusul Brama yang sudah lebih dulu bergabung di meja makan.

"Ca, sini sayang.. kita makan sama-sama, besok pagi kalian sudah berangkat"

Mama Sarah mengambilkan piring untuk Ica.

Ica duduk tanpa ekspresi lalu menyantap makan malam nya tanpa mengeluarkan suara.

"Om... Om.. Nanti Cika boleh ya main kelumah Om Lama... sebab, pasti nanti Cika kangen ama Ante Ica!"

Celoteh Cika disela-sela makan malam.

"Ya tentu saja donk sayang... Cika boleh main kapanpun Cika mau atau besok Cika mau ikut, nanti pulangnya oom anter"

Sambung Brama.

"Gak ah... Ntar aja, Cika maunya kesana sama Bunda, sama Ayah, sama Nenek, sama Kakek juga.."

Jawab Cika sembari menggelengkan kepalanya.

Semua tertawa mendengar celoteh bocah 4 tahun yang sangat menggemaskan itu, kecuali Ica yang terus mengaduk-aduk dan berkonsentrasi dengan piring dihadapannya.

Hingga makan malam selesai, dan satu persatu anggota keluarga meninggalkan ruangan menuju kamar masing-masing termasuk Brama.

Ica yang masih duduk di depan televisi bergidik ngeri, hatinya bercampur aduk.

Ica belum siap menyerahkan segala miliknya kepada Brama, walau kini ia sudah sah menjadi istri Brama namun hatinya masih tetap milik Bayu.

Walaupun Ica sadar, mungkin saja saat ini Bayu tengah bercumbu mesra dengan Istrinya.

"Bay, masihkah kamu memikirkan Aku seperti Aku sekarang??"

Batinnya.

Ica berjalan masuk ke kamar dengan jantung berdegup kencang.

Dengan sangat pelan-pelan Ica mencoba membuka handle pintu,

Klek!

Dan ada perasaan lega ketika ia melihat Brama tengah berbaring dan terpejam.

"Huffhh... syukur deh sudah tidur duluan"

Ujarnya dalam hati kemudian berjinjit pelan menuju tempat tidur.

Sampai di depan Brama, jantung Ica seperti terlepas ketika tiba-tiba Brama membuka matanya.

"Ca... kamu sudah masuk?"

Sapa Brama tersenyum genit.

Mata ica membulat, nafasnya tak beraturan.

Tiba-tiba saja udara di dalam kamar berubah pengap, hingga membuat wajah dan tubuh Ica gerah dan berkeringat.

Bahkan berkali-kali ia menelan ludah.

"Ca, Kamu kenapa? kok keringetan gitu? kamu kepanasan ya?? apa kamu sakit?"

"Eh... Ehm.. Gak, gak papa..."

Jawab Ica gugup.

Brama bangkit dari tempat tidur, mendatangi Ica.

"Buka baju ya..."

Goda Brama menyentuh bahu Ica.

"Bram, Aku ngantuk... besok mesti bangun pagi"

Tepis Ica segera naik keatas tempat tidur.

Brama mendelikkan mata dan mengangkat bahunya.

"Oke... selamat tidur"

Brama kembali membaringkan tubuhnya disamping Ica.

"Ehm..Ca, tapi apa kamu gak mau memberi Aku satu kecupan pengantar tidur?"

Pertanyaan yang membuat Ica kembali membuka matanya yang baru saja dipaksa terpejam.

Betapa kagetnya Ica ketika tiba-tiba saja wajah Brama sudah berada tepat dihadapannya.

"Bram...!!"

Pekik Ica yang tertahan jari Telunjuk Brama.

Dan ica tak sempat kembali berbicara ketika bibir Brama lebih dulu menyumbat bibir mungilnya.

sebuah kecupan yang hampir membuat ica kehabisan nafas baru saja terjadi.

"Selamat tidur sayang, sampai jumpa di malam-malam terindah kita disana nanti ya"

Ujar Brama tersenyum nakal, kemudian tidur membelakangi Ica yang masih terbelalak tak percaya, bahwa baru saja ia dan Brama berciuman panas, hal yang sungguh tak pernah ia bayangkan meski dalam mimpi.

Ica memegangi bibirnya, air matanya mengalir, perasaan yang sungguh berbeda dengan yang pernah terjadi ketika Bayu mengecupnya malam itu.

Bersambung***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!