5. Semuanya Salahmu

"Padahal sangat sulit punya waktu bertemu Hestia." Dayan menggerutu setelah tiba di rumah, meletakkan Runa di kamarnya.

Dia diberi obat oleh dokter Narendra jadi kondisinya terlihat cukup baik daripada kemarin. Tapi mendadak Dayan jadi sadar bahwa ia bahkan tidak punya waktu menikmati Hestia.

Mereka cuma berciuman sebentar karena Dayan harus segera menyusul Runa ke hutan, atau dia benar-benar mati.

"Memikirkannya sekarang, aku jadi marah." Dayan berguman sendiri, memandangi wajah istrinya yang dipenuhi keringat setelah diberi obat. "Semuanya salahmu, mengerti?"

Tapi Dayan memutuskan berbaik hati sedikit. Pria itu duduk di sana menunggu Runa beristirahat, karena itu tidak seru mengganggu orang sakit.

Sekian lama Dayan diam, mendadak asistennya datang memberi laporan. Sesuatu yang merusak ketenangan Dayan.

"Nona Hestia mengirim surat untuk pewaris dari Bramantio, Tuan. Kemungkinan undangan makan malam bersama sebab Bramatio langsung datang ke butik baju."

Mood Dayan yang tadinya cukup baik seketika jadi sangat buruk. Dayan mengenal wanita itu sangat dalam. Dia memang sangat suka melakukannya dan ini bukan kali pertama.

Pria di hidupnya tidak satu dua. Ada sangat banyak dan Dayan hanya salah satu. Tapi tak peduli berapa kali dia melakukannya, Dayan hanya terus merasa marah.

"Kalau saja Runa tidak sakit, aku setidaknya bisa tidur dengan Hestia sebentar." Dayan menggertak giginya, mulai merasa terlalu kesal.

Dia yang tadi bersedia menunggu Runa kini berbalik membangunnya wanita itu.

"Sampai kapan kamu ingin tidur?!"

Runa yang disentak dari tidurnya terbatuk-batuk parah, menggigil oleh rasa lemah.

"Padahal aku terus berbaik hati tapi kenapa kamu hanya terus membalasku dengan hal menyebalkan?" Dayan menarik tangan Runa, menyeretnya keluar dari kamar.

Tentu saja, bagi orang sakit, itu benar-benar mustahil.

"Dayan." Runa menyebut namanya lemah. Pada akhirnya tidak bisa bertahan, berlutut meskipun pergelangannya masih dipegang kuat oleh Dayan.

Runa bernapas terputus-putus.

"Tolong," pintanya lemah. "Tolong setidaknya biarkan aku istirahat."

"Aku sudah berbaik hati memberimu istirahat kemarin. Sekarang bangun dan berhenti jadi pemalas."

"Tidak bisa." Runa bahkan tak bisa ketakutan sekarang saking sakit tubuhnya. "Aku tidak bisa," gumamnya lemah. "Tolong, sebentar saja."

Dayan justru menyentak Runa, beralih mencengkram wajahnya.

"Kamu membuatku kehilangan kesempatan bersama Hestia dan sekarang memohon beristirahat? Tebus dosamu baik-baik, Runa, atau kubuat kamu semakin sakit."

Tubuh Runa terhempas begitu saja ke lantai. Dayan hanya menatap tanpa ekspresi istrinya yang bahkan tak bisa berdiri. Dia hanya terus bernapas terputus-putus seolah tak tahu lagi cara bernapas dengan benar.

Rasa kesal Dayan akan Hestia bertemu pria lain membuatnya tak peduli. Pria itu berlalu pergi, memutuskan untuk keluar dan melampiaskannya pada hal itu.

Sebaiknya dia beristirahat dengan benar karena Dayan masih punya banyak stok kekesalan untuk dilampiaskan.

*

"Pengantin baru muncul juga." Begitu komentar teman-teman Dayan ketika melihat pria itu ikut bergabung dalam permainan mereka, yang nampaknya sedang asik di meja judi.

Walau tidak semuanya ikut bertaruh, tapi memang tempat ini adalah tempat berkumpul mereka biasa. Karena selain berjudi, ada banyak pelayan-pelayan cantik yang bahkan bisa disewa memuaskan nafsu pelanggannya.

"Beri aku chip." Dayan memutuskan untuk ikut malam ini.

"Hoh, ada angin apa?" celetuk salah satu temannya. "Orang yang biasanya mengejek judi sekarang mau bergabung juga? Kenapa? Mulai merasakan pahitnya rumah tangga? Sudah kubilang menikahi wanita itu sama saja seperti mengundang penghuni neraka ke rumahmu."

Dayan tersenyum kecil. "Aku lebih suka menciptakan neraka sendiri."

"Aku tahu kenapa kamu kesal," timpal yang lain. "Karena Hestia mengundang Arya ke kastelnya, kan?"

Dayan langsung mendelik, kehilangan senyum santainya. "Dari mana kamu tahu?"

Temannya tertawa. "Aku bertemu Arya di butik. Kamu tahu sekalipun dia kaya, dia hobi memakai pakaian murah jadi aneh saja melihat dia ke butik. Saat kutanya, dia menjawab karena Hestia mengundangnya."

Dayan mengeraskan rahang.

"Seperti biasa, tidak ada pria yang tidak tergoda pada Hestia. Bahkan sekalipun tahu dia cuma main-main, Arya terlihat berbunga-bunga. Dia seperti pria tolol yang berpikir bisa menikahi Hestia hanya karena diajak makan malam."

Kekesalan Dayan sudah mencapai tahap maksimal. Dia yang tadinya cuma mau berjudi ringan memutuskan buat menghabiskan banyak uangnya, mengundang wanita-wanita datang agar setidaknya tidak ada lagi yang membahas Hestia.

Tapi pada akhirnya itu cuma pelampiasan. Ketika pikirannya mulai kacau oleh alkohol dan chip di tangannya habis dalam taruhan, Dayan justru mengingat banyak hal menyebalkan dalam hidupnya.

"Sudah kubilang padanya jangan terlalu mencintai wanita," racau Dayan yang dipapah keluar dari kasino. "Dia mencintai wanita sialan dan aku mencintai wanita menyebalkan. Argh, adikku bodoh."

Orang yang memapah Dayan, Jenar, adalah adik sepupu Dayan. Pria itu berusaha abai pada racauan kakak sepupunya, memasukkan dia ke dalam mobil.

"Dia bodoh," gumam Dayan yang kini duduk lemas dalam mobil.

Jenar berputar masuk ke kursi kemudi, hendak membawa mobil itu pergi ketika Dayan menutup matanya dan menangis.

"Aku menyayanginya, bodoh," rintih pria itu. "Aku menyayanginya sekalipun dia bodoh dan tidak mau mendengarku."

Jenar mencengkram kuat setir mobil, merasakan berat luka yang dimiliki Dayan atas kematian adiknya. Tidak peduli seberapa banyak kata bodoh dia sematkan pada adiknya, Dayan tidak bisa berhenti menyayangi adiknya.

"Dia melakukan segalanya demi wanita." Dayan tertawa miris. "Hei, bodoh, tidak peduli kamu melakukan apa demi mereka, semua wanita itu tidak peduli. Mereka hanya akan melakukan apa yang mereka sukai. Lalu kamu justru mati demi wanita. Demi wanita sialan!"

"Kakak, hentikan." Jenar akhirnya bersuara. "Ayo pulang. Tidurlah dan tenangkan dirimu."

"Tenang?" Dayan menjawab dengan nada sangat mabuk. "Bagaimana aku tenang kalau adik bodohku mati demi wanita sialan? Wanita sialan yang aku bawa pulang agar bisa menyiksanya!"

Jenar terkejut. Dia tahu ada sesuatu di belakang pernikahan Dayan dan Runa, mantan kekasih Zion, tapi tak ia sangka alasan Dayan menikahi Runa cuma karena itu.

"Zion tidak akan senang dengan tindakan Kakak sekarang."

"Ha, haha." Dayan tertawa terputus-putus. "Senang padaku? Memang kapan dia senang padaku? Aku memberikan segalanya, memaafkan dia, masih saja mengurusi dia sekalipun dia membuang kami semua demi kekasihnya. Kapan dia senang padaku?"

Jenar putuskan untuk diam saja karena percuma mengajak orang mabuk berdebat. Buru-buru dijalankan mobil itu, membawa Dayan kembali ke kediamannya.

Dayan tak berhenti meracau bahkan setelah Jenar menurunkan dia. Susah payah Jenar memapahnya masuk, akhirnya dibantu oleh pekerja rumah Dayan untuk membawa pria itu masuk ke kamarnya.

"Aku akan menginap saja untuk memastikan kondisinya. Bibi Paula juga memintaku menjaga Kakak." Jenar menutup pintu kamar Dayan dan berpesan pada pelayan. "Awasi terus malam ini, tolong. Aku agak lelah."

Ketika Jenar melewati kamar persis di depan kamar Dayan, sempat terdengar suara tangisan samar.

Namun karena Jenar lelah, pria itu pikir semua cuma khayalannya dan memutuskan untuk pergi ke kamar tamu, beristirahat juga.

*

Terpopuler

Comments

mbak akane

mbak akane

bener tuh!!! zion gk akn seneg dayan 😠

2023-08-09

0

mbak akane

mbak akane

udh kekerasan main judi pulak😒

2023-08-09

0

mbak akane

mbak akane

gak kebayang , rasax

2023-08-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!