"Aku minta maaf."
Runa tercengang.
"Aku mengakui kesalahanku."
Setelah sekian lama tertahan oleh ego, Dayan akhirnya bisa mengucapkan itu. Walau pahit di mulutnya dan terasa memalukan setelah semua yang ia lakukan secara sadar, Dayan benar-benar ingin minta maaf.
"Aku menjadikan kematian Zion sebagai alasan. Walaupun itu memang satu-satunya alasanku membencimu dan aku bersungguh-sungguh menyalahkanmu setelah semuanya."
Dayan merapatkan bibirnya. "Tapi aku tahu kamu tidak bertanggung jawab."
Mungkin sejak awal, Dayan sebenarnya sudah tahu. Ia sudah sangat tahu dan mengerti bahwa Runa tidak menjadi penyebab. Alasan Dayan membencinya adalah karena Runa yang jadi alasan Zion pergi dari rumah.
Tapi terlepas dari apa pun, semua itu seharusnya tidak jadi alasan ia menyakiti seseorang. Itu seharusnya tidak jadi alasan ia membuat dirinya jadi monster di hadapan seorang wanita.
Menikahinya, menjebaknya dalam hubungan ini hanya demi menyiksanya.
"Maaf." Dayan merasa semakin menyesal seiring dari ucapannya keluar.
Runa yang mendengar semua kalimat itu keluar dari mulut Dayan justru mengepal tangannya kuat-kuat. Apa itu? Apa maksudnya sekarang dia minta maaf padahal dia rela melakukan apa saja demi menyiksa Runa?
Maksudnya sekarang ayo berdamai dan besarkan anak ini bersama-sama?
Tidak! Runa tidak akan tertipu.
"Keluar." Padahal belakangan ia sudah tak menangis tapi hanya beberapa saat bicara dengannya, Runa sudah bersimbah air mata. "Keluar kalau memang kamu khawatir pada bayi di perutku."
Keluar sebelum Runa muntah mendengarnya.
*
Jenar baru saja selesai mandi ketika suara ketukan pintu terdengar di apartemennya. Karena Jenar baru pulang dari luar negeri, jarang ada pengunjung di tempatnya. Penasaran siapa itu, Jenar datang membukanya walau belum memakai apa pun selain handuk.
"Selamat siang, Tuan."
Orang asing tapi dari pakaiannya yang rapi, dia seperti seorang pesuruh profesional.
"Selamat siang." Jenar mengangkat alis. "Ada apa?"
"Saya datang mewakili Nona Hestia Narendra. Beliau mengirim surat pribadi untuk Anda."
Eh? Hestia Narendra maksudnya Narendra yang itu? Wanita yang berhasil membuat Dayan bertekuk lutut sejak masa remaja? Kenapa dia mengirim surat pada Jenar?
"Silakan dibaca dan beri jawaban, Tuan."
Jenar menerima surat beramplop emas itu. Membaca tulisan indah nan rapi dari sang Nona Narendra yang terkenal tidak bisa ditemui kecuali saat pesta Narendra dilangsungkan.
Isi suratnya berhasil membuat Jenar tercengang.
[Bisakah kamu datang dan menemuiku, Tuan Muda? Ada hal penting yang perlu kubahas denganmu.]
Jenar dan Hestia bahkan tidak pernah saling bertatapan. Jenar juga tidak pernah hadir di pesta Narendra karena itu hanya boleh didatangi oleh orang-orang spesial. Tapi Hestia yang tidak pernah bertemu malah mengajak bertemu seperti mereka teman?
Kalau ini orang lain, aku pasti mengatainya gila, pikir Jenar. Tapi ini Narendra. Mereka itu seperti keluarga kerajaan negara ini.
"Apa Nona Hestia mengatakan ingin membahas apa?"
"Tidak, Tuan."
Sepertinya Jenar memang harus datang secara langsung.
"Kapan aku harus datang?"
"Sekarang juga."
Jenar sebenarnya punya rencana lain tapi ia mengangguk, memprioritaskan hal ini. Apa pun itu, pasti sangat penting karena ini dari seorang penguasa.
Setelah berganti pakaian Jenar ikut bersama mereka, naik ke helikopter Narendra yang katanya akan mengantar ke Papua. Begitu tiba di sana, Jenar sedikit gugup karena ia masih tidak mengerti mereka akan bicara apa.
"Nona, tamu Nona sudah tiba."
Hestia berbalik dari kegiatannya memandangi distrik di bawah gunung lewat balkon. "Masuklah."
Udara dingin menusuk sampai ke tulang, membuat Jenar merapatkan pakaian sementara Hestia malah santai memakai gaun tanpa lengan.
"Senang bertemu dengan Anda, Nona." Jenar bersikap formal. "Tapi ada urusan apa sampai Anda repot-repot memanggil saya?"
"Aku ingin membahas Dayan."
"Dayan?"
Hestia duduk menyilangkan kaki, tersenyum santai ketika pelayannya datang menuang alkohol.
"Kamu tahu Dayan pernah membawa istrinya datang kemari?"
"Tidak." Jenar baru dengar itu.
"Dia menyuruhku menyiram wanita itu di depan semua orang, termasuk presiden dan perdana mentri negara lain. Lalu dia sengaja memakaikan istrinya gaun hitam agar aku punya alasan mempermalukannya."
Jenar mengerjap tak percaya.
Ya Tuhan, apa Zion benar-benar mengambil alih tubuh Dayan? Tidak, bahkan Zion tidak melakukan hal segila itu pada seseorang!
"Dan Anda melakukannya? Secara nyata?"
"Tentu saja. Aku tidak bisa melihat seseorang memakai gaun hitam di pernikahan Narendra. Itu menghina kami."
Jenar mengatup mulut. Ia tidak boleh meneriaki seorang Narendra bahkan jika ingin.
"Lalu?" Kini Jenar menatapnya dingin. "Apa maksud Nona memanggil saya kemarin? Menyuruh saya ikut menyiksa Kakak Ipar saya? Jika benar begitu, dengan senang hati saya menolak."
"Tenanglah. Aku tidak bermain dengan Dayan." Hestia tersenyum kecil.
"Saya tahu Nona kadang-kadang juga memanggil Dayan kemari. Kalian bahkan tidur bersama berulang kali."
"Kudengar kamu menyukai robot sejak masih kecil?" balas Hestia. "Kamu menyukainya dan membeli banyak jenis robot sekalipun harganya sangat mahal. Itu sama saja sepertiku. Bedanya koleksiku itu manusia."
Pantas saja Dayan sering kali meracau gila jika sudah kesal dengan Hestia.
"Tapi lupakan saja soal itu. Pada intinya aku tidak peduli pada Dayan. Aku hanya ingin bermain-main."
"Apa maksud Nona?"
"Ini." Hestia menunjuk setumpuk surat di sudut meja. "Paling kurang setiap seminggu sekali, Dayan pasti mengirimiku surat dengan kalimat 'aku merindukanmu' atau 'kenapa kamu tidak memanggilku?' atau 'rindukan aku, Nonaku'. Tapi sejak terakhir kali dia berhenti. Yah, walau aku yang mengusirnya duluan."
Hestia menopang dagu dan tersenyum sangat menikmati. Seperti dia tengah melihat sebuah permainan menarik.
"Dia membawa istrinya kemari sampai-sampai membiarkan dia hipotermia akibat suhu karena dia membencinya. Tapi setelah sekian lama dia mulai berhenti memikirkan aku dan sepertinya fokus pada istrinya."
"Anda cemburu?"
"Bukankah saat kamu melihat kucing bertingkah aneh tidak sepeti biasanya kamu jadi penasaran ada apa? Walaupun sebenarnya kamu tidak menyukai kucing itu."
Hestia tertawa. "Aku hanya penasaran bagaimana Dayan berubah. Apa dia benar-benar menyesal atau dia hanya menginginkan anaknya sebelum dia kembali membuang istrinya? Bukankah itu menarik disaksikan? Aku tidak pernah menonton TV seumur hidupku jadi aku suka melihat drama secara langsung."
Ketika Jenar menatapnya seolah dia berpikir Hestia sangat gila, wanita itu justru menjentikkan jari, disusul berkas bertuliskan nama Runa diletakkan di atas meja.
"Butik milik wanita itu sekarang sudah milikku. Dia rela menjualnya semata agar aku menolong dia kalau-kalau Dayan berencana mengambil anaknya nanti."
Hestia mendorong berkas itu pada Jenar.
"Jadi, Anak Muda, kamu bersedia membantu kakak ipar yang kamu cintai itu bebas dari Dayan? Jika kamu membeli ini aku akan membantumu membuktikan cintamu pada wanita itu. Juga menyelamatkan bayinya dari Dayan."
Wanita yang menakutkan. Dia benar-benar melakukannya cuma untuk melihat apakah Dayan jatuh cinta dan menyesal pada Runa atau masih dendam?
Tapi yang lebih menakutkan dia menawarkan tawaran yang sangat sulit Jenar bantah.
*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments