Pak Hardi menghela nafasnya panjang lalu membuangnya perlahan. Mendengar perkataan laki-laki di hadapannya itu membuatnya tak dapat melakukan apa-apa selain mengiyakan nya.
Saat ini putri satu-satunya itu sepenuhnya sudah menjadi milik laki-laki itu, dirinya tak dapat melakukan apa-apa lagi karena saat ini sepenuhnya Rallyn adalah tanggung jawab laki-laki itu.
"Tapi apa kalian bisa menjalankan rumah tangga tanpa cinta? Kalian sendiri yang bilang kalau kalian tidak saling kenal," ucap Pak Hardi.
"Saya tahu itu, Pak. Saya berjanji akan membahagiakan putri Bapak sebagian mana mestinya," ucap Jo.
"Tidak. Aku tidak mau, aku masih mau menghabiskan masa mudaku bersama teman-temanku," ucap Rallyn dengan tangisnya yang tak pernah reda.
"Saya tidak akan melarang kamu melakukan apa pun yang kamu mau selama itu tidak melampaui batas," jelas Jo.
"Nak, ada baiknya pikiran dulu keputusan kamu itu. Kalian tidak saling kenal kan? Ibu tahu kalian tidak melakukan apa-apa kalau pernikahan ini terasa berat untuk dijalankan maka lepaskan dan sudahi saja mumpung belum terlambat," ucap Bu Herlina.
"Keputusan saya sudah bulat, Pak, Bu," ucap Jo dengan mantap.
"Dasar egois. Aku tuh pantasnya jadi anak kamu bukan istri kamu!" ucap Rallyn dengan suara lantang.
Jo tak menjawab karena tahu saat itu gadis yang dinikahinya itu sedang dalam emosi tingkat tinggi. Terlihat dari gerakan dada Rallyn yang bergerak naik turun dengan ritme yang cepat selain itu juga terdengar dengan jelas deru napas Rallyn kasar dan tak beraturan.
"Hah! Aku tidak percaya ini!" Rallyn berlari menuju kamarnya dan membanting pintu dengan keras hingga menimbulkan suara berisik yang mengganggu pendengaran.
Semua orang yang duduk di ruangan tengah, menatap ke arah pintu kamar Rallyn yang sudah tertutup rapat itu.
"Maaf ya, Nak mungkin Rallyn butuh waktu untuk menenangkan dirinya," ucap Pak Hardi.
"Tidak apa-apa, Pak, saya mengerti dengan apa yang Rallyn rasakan karena saya juga merasakannya hanya saja diusianya sekarang belum bisa berpikir jernih saat sedang dalam masalah," ucap Jo.
Jovanka Ashkara menang sudah berusia tiga puluh delapan tahun, dia sudah cukup dewasa dalam menyikapi semua masalahnya dan menghadapinya dengan pikiran tenang.
"Rallyn baru berusia dua puluh tahun. Dia baru saja lulus kuliah dan baru bekerja satu bulan terakhir ini," jelas Bu Herlina.
"Pantas saja dia tidak bisa mengontrol emosinya. Pak, Bu, saya ingin meminta restu kalian saya ingin menjadikan putri Bapak dan Ibu istri terakhir saya," ucap Jovanka.
"Sebagai orang tua, kami hanya bisa memberikan restu tapi dengan kondisi Rallyn yang seperti ini, kami tidak yakin kalian bisa menjalankan rumah tangga seperti pada umumnya," ucap Pak Hardi.
"Saya janji saya akan membuatnya mengerti dan menerima semua ini. Bapak dan Ibu jangan khawatir, saya tidak akan menyakiti hati atau fisik putri kalian."
"Kalau memang kamu tidak mau menceraikan Rallyn, Ibu titip dia ya. Kamu sudah dewasa dan sudah pernah menikah sedangkan Rallyn ... yang Ibu tahu dia tidak pernah berpacaran dengan siapa pun tolong jangan paksa dia dalam melakukan hubungan pribadi." Dengan rasa malu, Bu Herlina mengutarakan keinginannya pada Jo, ia tahu itu tidak pantas dimintanya tapi demi kebaikan putrinya, Bu Herlina memberanikan diri untuk bicara pada Jovanka.
Jo tersenyum kecil. "Bu, Ibu jangan takut karena saya tidak akan pernah meminta apalagi memaksa meski saya tahu itu sudah menjadi hak saya sebagai suami. Saya tidak akan tega merampas masa mudanya," ucap Jo.
"Terima kasih." Bu Herlina menatap Jo dengan tatapan aneh.
"Sudah lewat tengah malam lebih baik kamu istirahat," ucap Pak Hardi.
"Masuk saja ke kamar Rallyn, dia tidak pernah mengunci pintu kamarnya," ucap Bu Herlina.
"Terima kasih, Bu tapi sepertinya saya istirahat di sini saja," ucap Jo.
"Tidak, Nak masuk saja. Rallyn pasti sudah tidur," ucap Pak Hardi.
Dengan senyum yang dipaksakan, Jo bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju kamar Rallyn!
Perlahan ia membuka pintu kamar Rallyn dan melihat gadis itu yang sedang terbaring di atas tempat tidurnya.
"Semoga dia sudah tidur," batin Jo.
Jo menatap kedua orang tua yang Rallyn yang sedang menatapnya!
Pak Hardi menganggukkan kepalanya menyuruh Jo masuk ke dalam kamar putrinya.
Jo kembali melihat Rallyn yang sepertinya sudah tertidur lalu mulai melangkah memasuki kamar Rallyn!
Setelah menutup pintu kamar itu, Jo berdiri di dekat sebuah sofa sembari menatap Rallyn.
"Gadis malang, hah ya sudahlah sebenarnya aku juga malang karena harus menikahi gadis ini," batin Jo.
Jo yang takut mengganggu tidur Rallyn, memilih tidur di sofa yang ada di sampingnya! Perlahan ia pun mulai terlelap.
Waktu berjalan begitu cepat dan tak terasa azan subuh mulai berkumandang tanda pagi sudah tiba dan menyapa seisi dunia.
Rallyn terbangun dari tidurnya, dia duduk di tempat tidurnya lalu merentangkan tangannya yang terasa kaku.
Tanpa berpikir aneh-aneh, Rallyn membuka semua pakaiannya dan hanya menyisakan pakaian dalamnya saja.
Setiap hari memang sudah menjadi kebiasaan gadis itu, sebelum masuk ke dalam kamar mandi ia selalu melepaskan semua pakaiannya terlebih dahulu.
Jo membuka matanya dan langsung melihat penampilan Rallyn yang sudah tak berbusana, ia pun berpura-pura tidur lagi karena takut menakuti gadis itu namun, meski ia menutup matanya, ia masih bisa melihat Rallyn karena ia sengaja mengintipnya.
"Ah, gadis itu. Apa yang sedang dia lakukan?" batin Jo.
Bersambu
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
ameraa
😂
2023-12-27
0
Susanty
Jo : alhmdulillah pagi² buta dapat rezeki nomplok 🤣🤣
2023-10-06
2
Videlia Laia
usia 20 thn udh lulus kuliah?jenius donk berarti
2023-09-08
2