Saat Jo melewati taman yang ada di depan komplek tempat Rallyn tinggal, ia melihat Rallyn sedang berlari-lari kecil di sana, ia pun langsung turun dari mobilnya dan berjalan menghampiri Rallyn!
"Rallyn!" seru Jo.
"Ada apa?" tanya Rallyn setelah menghentikan gerakannya.
"Aku mau pulang sebentar, kamu jangan cari aku ya," ucap Jo.
"Ish, siapa juga yang akan mencarimu?" ucap Rallyn.
"Kalau ada apa-apa telpon aku ya," ucap Jo.
"Untuk apa? Aku masih punya orang tua," ucap Rallyn sembari melakukan gerakan tangan ke samping.
"Kamu suka berolahraga ya? Pantas tubuh kamu indah," ucap Jo sembari terus menatap Rallyn.
Rallyn menatap Jo lalu menutupi bagian dadanya dengan handuk kecil yang ia lingkarkan di lehernya.
"Kamu menutupinya di depan suamimu tapi membiarkan laki-laki lain di sini melihatnya," ucap Jo.
"Mereka melihat dengan pandangan biasa sedangkan kamu ...." Rallyn menghentikan ucapannya karena merasa Jo sudah tahu apa yang akan dikatakannya.
"Aku pulang dulu untuk menemui Alika, di meja di dalam kamar aku menaruh uang untuk kamu, untuk keperluan kamu selama satu bulan tapi kalau gak cukup kamu bilang saja ke aku nanti aku tambahin," jelas Jo.
"Terima kasih," ucap Rallyn.
"Itu memang hak kamu, kamu tidak perlu berterima kasih."
"Aku tahu tapi apa pun yang suami berikan pada istri tetap saja istri harus berterima kasih dan mensyukuri apa yang suaminya berikan," ucap Rallyn.
"Terima kasih sudah menganggap aku sebagai suamimu." Jo tersenyum lalu segera meninggalkan Rallyn.
"Dasar aneh, aku memang istrinya meski sebenarnya aku tidak mau menjadi istrinya. Lagian apa yang dia harapkan dari aku, kenapa tidak mau menceraikan aku padahal di luar sana banyak yang bercerai sampai berkali-kali," gumam Rallyn.
*******
Di rumah Jovanka.
"Papa!" Alika berlari menghampiri Jo saat tahu Jo pulang pagi itu! Gadis kecil itu langsung berhamburan memeluk Papanya saat mereka sudah berdekatan.
"Papa kemana saja? Kenapa sekarang gak pernah pulang?" ucap Alika.
"Maaf ya, Sayang, Papa janji gak lama lagi setelah urusan Papa selesai, Papa akan pulang dan berkumpul lagi bersama kamu di sini di rumah ini," jelas Jo.
"Mama mana?" tanya Alika sembari mencari-cari keberadaan Rallyn di belakang Jo.
"Mama gak pulang. Dia lagi lembur," ucap Jo berbohong.
Seketika gadis kecil itu cemberut dan terlihat sedih karena orang yang sangat ia rindukan kalah tidak ikut pulang bersama Papanya.
"Alika ...." Bu Reni meraih tangan Alika lalu menggenggam erat tangan kecil itu! "Sayang, jangan sedih, Nak 'kan masih ada Eyang," sambungnya lagi.
"Kenapa Mama gak pulang? Alika tidak nakal 'kan? Alika sudah berusaha menjadi anak yang baik tapi Mama tetap tidak mau pulang." Gadis kecil itu mulai mengeluarkan air matanya.
Betapa ia sedih karena orang yang sudah ditunggu-tunggu olehnya ternyata tidak pulang untuk menemuinya.
Bu Reni menatap Alika dengan tatapan sendu lalu menatap Jo mengisyaratkan agar Jo membujuk Rallyn agar tinggal di rumahnya.
Jo menghela napas dalam-dalam lalu menghembuskan nya kasar. Diraihnya tubuh gadis kecil itu dan dibawanya ke dalam pelukannya!
"Kamu mau ketemu Mama?" tanya Jo dengan suara yang berbisik.
"Aku mau Mama," ucap Alika dengan ishak tangisnya.
********
Di rumah Rallyn.
Rallyn sudah kembali ke rumah setelah berolahraga di taman, ia juga sudah selesai mandi dan juga sudah berpakaian.
Saat sedang menyisir rambutnya tiba-tiba ia teringat dengan permata Jo yang katanya menaruh uang di atas meja untuknya berbelanja.
Ia melirik ke arah meja yang di atasnya terdapat lampu malam, ia melihat ada sebuah amplop coklat yang tergeletak di sana. Rallyn melangkah mendekati meja itu lalu meraih amplop yang terlihat tebal itu!
"Banyak sekali dia memberiku uang?" gumam Rallyn sembari melihat isi amplop itu.
"Dasar orang kaya, ngasih uang segini banyak untuk satu bulan dan kalau kurang suruh minta lagi. Ini sih gak mungkin habis satu bulan, mungkin cukup untuk dua bulan," gumam Rallyn.
Rallyn kembali meletakkan uang itu di tempat semula lalu ia kembali melanjutkan menyisir rambutnya.
"Uang sebanyak itu buat apa ya?" Rallyn memikirkan apa yang akan ia lakukan dengan uang itu. Ini kali pertamanya ia mendapat uang segitu banyak.
Setelah selesai dengan semua urusannya, Rallyn mengambil sebagian uang itu dan membawanya ke luar dari kamarnya!
"Bu!" seru Rallyn pada sang ibu.
"Ada apa Rallyn, kenapa teriak-teriak?" ucap Bu Herlina yang sedang duduk bersatu Pak Hardi di depan televisi.
Rallyn duduk di samping Bu Herlina lalu memberikan uang yang ia pegang pada Bu Herlina.
"Ambil ini, Bu. Ini untuk belanja sehari-hari dan sepertinya Ibu dan Ayah juga bisa beli baju baru," ucap Rallyn.
"Ini banyak sekali. Lebih banyak dari gaji Ayah satu bulan," ucap Bu Herlina.
"Itu uang dari menantu Ibu. Itu gak semua, aku masih ada sebagian untuk membeli keperluanku," jelas Rallyn.
"Pegang saja ini, Nak tadi Jovanka juga sudah memberikan Ibu uang untuk belanja sehari-hari," jelas Bu Herlina.
"Sudah?" tanya Rallyn dengan raut wajahnya yang nampak bingung.
"Iya," sahut Bu Herlina.
"Kenapa dia memberiku uang sebanyak ini kalau dia udah ngasih ke Ibu?" ucap Rallyn.
"Kalau Jovanka itu memang bos kamu di kantor, itu artinya dia orang kaya dan mungkin orang kaya biasa ngasih segitu untuk yang belanja istrinya," jelas Pak Hardi.
"Mungkin. Ah terserahlah, aku gak mau pusing mikirin uang mending aku ke rumah Alice," ucap Rallyn.
"Apa gak sebaiknya kamu susul Jovanka? Kamu bilang dia punya anak, setidaknya datang untuk anaknya," ucap Bu Herlina.
"Tapi aku belum siap jadi ibu sambung untuk Alika. Aku takut anak itu bertanya-tanya yang aku gak tahu jawabannya apa, ibu gak tahu berapa cerdasnya anak itu hingga dia banyak bertanya yang seharusnya tidak ditanyakan nya," ucap Rallyn.
"Ya sudah terserah kamu saja maunya bagaimana. Kamu sudah dewasa, seharunya sudah mengerti dan tahu betul apa yang harus kamu lakukan dan yang tidak kamu lakukan," ucap Pak Hardi.
Rallyn terdiam mendengar perkataan sang Ayah, beberapa detik kemudian dia kembali masuk ke dalam kamarnya tanpa mengatakan sesuatu apa pun terhadap kedua orang tuanya!
Setibanya di dalam kamar, Rallyn duduk dan menatap uang dalam amplop yang diberikan oleh Jo. Lama dia memandangi uang itu dalam pikirannya terasa tak menentu karena Jo masih saja sabar menghadapinya dan mau memberikan nafkah semestinya meski dirinya tidak memperlakukan laki-laki itu sebagaimana mestinya.
"Apa aku harus terima ini? Tapi aku masih ingin bebas," gumam Rallyn.
Rallyn masih duduk di tempatnya sambil terus menatap uang itu tak lama ponselnya membuktikan sebuah notifikasi pesan whatsapp. Ia pun menoleh menatap ponselnya yang terletak di atas tempat tidurnya.
"Ngapain duda itu mengirim pesan? Dari mana dia dapat nomor telpon aku?" gumam Rallyn sembari meraih ponselnya.
Rallyn membuka pesan dari Jo yang ternyata laki-laki itu mengirim sebuah video, ia langsung memutar video itu dan ternyata Alika sedang menangis karena ingin bertemu dengan dirinya.
"Kasian juga anak ini. Ibu macam apa ibu kandung kamu itu?" batin Rallyn.
Rallyn menatap layar ponselnya, melihat Alika yang sedang menangis sambil berkata bahwa dia ingin bertemu dengan Mamanya. Ada rasa tak tega melihat anak kecil itu menangis yang akhirnya ia berniat menyusul Jo untuk menemui Alika.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Wiwin Zahira
Ayolah Rallyn kasihan Alika
setidaknya pertahankan pernikahan mu demi Alika kalau kamu belum cinta sama Jo
2023-09-07
2
Uneh Wee
rallyn kasiaantuh ank nya jo ...jaman sekarang susah lho cari suami yg baik punya pekerjaan bagus
2023-08-22
2
Widya
ayo dong ralyn buka hati kamu
2023-08-22
2