Part 2 : Pertemuan Pertama, atau Kedua?

[Sara]

Prak!

Sebuah map plastik berwarna kuning yang berisi beberapa lembar kertas dengan deretan huruf dan angka di atasnya dengan mudah dikenali Sara, dibanting dengan kerasnya oleh seorang wanita setengah tua yang sedang duduk di atas bangku kerjanya yang nyaman. Yang dibanting itu adalah hasil kerjanya 2 malam lalu saat membuat rekapan barang yang masuk sehari sebelumnya.

“Ini sudah berapa kali kamu begini? Dan kesalahan kamu itu bukan main-main, lho. Kerjaan semua orang jadi kacau!,” bentak wanita yang adalah supervisor yang ada di kantor Sara.

“Maafkan saya, Bu ...”

Sara hanya bisa tertunduk di saat supervisornya memarahinya. Cuma itu yang bisa dia lakukan saat ini.

Pekerjaannya sebagai staff administrasi umum memang sangat rentan terjadi kesalahan. Salah sedikit, ada banyak orang di bagian yang berbeda yang akan mendapatkan masalah. Karena itu, dia hampir tidak pernah melakukan kesalahan.

Pengobatan Ibu dan juga banyaknya telepon yang harus dia jawab itulah yang membuat pikirannya menjadi tidak tenang akhir-akhir ini. Salah fokus sedikit, kesalahan pun terjadi.

“Dan lagi, kemana kamu hari ini? Kenapa datang terlambat? Kamu tahu kan peraturannya? Kalau tidak masuk atau datang terlambat itu kasih tahu .... Adduuhh ... ini bagaimana, sih? Sudah berapa lama kamu kerja disini? Masak yang kayak begini harus dikasih tahu”

Sara menyesali kelupaannya yang tidak menghubungi kantor saat dia tahu dia akan ke rumah sakit tadi. Begitu dia mendapat kabar dari Mbak Mina, pikirannya sudah tidak dapat dikendalikan lagi. Sara benar-benar lupa menelpon kantornya.

“Sudah sana! Saya nggak mau tahu, dalam 1 jam semua harus beres. Kalau nggak beres, kamu mendingan pulang saja!”

Dengan langkah gontainya, Sara berjalan menghampiri pintu ruangan supervisornya itu. Saat pintu terbuka, dia masih mendengar omelannya untuk yang terakhir kalinya, “Ya gini ini kalau terima karyawan lulusan kampus yang nggak bonafide.”

Sara menggenggam map kuning di tangannya dengan erat, menahan air matanya turun karena rasa sakit di hatinya atas pernyataan itu. Dia ingin melawan, tapi kesalahannya sudah cukup fatal untuk seorang lulusan S1.

Sara segera mengerjakan pekerjaannya begitu dia tiba di meja kerjanya tanpa banyak bertanya ataupun bicara. Dia juga tidak menyapa teman kerjanya yang ada di sampingnya, meski temannya itu terus memandanginya sejak Sara keluar dari ruangan supervisor hingga duduk di bangkunya.

Hanya sebuah sticky note bertuliskan ‘Semangat, Sara!’ yang tiba-tiba ditempelkan di mejanya oleh temannya itu. Sara hanya mengembangkan senyum tipis nan getir tanpa memandanginya, lalu mengangguk pelan sekali untuk memberikan tanda bahwa dia baik-baik saja. Padahal tidak.

......................

“AAAHHHHHHHHHHH,” teriak Sara sekencang-kencangnya, melepaskan semua sesak di dalam dadanya.

Begitu dia menyelesaikan semua pekerjaannya, termasuk pekerjaan yang harus dia perbaiki, Sara langsung memilih untuk pergi sejenak dari kantor saat jam istirahat.

Dipilihnya taman umum yang ada di seberang gedung perkantorannya. Saat siang, taman yang luas itu biasanya lengang, hanya sedikit orang yang berkunjung.

Dan di sinilah Sara mengeluarkan semua yang ada di hati nya setelah apa yang terjadi pada dirinya hingga detik itu.

Cukup melegakan ternyata.

Beberapa orang sempat melihat ke arahnya karena kaget dengan teriakan Sara. Ada pula yang mememolototinya, tapi Sara tidak menggubris mereka.

Orang-orang yang kebetulan melewatinya sudah mulai bergumam ataupun berbisik dengan temannya.

Gila kali tuh cewek.

Stress kali.

“AHAHAHA ... Memang sudah gila! Kenapa?!” Giliran Sara yang memelototi mereka. Dan semua orang kembali sibuk dengan pekerjaan mereka tanpa mempedulikan Sara yang dikira sudah benar-benar gila.

Setelah puas menakuti pengunjung yang lewat di depannya, Sara kini menyibukkan dirinya dengan menyusuri sekeliling taman yang ramai akan pepohonan dan bunga warna-warni.

Sambil melahap roti yang dipegangnya sedari tadi, Sara menyegarkan matanya sejenak yang masih terasa sembab karena tangisannya tadi pagi.

Tapi begitulah orang yang sedang putus cinta. Hanya dengan mengingatnya saja, air mata Sara sudah jatuh membasahi wajahnya.

Dengan mulut yang penuh roti, Sara mengusap wajah dengan punggung tangannya. Lalu mengalihkan lagi pandangannya ke samping kiri sembari mencari sesuatu yang bisa menyibukkan kepalanya dari ingatan-ingatan buruk tentang Vian.

Puas dengan sisi kirinya, Sara menolehkan kepalanya ke kanan.

Astaghfirullahaladziim, kaget aku! Sejak kapan dia di sana?

Betapa terkejutnya dia saat melihat ada seorang pria dengan kacamata hitam, sedang duduk di samping tempatnya duduk. Sara di bangkunya sendiri, orang itu ... di atas kursi rodanya sendiri.

Sara memandangi pria itu lekat-lekat, menyusuri perlahan dari atas kepala hingga turun ke bawah kakinya.

Pria itu terus menatap lurus ke arah depan, tanpa menoleh ke kanan atau pun ke kiri.

Pelan-pelan dilambaikan tangannya di hadapan pria itu, ke kanan lalu ke kiri, berulang-ulang. Pria itu tetap diam dan tidak memberikan reaksi apapun.

Dari pengamatan Sara akan kacamata hitam yang dikenakan pria itu, sedangkan cuaca siang ini cukup teduh dengan awan putih yang lebat di atas sana, Sara berkesimpulan, tuna netra?

Sara memberanikan diri menyapanya, “Mas, mau roti?”

Roti yang dia tawarkan menggantung begitu saja di hadapan pria itu tanpa ada tanggapan sedikit pun darinya. Kening Sara berkerut.

Tidur, kah?

Tak lama kemudian, datanglah seorang anak perempuan 8 tahun menawarkan 2 bungkus tissue pada pria itu. Pria itu bergeming, tidak menjawab apapun.

Sara pun membantu memanggilkan, “Mas ...”

Tetap diam.

Tuna rungu, kah?

Kasihan dengan anak itu yang menunggu dengan penuh harap, melihat dandanan pria itu yang terbilang cukup rapi dengan setelan kemeja tosca dan celana hitamnya, mengira mungkin mau mengeluarkan sedikit uang untuk dagangannya, Sara akhirnya berinisiatif memanggil anak itu, dan memberinya uang untuk ditukarkan dengan 2 tissue di tangannya.

Kasihan ...

Selepas anak itu pergi, Sara menghela napasnya.

“Mungkin enak juga kayak Mas. Jadi nggak perlu dengerin omongan yang nggak penting,” katanya seakan-akan sedang berbicara dengan pria itu. Tapi pria yang diajak bicara, ya masih tetap sama, tidak merespon apapun.

Drrtt ... ddrrtt ...

Kali ini alarm ponsel mengingatkannya untuk kembali bekerja, karena jam istirahatnya yang sudah habis. Sara kembali menghela napas seakan-akan sedang mempersiapkan hati dan pikirannya sendiri.

“Ayo, Sara. Semangat!,” katanya lantang menyemangati dirinya sendiri, lalu berdiri.

Sebelum pergi, dia masih memandangi pria itu lagi. Lalu, pandangannya beralih pada 2 bungkus roti lainnya yang dia bawa dan tidak sempat dia makan.

Ah, ya sudahlah.

Sara kemudian mendekati pria itu, lalu menekuk kedua lututnya agar dia bisa duduk dengan bertumpu pada kedua telapak kakinya. Kemudian, dia meletakkan 2 bungkus rotinya di pangkuan pria itu bersama dengan sebungkus tissue yang tadi dia beli. Kali ini pria itu bereaksi kaget pada sentuhan Sara yang tiba-tiba itu.

Dengan meraih tangan kanan pria itu agar menggenggam tangan kanan Sara, begitu juga dengan tangan kiri pria itu dengan tangan kirinya, Sara mulai menggerakkan tangannya perlahan dengan diikuti oleh tangan pria itu yang masih menggenggam tangannya.

“Ini ada roti. Dimakan, ya. Tissuenya simpan saja.”

Begitu katanya dengan gerakan isyarat taktil yang dia kuasai.

Dia lalu meraih tangan kanan pria itu untuk dipapah menyentuh barang-barang yang dimaksud.

“Ini roti,” kata Sara dalam gerakan isyaratnya.

Kemudian, “Ini tissue.”

Lalu, dia pergi setelah selesai menjelaskan.

Dengan perasaan yang lebih baik, Sara berharap sisa harinya tidak lebih buruk daripada tadi.

Tapi, harapan tidak selamanya bisa sesuai dengan ekspektasi.

“Benar dengan Nona Ashara Revalina, kan?”

Ya Allah, cobaan apa lagi ini? Tolong jangan bilang dia debt collector.

......................

Author’s Note :

- Isyarat Taktil atau Tactile Sign adalah kombinasi isyarat tunarungu dan tunanetra. Isyarat ini dilakukan dengan meletakkan tangan penerima di atas tangan pembicara untuk bisa merasakan dan membaca gerakannya melalui tangan si pembicara. (Sumber gambar di bawah diambil dari Google)

- Tuna netra adalah kondisi seseorang dimana memiliki hambatan pada indera penglihatannya.

- Tuna rungu adalah kondisi seseorang dimana memiliki hambatan pada indera pendengarannya.

Terpopuler

Comments

Syahrini Cacha

Syahrini Cacha

cerita nya menarik 👍🏻

2024-06-21

0

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : A Disaster Day
2 Part 2 : Pertemuan Pertama, atau Kedua?
3 Part 3 : Menikah?
4 Part 4-1 : Restu Ibu Adalah Segalanya
5 Part 4-2 : Restu Ibu Adalah Segalanya (POV Agam)
6 Part 5-1 : Ibu Titip Sara, ya
7 Part 5-2 : Ibu Titip Sara, ya (POV Agam)
8 Part 6 : 3 Hari 3 Malam
9 Part 7 : Sang Ibu Mertua
10 Part 8-1 : Next Future Corp
11 Part 8-2 : Next Future Corp (POV Agam)
12 Part 9 : Robot yang Keren
13 Part 10-1 : Sesuatu yang Disembunyikan (1)
14 Part 10-2 : Sesuatu yang Disembunyikan (2)
15 Part 11-1 : Petarung yang Roboh
16 Part 11-2 : Petarung yang Roboh (POV Agam)
17 Part 12-1 : Meresapi Kata Maaf
18 Part 12-2 : Meresapi Kata Maaf (POV Agam)
19 Part 13 : Istri Penanggung Dosa
20 Part 14 : Kamu Mencurigai Aku?
21 Part 15 : Sisi yang Berbeda
22 Part 16-1 : Menyiapkan Hati
23 Part 16-2 : Menyiapkan Hati (POV Agam)
24 Part 17 : Hari yang Tidak Diduga
25 Part 18-1 : Misi Pencarian
26 Part 18-2 : Misi Pencarian (POV Agam)
27 Part 19 : Terlalu Banyak Kejutan
28 Part 20-1 : Pernikahan yang Bahagia
29 Part 20-2 : Pernikahan yang Bahagia (POV Ibu Fira)
30 Part 21 : Bintang Jatuh (POV Agam)
31 Part 22 : Anak yang Pemberani
32 Part 23-1 : Bukan Gila Tapi Sinting
33 Part 23-2 : Bukan Gila Tapi Sinting (POV Agam)
34 Part 24-1 : Anak Kucing yang Tersisihkan
35 Part 24-2 : Anak Kucing yang Tersisihkan (POV Agam)
36 Part 25-1 : Perdebatan Suami Istri
37 Part 25-2 : Perdebatan Suami Istri (POV Agam)
38 Part 26 : Antara Agam dan Arya
39 Part 27-1 : Jangan Dengarkan Mama!
40 Part 27-2 : Jangan Dengarkan Mama! (POV Arya)
41 Part 28 : Pria Berwajah Sendu
42 Part 29 : Antara NFC dan FTC
43 Part 30-1 : Obrolan Sore Hari
44 Part 30-2 : Obrolan Sore Hari (POV Agam)
45 Part 31 : Pulang Adalah Jawaban Terbaik
46 Part 32-1 : Hari Terindah
47 Part 32-2 : Hari Terindah (POV Arya & Agam)
48 Part 33-1 : Ketika Mereka Bersatu
49 Part 33-2 : Ketika Mereka Bersatu (POV Agam)
50 Part 34-1 : Badai itu Datang Juga
51 Part 34-2 : Badai itu Datang Juga (POV Raka)
52 Part 35 : Mimpi Terburuk
53 Part 36 : Kembali ke Titik Nol
54 Part 37-1 : Malam yang Panjang nan Kacau
55 Part 37-2 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Yuda)
56 Part 37-3 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Arya)
57 Part 38 : Menangis Bersama
58 Part 39 : Kala Cinta Menggoda
59 Part 40 : Hanya Pertunjukan?
60 Part 41 : Punya Hak Apa Kalian?
61 Part 42-1 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku!
62 Part 42-2 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku! (POV Linda)
63 Part 43-1 : Tetaplah Bersamaku, Sara
64 Part 43-2 : Tetaplah Bersamaku, Sara (POV Agam)
65 Part 44-1 : Tidak Bersalah
66 Part 44-2 : Tidak Bersalah (POV Agam & Arya)
67 Part 45-1 : Mimpi Buruk yang Belum Usai
68 Part 45-2 : Mimpi Buruk yang Belum Usai (POV Agam)
69 Part 46-1 : Hilang dari Pandangan
70 Part 46-2 : Hilang dari Pandangan (POV Agam)
71 Part 47 : Rumah Tanpa Jiwa
72 Part 48 : Dia Adalah Suamimu
73 Part 49 : Itu Mas Agam
74 Part 50-1 : Pertemuan Setelah Perpisahan
75 Part 50-2 : Pertemuan Setelah Perpisahan (POV Agam)
76 Part 51 : Agam & Sara
77 Part 52-1 : Another Story in Japan
78 Part 52-2 : Another Story in Japan
79 Part 52-3 : Another Story in Japan
80 Part 52-4 : Another Story in Japan
81 Part 53 : Masa Lalu yang Menjadi Masa Kini
82 Part 54 : Takut Kehilangan
83 Part 55-1 : Kebohongan Sejak Awal
84 Part 55-2 : Kebohongan Sejak Awal (POV Agam)
85 Part 56 : Ava dan Kebenciannya
86 Part 57-1 : Hancur Karena Keegoisan
87 Part 57-2 : Hancur Karena Keegoisan (POV Agam)
88 Part 58 : Rencana Vian
89 Part 59-1 : Kamu Hamil?
90 Part 59-2 : Kamu Hamil? (POV Agam)
91 Part 60-1 : Biar Aku yang Tanggung
92 Part 60-2 : Biar Aku yang Tanggung (POV Agam)
93 Part 61-1 : Puncak Kemarahan
94 Part 61-2 : Puncak Kemarahan (POV Arya)
95 Part 62-1 : Saling Merindukan
96 Part 62-2 : Saling Merindukan (POV Widia)
97 Part 63 : Ini Karma
98 Part 64-1 : Keberanian Untuk Melepaskan
99 Part 64-2 : Keberanian Untuk Melepaskan (POV Ava)
100 Part 65 : Ikatan yang Kuat
101 Part 66-1 : Karma itu Juga Cobaan
102 Part 66-2 : Karma itu Juga Cobaan (POV Agam)
103 Part 67 : Saat Sara Pergi (POV Agam)
104 Part 68 : Pengejaran itu Berakhir (POV Agam)
105 Part 69 : Keajaiban itu Bernama Gia
106 Extra Part 1
107 Extra Part 2
108 Extra Part 3
109 Extra Part 4
110 Extra Part 5
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Part 1 : A Disaster Day
2
Part 2 : Pertemuan Pertama, atau Kedua?
3
Part 3 : Menikah?
4
Part 4-1 : Restu Ibu Adalah Segalanya
5
Part 4-2 : Restu Ibu Adalah Segalanya (POV Agam)
6
Part 5-1 : Ibu Titip Sara, ya
7
Part 5-2 : Ibu Titip Sara, ya (POV Agam)
8
Part 6 : 3 Hari 3 Malam
9
Part 7 : Sang Ibu Mertua
10
Part 8-1 : Next Future Corp
11
Part 8-2 : Next Future Corp (POV Agam)
12
Part 9 : Robot yang Keren
13
Part 10-1 : Sesuatu yang Disembunyikan (1)
14
Part 10-2 : Sesuatu yang Disembunyikan (2)
15
Part 11-1 : Petarung yang Roboh
16
Part 11-2 : Petarung yang Roboh (POV Agam)
17
Part 12-1 : Meresapi Kata Maaf
18
Part 12-2 : Meresapi Kata Maaf (POV Agam)
19
Part 13 : Istri Penanggung Dosa
20
Part 14 : Kamu Mencurigai Aku?
21
Part 15 : Sisi yang Berbeda
22
Part 16-1 : Menyiapkan Hati
23
Part 16-2 : Menyiapkan Hati (POV Agam)
24
Part 17 : Hari yang Tidak Diduga
25
Part 18-1 : Misi Pencarian
26
Part 18-2 : Misi Pencarian (POV Agam)
27
Part 19 : Terlalu Banyak Kejutan
28
Part 20-1 : Pernikahan yang Bahagia
29
Part 20-2 : Pernikahan yang Bahagia (POV Ibu Fira)
30
Part 21 : Bintang Jatuh (POV Agam)
31
Part 22 : Anak yang Pemberani
32
Part 23-1 : Bukan Gila Tapi Sinting
33
Part 23-2 : Bukan Gila Tapi Sinting (POV Agam)
34
Part 24-1 : Anak Kucing yang Tersisihkan
35
Part 24-2 : Anak Kucing yang Tersisihkan (POV Agam)
36
Part 25-1 : Perdebatan Suami Istri
37
Part 25-2 : Perdebatan Suami Istri (POV Agam)
38
Part 26 : Antara Agam dan Arya
39
Part 27-1 : Jangan Dengarkan Mama!
40
Part 27-2 : Jangan Dengarkan Mama! (POV Arya)
41
Part 28 : Pria Berwajah Sendu
42
Part 29 : Antara NFC dan FTC
43
Part 30-1 : Obrolan Sore Hari
44
Part 30-2 : Obrolan Sore Hari (POV Agam)
45
Part 31 : Pulang Adalah Jawaban Terbaik
46
Part 32-1 : Hari Terindah
47
Part 32-2 : Hari Terindah (POV Arya & Agam)
48
Part 33-1 : Ketika Mereka Bersatu
49
Part 33-2 : Ketika Mereka Bersatu (POV Agam)
50
Part 34-1 : Badai itu Datang Juga
51
Part 34-2 : Badai itu Datang Juga (POV Raka)
52
Part 35 : Mimpi Terburuk
53
Part 36 : Kembali ke Titik Nol
54
Part 37-1 : Malam yang Panjang nan Kacau
55
Part 37-2 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Yuda)
56
Part 37-3 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Arya)
57
Part 38 : Menangis Bersama
58
Part 39 : Kala Cinta Menggoda
59
Part 40 : Hanya Pertunjukan?
60
Part 41 : Punya Hak Apa Kalian?
61
Part 42-1 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku!
62
Part 42-2 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku! (POV Linda)
63
Part 43-1 : Tetaplah Bersamaku, Sara
64
Part 43-2 : Tetaplah Bersamaku, Sara (POV Agam)
65
Part 44-1 : Tidak Bersalah
66
Part 44-2 : Tidak Bersalah (POV Agam & Arya)
67
Part 45-1 : Mimpi Buruk yang Belum Usai
68
Part 45-2 : Mimpi Buruk yang Belum Usai (POV Agam)
69
Part 46-1 : Hilang dari Pandangan
70
Part 46-2 : Hilang dari Pandangan (POV Agam)
71
Part 47 : Rumah Tanpa Jiwa
72
Part 48 : Dia Adalah Suamimu
73
Part 49 : Itu Mas Agam
74
Part 50-1 : Pertemuan Setelah Perpisahan
75
Part 50-2 : Pertemuan Setelah Perpisahan (POV Agam)
76
Part 51 : Agam & Sara
77
Part 52-1 : Another Story in Japan
78
Part 52-2 : Another Story in Japan
79
Part 52-3 : Another Story in Japan
80
Part 52-4 : Another Story in Japan
81
Part 53 : Masa Lalu yang Menjadi Masa Kini
82
Part 54 : Takut Kehilangan
83
Part 55-1 : Kebohongan Sejak Awal
84
Part 55-2 : Kebohongan Sejak Awal (POV Agam)
85
Part 56 : Ava dan Kebenciannya
86
Part 57-1 : Hancur Karena Keegoisan
87
Part 57-2 : Hancur Karena Keegoisan (POV Agam)
88
Part 58 : Rencana Vian
89
Part 59-1 : Kamu Hamil?
90
Part 59-2 : Kamu Hamil? (POV Agam)
91
Part 60-1 : Biar Aku yang Tanggung
92
Part 60-2 : Biar Aku yang Tanggung (POV Agam)
93
Part 61-1 : Puncak Kemarahan
94
Part 61-2 : Puncak Kemarahan (POV Arya)
95
Part 62-1 : Saling Merindukan
96
Part 62-2 : Saling Merindukan (POV Widia)
97
Part 63 : Ini Karma
98
Part 64-1 : Keberanian Untuk Melepaskan
99
Part 64-2 : Keberanian Untuk Melepaskan (POV Ava)
100
Part 65 : Ikatan yang Kuat
101
Part 66-1 : Karma itu Juga Cobaan
102
Part 66-2 : Karma itu Juga Cobaan (POV Agam)
103
Part 67 : Saat Sara Pergi (POV Agam)
104
Part 68 : Pengejaran itu Berakhir (POV Agam)
105
Part 69 : Keajaiban itu Bernama Gia
106
Extra Part 1
107
Extra Part 2
108
Extra Part 3
109
Extra Part 4
110
Extra Part 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!