Setibanya di tempat yang mereka tujuan, Rallyn langsung mengajak Alika berkeliling taman itu!
Ya, hari ini mereka memilih mendatangi sebuah taman bunga yang di dalamnya banyak jenis tanaman bunga yang bisa mereka lihat dan mereka nikmati keindahannya.
"Alika, kamu pernah ke sini?" tanya Rallyn pada Alika.
"Tidak. Papa selalu mengajakku bermain di Mall," sahut Alika.
"Kalau gitu mulai sekarang kamu harus berkenalan dengan alam bebas," ucap Rallyn.
"Di alam bebas banyak hewan buas," ucap Jo.
"Kamu tuh jadi ayah kok sukanya nakutin anak," ucap Rallyn.
"Menang benar bahkan di taman ini saja bisa ada ulat yang bulunya bisa menimbulkan rasa gatal," ucap Jo.
"Mama, lihat di sebelah sana." Alika menunjukkan jarinya ke arah sebuah bunga.
"Kamu suka bunga itu?" tanya Rallyn.
"Bunganya cantik," ucap Alika.
"Cantik seperti kamu," ucap Jo.
"Ternyata di sini ramai juga ya orang berkunjung," ucap Jo.
"Mereka juga datang untuk melihat bunga dan menghirup udara segar," ucap Rallyn.
"Lebih tepatnya mereka datang untuk menghabiskan waktu bersama keluarga tanpa harus mengeluarkan biaya," udah Jo.
"Siapa bilang? Masuk sini emang gratis tapi lihatlah, pedagang-pedagang itu." Rallyn menunjuk ke sebuah arah dimana ada beberapa pedagang yang mangkal di pinggir taman dengan menggunakan gerobak.
Di pinggir taman itu memang terdapat beberapa macam jajanan yang bisa mereka beli saat sedang berkunjung ke tempat itu. Meski mereka berjualan di pinggir jalan tapi rasanya tetap enak dan juga mereka sangat menjaga kebersihan makanan yang mereka jual itu.
"Ada yang jualan ternyata tapi apa makanan di sana sehat?" ucap Jo.
"Kalau makanannya gak sehat mungkin orang-orang itu tidak akan berkerumun di sana dan capek ngantri untuk membeli makanan itu," ucap Rallyn.
"Mereka kan gak langsung sakit perut, mereka baru akan sakit setelah pulang dari sini atau keesokan harinya," ucap Jo.
"Susah ya emang ngomong sama orang kaya. Udahlah terserah kamu aja, ayo, Sayang kita main di sebelah sana," ucap Rallyn sembari menggandeng tantan Alika dan membawanya ke arah yang luas dimana ada beberapa orang sedang bermain bola!
"Alika kan anak aku, kenapa Rallyn pergi membawa anak itu?" gumam Jo sembari menatap kepergian Alika dan Rallyn.
"Hey! Rallyn, Alika! Tunggu," ucap Jo sembari berjalan cepat untuk menyusul Rallyn dan Alika!
"Ma, kita mau main apa? Kita gak bawa apa-apa dari rumah," ucap Alika pada Rallyn.
"Apa ya? Padahal kalau bawa bola kita bisa main di sini," ucap Rallyn.
"Lihat, Ma ada bunga mawar!" Alika berlari menghampiri bunga mawar itu.
"Hati-hati, Alika!" seru Rallyn.
"Kamu ini, main ninggalin-ninggalin aja. Alika tuh anak aku. Kamu mau menculiknya?" ucap Jo saat berhasil mengejar Rallyn.
"Eh, siapa yang mau menculik anak itu? Lagipula aku gak mau menambah beban hidup dengan menculik anak kecil," ucap Rallyn.
"Beban?" Jo menghentikan langkahnya tapi matanya terus menatap Rallyn.
"Kamu pikir? Aku nikah sama kamu aja beban bagiku gimana kalau aku menculik Alika? Siapa nanti yang mau merawat dan membiayai kebutuhan anak kecil itu?" ucap Rallyn.
"Jadi kamu menganggap pernikahan kita ini sebagai beban?"
"Ya iyalah, nyadar dong emang dari awal ada cinta diantara kita ... nggak kan?" ucap Rallyn.
"Aku tahu itu tapi cobalah untuk tidak menjadikan pernikahan kita sebagai beban, pasti kita bahagia," ucap Jo.
"Aku sedang berusaha." Rallyn segera melanjutkan langkahnya menyusul Alika yang sudah mendekat pada pohon bunga mawar itu!
"Sedang berusaha?" gumam Jo sembari berjalan menyusul Rallyn!
"Berusaha nya lebih keras lagi biar cinta cepat tumbuh di dalam hati kamu. Aku sudah menyukai kamu," ucap Jo lagi.
"Alika, hati-hati. Pohon bunga mawar banyak durinya lho," ucap Rallyn pada Alika.
"Iya, Ma. Ma! Aku boleh menetik bunganya gak? Satu aja," ucap Alika.
"Jangan, Sayang," ucap Jo.
"Jangan merusak tanaman di sini, Nak nanti kita beli di toko bunga kalau memang kamu mau bunga mawar," ucap Rallyn.
Saat ini Rallyn dan Jo duduk bersebelahan di sebuah kursi taman yang ada di dekat pohon bunga mawar itu sambil terus memperhatikan Alika.
"Aduh! Tanganku sakit," ucap Alika yang langsung menangis karena jari telunjuknya berdarah terkena duri tangkai bunga mawar itu.
"Alika," ucap Jo sembari berlari menghampiri Alika.
Bersamaan dengan Jo berlari, Rallyn juga berlari karena khawatir pada Alika.
"Papa susah bilang jangan sentuh pohon bunga ini," ucap Jo yang saat itu sudah jongkok di depan Alika.
Rallyn langsung meraih tangan Alika lalu mengemut jari telunjuk Alika yang berdarah dan setelah itu ia segera memeluk gadis kecil itu.
"Udah-udah, gak apa-apa. Jangan nangis lagi ya, Sayang," ucap Rallyn sembari terus memeluk Alika.
"Gimana sih jadi ayah? Anak terluka bukannya diobati malah diomelin," ucap Rallyn pada Jo.
"Aku bukan mengomel, aku hanya mengingatkan," ucap Jo.
"Tapi cara kamu berbicara itu salah," ucap Rallyn.
"Gak ada yang salah. Aku bicara benar," ucap Jo.
"Dari tadi kita gak pernah sepaham. Berantem aja yuk!" sergah Rallyn.
"Jangan berantem, nanti Alika mau sama siapa?" ucap Alika dengan air mata yang masih membasahi pipinya.
"Ayo kita pergi. Kita cari makan dulu," ucap Jo.
"Alika, ayo kita pergi. Papa kamu kayaknya udah lapar tuh karena dari tadi berdebat terus sama mama," ucap Rallyn pada Alika.
Mereka pun langsung pergi dari sana dan menuju rumah makan yang terdapat tidak jauh dari taman itu!
Setibanya di rumah makan itu, mereka langsung memesan makanan untuk mereka makan.
"Ayo makan," ucap Jo.
"Aku gak mau makan," ucap Alika.
"Alika Sayang, makan yuk! Nanti kalau gak makan kamu bisa sakit," ucap Jo.
Jo meraih sendok makan Alika lalu menyendok nasi dan menyodorkannya pada mulut Alika.
"Gak mau," ucap Alika sembari memalingkan wajahnya ke arah lain.
"Alika! Makan!" Jo sedikit menyentak Alika karena gadis kecil itu selalu menolak makan.
Alika memang anak yang susah makan, butuh kesabaran ekstra untuk membujuk Alika makan.
"Jadi ayah udah lima tahun tapi caramu merayu anak seperti menjadi ayah selama satu minggu," ucap Rallyn.
Rallyn berjalan mendekati Alika lalu mengusap punggungnya!
"Alika, kamu sayang sama mama?" tanya Rallyn pada Alika.
Alika mengangguk pelan untuk mengiyakan pertanyaan Rallyn.
"Alika sayang gak sama Papa dan juga Eyang?" tanya Rallyn lagi.
"Alika sayang Papa dan juga Eyang," sahut Alika.
"Kalau sayang berarti Alika harus makan, Alika bisa sakit kalau gak makan dan kalau Alika sakit Mama sama Papa sama Eyang juga pasti sedih. Memangnya Alika mau melihat Mama bersedih?" ucap Rallyn kepada Alika.
"Usianya baru dua puluh tahun tapi sudah mempunyai jiwa keibuan. Rallyn, jangan harap aku akan melepaskan kamu begitu saja," batin Jo yang sedari tadi hanya diam mendengarkan perkataan Rallyn pada Alika.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Wiwin Zahira
Selamat berjuang bang Jo...berjuang untuk hati Rallyn
2023-09-07
2
Uneh Wee
karna rallyn perempuan bng. makanya sikap nya ke ibuan kalau ke bpkan kan lucu
2023-08-24
2