Part 3 : Menikah?

[Sara]

Sara baru saja keluar dari gedung perkantorannya. Dia berniat menuju halte bis terdekat dari kantornya untuk menuju rumah sakit saat seorang pria tiba-tiba saja datang mendekati dirinya.

“Benar dengan Nona Ashara Revalina, kan?”

DEG!

Ya Allah, cobaan apa lagi ini? Tolong jangan bilang dia debt collector.

Sara melihat sekelilingnya yang masih banyak orang keluar masuk gedung. Jelas dia tidak mau jadi pusat perhatian karena masalah seperti ini.

“Sepertinya yang itu,” tunjuk Sara ke arah yang berlawanan dengannya, diikuti oleh pria yang menuruti arah tunjuknya.

Kesempatan!

Dengan langkah cepat, dia berlari meninggalkan pria itu yang masih belum sadar bahwa dia tadi tidak sedang menunjuk apa-apa.

“Nona Ashara ...”

Gawat!

Sara semakin mempercepat larinya. Pria itu saat ini sedang berlari mengejarnya. Kalau Sara tidak cepat berlari, tentu bukan hal yang sulit bagi pria itu untuk dapat menyusul lalu menangkapnya.

Masalahnya, sepatu yang dikenakan Sara bukan sepatu lari. Bisa secepat apa Sara berlari?

Tapi, Sara tak peduli. Dia tahu, cepat atau lambat, dia pasti akan tertangkap. Jadi, misinya saat ini adalah pergi ke tempat yang cukup sepi, yang jauh dari jangkauan pandangan teman-teman kantornya.

Dan, GREP!

Sebuah tangan seketika sudah mencengkeram bahunya tepat di saat Sara berhasil menyukseskan misinya.

“Nona Ashara Revalina,” kata pria itu lagi dengan napasnya yang sudah terengah-engah.

Sara langsung berbalik menghadap pria itu, dan mulai memohon, “Saya mohon, tolong beri saya waktu, ya. Tolong jangan buat keributan di tempat kerja saya.”

Bayangan di kepalanya terus memainkan adegan yang biasanya dia lihat dalam konten-konten di media sosial. Ketakutannya hampir sama dengan yang digambarkan oleh orang-orang yang menulis di media sosial. Sara dibuat tidak berdaya dengan rasa takutnya itu.

Tapi, pria itu tersenyum. Lalu mengeluarkan sesuatu dari saku kemejanya. Kartu nama dengan logo huruf NFC yang dilingkari lengkungan warna emas.

Sara melongo melihatnya.

“Nama saya Raka. Tugas saya ke mari untuk membawa Nona menemui Tuan saya.”

Buruk. Lebih buruk malah. Siapa Tuannya?

“Tuan Tirtagama Wiryasurya ingin bertemu dengan Nona.”

Saat pria bernama Raka itu membalikkan kartu nama yang dipegangnya, nama yang baru saja disebutkan tertulis dengan jelas di atasnya.

Sara semakin melongo memandangi Raka yang masih tersenyum padanya. Dia yang tadinya khawatir akan menanggung malu karena ditagih di depan umum, kini hanya peduli dengan nama yang tertulis dalam kartu nama itu.

Siapa Tirtagama Wiryasurya????

......................

Dengan berbekal kuota internet, yang Sara lakukan selanjutnya adalah mencari tahu apa itu NFC – seperti yang tertulis pada logo itu – selama perjalanannya ke tempat yang hanya Raka dan Tuhan saja yang tahu. Di dalam mobil, Sara menyembunyikan layar ponselnya dari Raka yang sedang mengendarai mobil. Menghindari Raka untuk tahu apa yang sedang dilakukannya.

Dan yang didapatnya adalah Next Future Corp (NFC) adalah perusahaan yang cukup lama berkutat di bidang teknologi komputer dan semua hal yang berbasis teknologi masa depan, sesuai namanya. Dan Tirtagama Wirasurya adalah pemimpinnya. Sosok pria cerdas 32 tahun yang sering menciptakan teknologi luar biasa selama beberapa tahun terakhir ini.

Sebut saja, Selene 4.1. Prosessor super cepat yang sudah diakui oleh para ilmuwan Jepang. Bahkan dikatakan lebih cepat dari buatan mereka. Tidak cukup sampai disitu, dia bahkan menyumbangkan hasil penemuannya itu untuk sebuah penelitian medis.

NFC juga pernah menyumbangkan ribuan robot perawat terbarunya untuk 500 rumah sakit di Indonesia. Robot yang berani dibayar mahal oleh rumah sakit di Jerman itu dianggap sebagai robot perawat terbaik yang pernah ada.

Jika bicara tentang teknologi, semua orang pasti akan membicarakan NFC dan seorang pria bernama Tirtagama Wiryasurya.

Jadi sekarang, mengapa dewa teknologi itu ingin menemui Sara? Apa yang dia inginkan dari seorang gadis yang bahkan mungkin hanya dianggap butiran debu oleh masyarakat?

“Tolong tunggu di sini sebentar, ya. Tuan akan segera menemui Nona,” kata Raka lagi saat mempersilahkan Sara untuk duduk di sebuah sofa, lalu pergi meninggalkan Sara yang menyisiri ruangan itu dengan pandangan takjubnya.

Rumah besar yang dipenuhi dengan perabotan mewah dan tidak jauh dari kata teknologi.

Cukup sepi untuk sebuah rumah seluas ini.

Pandangan Sara terhenti pada tanjakan miring dan melingkar yang mengarah ke lantai atas. Letaknya yang berdekatan dengan tangga normal di sampingnya, membuat Sara jadi kepikiran sesuatu.

Apakah itu juga tangga? Tapi untuk apa tangga seperti itu? Aneh.

Jawabannya langsung dilihat Sara, saat seorang pria menuruni tangga itu. Pria dengan kursi rodanya bergerak turun dengan diikuti Raka di belakangnya. Sara yakin dia lah Tirtagama Wiryasurya yang membuatnya penasaran beberapa saat lalu.

Semakin lama, semakin mendekat, otak di kepala Sara mulai bekerja mengingat sesuatu.

Kursi roda, pria dengan setelan rapi, rambut tersisir rapi ke belakang, dimana dia pernah melihat pria ini?

“Perkenalkan, Nona. Beliau adalah Tuan Tirtagama Wiryasurya,” kata Raka memperkenalkan pria berkursi roda begitu mereka sudah berada di posisi yang tepat di hadapan Sara.

Sara memandangi pria yang disebut adalah Tuan Tirtagama Wiryasurya itu. Meski mereka saling berhadapan, tapi tatapan matanya tidak mengarah lurus pada Sara.

Tunggu!

Tanpa disadarinya, Sara langsung meloncat bangkit dari tempatnya duduk. “Ah! Pria di taman!,” serunya.

Senyuman Raka seakan menjelaskan semuanya. Sara menelan salivanya dengan kasar sebelum akhirnya kembali duduk.

“Baguslah kalau kamu sudah ingat,” kata Tuan Tirtagama pada akhirnya setelah sedari tadi Sara hanya mendengar Raka saja yang berbicara.

Lho? Kok?

“Bukankah waktu di taman dia ...” Sara berbicara dengan Raka sembari memutari telinganya sendiri dengan jari telunjuknya. Dia terkejut karena Tuan Tirtagama bisa menimpali kata-katanya dengan mudah. Karena sejak di taman itu, Sara mengira dia tuna rungu.

“Tuan menggunakan alat bantu dengar. Saat di taman, Tuan memang sengaja tidak mengatakan apapun.” Dan dilanjutkan dengan senyum yang tertahan.

Sara merasakan wajahnya merasakan panas yang luar biasa saat mengingat perilakunya yang kini dia sadari itu sungguh memalukan itu.

“Aku akan langsung saja,” Tuan Tirtagama itu kembali berkata.

Dan Raka bergerak maju meletakkan beberapa lembar kertas dengan deretan paragraf di dalamnya dalam sebuah map bening di atas meja yang ada di hadapan Sara.

“Aku menawarimu sebuah perjanjian kerjasama.”

Apa yang diinginkan pria itu darinya?

“Aku butuh kamu untuk menghadapi ibuku.”

Permintaan yang aneh ...

“Tugasmu adalah melindungiku dari ibuku agar tidak mendekatiku atau memberikanku apapun itu dari tangannya.”

Dan semakin aneh ...

“Sebagai gantinya, aku akan membiayai semua pengobatan ibumu, termasuk memasukkan ibumu ke dalam daftar eksklusif penerima donor ginjal.”

Ekslusif. Donor ginjal.

“Begitu juga dengan semua hutang-hutangmu, aku akan selesaikan semuanya.”

Hutang. Semua.

“Asalkan kamu menikah denganku.”

Menikah? Dengannya?

Seketika itu juga, Sara menjadi sangat gugup hingga membuat tangannya gemetar. Untuk menyembunyikannya, Sara meraih map yang baru diletakkan Raka tadi, lalu dibukanya lembar per lembar.

“K-kenapa saya harus menikah dengan Tuan?,” tanya Sara yang jelas terdengar cemas dan khawatir. Lembar-lembar yang dia buka tidak ada satupun yang dia pahami.

“Karena kamu akan menggunakan hak kamu sebagai istri untuk melawan ibuku. Kamu bebas marah, kamu bebas beralasan apapun itu, kamu bebas melakukan apapun asalkan dia tidak dekat-dekat denganku. Dan aku, dalam situasi apapun yang melibatkan ibuku itu, akan selalu membelamu dan menuruti semua perintahmu.”

“T-tapi kenapa harus dijauhi?,” tanya Sara lagi.

Tapi, pria itu hanya diam. Dia tidak menanggapi apapun. Sara pun tidak berani bertanya lebih jauh lagi. Kini suasana di ruangan itu begitu hening tanpa ada satupun dari mereka yang mulai bicara.

Sara mengusap keringat dinginnya yang baru saja meluncur turun dari keningnya, memandangi pria itu lekat-lekat. Tanpa kacamata hitam di wajahnya, pria itu terlihat berbeda saat dia melihatnya pertama kali di taman, tapi masih dengan aura yang sama, aura penuh ketegasan dan kecerdasan yang mendominasi. Dia memang seperti yang diberitakan.

“S-saya tidak tahu h-harus menjawab apa.” Sara akhirnya memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu. Setidaknya seseorang harus mengakhiri keheningan ini.

“Tuan memberikan Nona waktu untuk berpikir. Tapi keputusan harus dibuat hari ini,” jelas Raka menggantikan tuannya menjelaskan semuanya.

Tapi ... Sara bukan tidak memikirkan tawaran itu. Pengobatan Ibu jelas adalah yang membuatnya paling sulit menolak tawaran itu. Hanya saja ... menikahinya?

Ayolah, Sara ... Apa yang kamu khawatirkan? Kamu bahkan sudah putus dari Mas Vian. Kamu tidak sedang mengkhianati siapa-siapa. Kalian sudah bukan lagi sepasang kekasih, batinnya yang mendukung tawaran itu sedang berbicara.

Tapi ... kamu masih berharap Mas Vian berubah pikiran. Kamu masih ingin berbicara dengannya. Mencari jalan keluar untuk permasalahan kalian. Kalau kamu setuju menikah dengannya, kamu tidak akan bisa lagi melakukan itu, batinnya yang lain yang menolak tawaran itu kini menimpalinya.

Dan sekarang keduanya sedang berdebat untuk memenangkan hati Sara.

“2 tahun,” kata Tirtagama di tengah-tengah dua kubu batin Sara yang sedang bertarung. “Hanya untuk 2 tahun. Setelah itu, kita akan bercerai.”

2 tahun, dan kamu bebas, Sara. Entah suara batinnya yang mana itu. Sara kini tidak bisa membedakannya.

“A-apakah Tuan benar-benar akan membiayai pengobatan ibu saya?,” tanya Sara memastikan lagi tawaran Tuan Tirtagama itu, menyakinkan dirinya untuk tidak menyesali keputusannya itu.

“Tuan akan memberikan fasilitas kesehatan nomor satu untuk ibu Nona Sara. Setiap saat akan ada supir yang akan mengantarkan ibu Nona ke rumah sakit. Dan juga seorang perawat yang akan menemani ibu Nona setiap saat. Dokter yang ...”

“Tunggu, tunggu ....,” Sara memotong penjelasan Raka. “P-perawat? S-setiap saat? Maksudnya ...?”

“Kita akan menjadi suami istri. Sudah jelas kamu akan tinggal di sini, di rumahku. Dan ibumu jelas tidak mungkin tinggal di sini. Atau kamu ingin ibumu juga tahu kalau kita berpura-pura? Karena jika iya, itu artinya kita akan tinggal sekamar. Karena itu ...”

“O-oke, oke, saya mengerti ...” Kepanikan Sara jelas membuat jantungnya berdegup tidak beraturan. Bahkan saat Tuan Tirtagama itu menjelaskan maksudnya, pikiran Sara semakin berantakan. Tinggal bersama orang asing, sungguh sesuatu yang tidak bisa dibayangkan saat ini.

“Dan satu lagi. Kamu akan berhenti kerja.”

Sara kembali dikejutkan dengan pernyataan Tuan Tirtagama yang terakhir. “B-berhenti kerja?”

“Begitu kamu menyetujuinya, aku tidak peduli bagaimana kamu melakukannya. Aku ingin kamu resign secepatnya dari tempat kerjamu,” lanjut Tuan Tirtagama dengan penjelasan yang sama sekali tidak jelas bagi Sara.

“Setelah itu, kamu akan bekerja denganku, dan kamu akan mendapatkan gaji dari itu.”

Apa yang harus aku lakukan sekarang, ya Allah?

......................

Author’s Note (QnA) :

Q : Bukannya tuli itu juga berarti bisu, ya?

A : Anak yang terlahir Tuli seringkali memiliki kesulitan saat berbicara. Karena fungsi pendengarannya yang tidak baik, anak Tuli kadang tidak dapat melafalkan beberapa huruf sebaik anak yang memiliki pendengaran normal. Ini yang menyebabkan anak menjadi kesulitan berbicara dimana kondisi ini sering diartikan sebagai Bisu. Jika sudah demikian, bahasa isyarat adalah solusi anak dalam berkomunikasi. Atau mulai memasangkan alat bantu dengar pada usia anak mulai belajar berkomunikasi agar dapat belajar mengenal suara sejak dini.

Berbeda dengan anak yang dilahirkan normal, lalu hingga di usia tertentu (terutama saat anak sudah mengenal suara dan beberapa kata), telinganya mengalami kerusakan hingga menjadikannya Tuli, anak tersebut tetap bisa berbicara secara normal. Dengan bantuan alat bantu dengar (tergantung kondisi ketulian masing-masing anak), anak tersebut masih bisa berkomunikasi secara normal meski tanpa bahasa isyarat. Karena sebelumnya anak sudah bisa berkomunikasi, dan ketuliannya tidak akan mempengaruhi ingatannya dalam berkomunikasi, kecuali jika terjadi sesuatu yang menyebabkan komplikasi.

Informasi lebih lanjut dapat dibaca di sini : https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/anak-tuli-sudah-pasti-bisu/

https://rsud.tulungagung.go.id/bayi-lahir-bisu-dan-tuli-bisakah-disembuhkan/\#:~:text\=Bisu%20dan%20tuli%20disebut%20dengan,%2C%20mulut%2C%20lidah%20dan%20lainnya.

Terpopuler

Comments

Syahrini Cacha

Syahrini Cacha

MaasyaaaAllah keren 👍🏻

2024-06-21

0

Ling 铃

Ling 铃

apa nih apa nih.... 🔥🔥🔥

2023-07-03

1

lihat semua
Episodes
1 Part 1 : A Disaster Day
2 Part 2 : Pertemuan Pertama, atau Kedua?
3 Part 3 : Menikah?
4 Part 4-1 : Restu Ibu Adalah Segalanya
5 Part 4-2 : Restu Ibu Adalah Segalanya (POV Agam)
6 Part 5-1 : Ibu Titip Sara, ya
7 Part 5-2 : Ibu Titip Sara, ya (POV Agam)
8 Part 6 : 3 Hari 3 Malam
9 Part 7 : Sang Ibu Mertua
10 Part 8-1 : Next Future Corp
11 Part 8-2 : Next Future Corp (POV Agam)
12 Part 9 : Robot yang Keren
13 Part 10-1 : Sesuatu yang Disembunyikan (1)
14 Part 10-2 : Sesuatu yang Disembunyikan (2)
15 Part 11-1 : Petarung yang Roboh
16 Part 11-2 : Petarung yang Roboh (POV Agam)
17 Part 12-1 : Meresapi Kata Maaf
18 Part 12-2 : Meresapi Kata Maaf (POV Agam)
19 Part 13 : Istri Penanggung Dosa
20 Part 14 : Kamu Mencurigai Aku?
21 Part 15 : Sisi yang Berbeda
22 Part 16-1 : Menyiapkan Hati
23 Part 16-2 : Menyiapkan Hati (POV Agam)
24 Part 17 : Hari yang Tidak Diduga
25 Part 18-1 : Misi Pencarian
26 Part 18-2 : Misi Pencarian (POV Agam)
27 Part 19 : Terlalu Banyak Kejutan
28 Part 20-1 : Pernikahan yang Bahagia
29 Part 20-2 : Pernikahan yang Bahagia (POV Ibu Fira)
30 Part 21 : Bintang Jatuh (POV Agam)
31 Part 22 : Anak yang Pemberani
32 Part 23-1 : Bukan Gila Tapi Sinting
33 Part 23-2 : Bukan Gila Tapi Sinting (POV Agam)
34 Part 24-1 : Anak Kucing yang Tersisihkan
35 Part 24-2 : Anak Kucing yang Tersisihkan (POV Agam)
36 Part 25-1 : Perdebatan Suami Istri
37 Part 25-2 : Perdebatan Suami Istri (POV Agam)
38 Part 26 : Antara Agam dan Arya
39 Part 27-1 : Jangan Dengarkan Mama!
40 Part 27-2 : Jangan Dengarkan Mama! (POV Arya)
41 Part 28 : Pria Berwajah Sendu
42 Part 29 : Antara NFC dan FTC
43 Part 30-1 : Obrolan Sore Hari
44 Part 30-2 : Obrolan Sore Hari (POV Agam)
45 Part 31 : Pulang Adalah Jawaban Terbaik
46 Part 32-1 : Hari Terindah
47 Part 32-2 : Hari Terindah (POV Arya & Agam)
48 Part 33-1 : Ketika Mereka Bersatu
49 Part 33-2 : Ketika Mereka Bersatu (POV Agam)
50 Part 34-1 : Badai itu Datang Juga
51 Part 34-2 : Badai itu Datang Juga (POV Raka)
52 Part 35 : Mimpi Terburuk
53 Part 36 : Kembali ke Titik Nol
54 Part 37-1 : Malam yang Panjang nan Kacau
55 Part 37-2 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Yuda)
56 Part 37-3 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Arya)
57 Part 38 : Menangis Bersama
58 Part 39 : Kala Cinta Menggoda
59 Part 40 : Hanya Pertunjukan?
60 Part 41 : Punya Hak Apa Kalian?
61 Part 42-1 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku!
62 Part 42-2 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku! (POV Linda)
63 Part 43-1 : Tetaplah Bersamaku, Sara
64 Part 43-2 : Tetaplah Bersamaku, Sara (POV Agam)
65 Part 44-1 : Tidak Bersalah
66 Part 44-2 : Tidak Bersalah (POV Agam & Arya)
67 Part 45-1 : Mimpi Buruk yang Belum Usai
68 Part 45-2 : Mimpi Buruk yang Belum Usai (POV Agam)
69 Part 46-1 : Hilang dari Pandangan
70 Part 46-2 : Hilang dari Pandangan (POV Agam)
71 Part 47 : Rumah Tanpa Jiwa
72 Part 48 : Dia Adalah Suamimu
73 Part 49 : Itu Mas Agam
74 Part 50-1 : Pertemuan Setelah Perpisahan
75 Part 50-2 : Pertemuan Setelah Perpisahan (POV Agam)
76 Part 51 : Agam & Sara
77 Part 52-1 : Another Story in Japan
78 Part 52-2 : Another Story in Japan
79 Part 52-3 : Another Story in Japan
80 Part 52-4 : Another Story in Japan
81 Part 53 : Masa Lalu yang Menjadi Masa Kini
82 Part 54 : Takut Kehilangan
83 Part 55-1 : Kebohongan Sejak Awal
84 Part 55-2 : Kebohongan Sejak Awal (POV Agam)
85 Part 56 : Ava dan Kebenciannya
86 Part 57-1 : Hancur Karena Keegoisan
87 Part 57-2 : Hancur Karena Keegoisan (POV Agam)
88 Part 58 : Rencana Vian
89 Part 59-1 : Kamu Hamil?
90 Part 59-2 : Kamu Hamil? (POV Agam)
91 Part 60-1 : Biar Aku yang Tanggung
92 Part 60-2 : Biar Aku yang Tanggung (POV Agam)
93 Part 61-1 : Puncak Kemarahan
94 Part 61-2 : Puncak Kemarahan (POV Arya)
95 Part 62-1 : Saling Merindukan
96 Part 62-2 : Saling Merindukan (POV Widia)
97 Part 63 : Ini Karma
98 Part 64-1 : Keberanian Untuk Melepaskan
99 Part 64-2 : Keberanian Untuk Melepaskan (POV Ava)
100 Part 65 : Ikatan yang Kuat
101 Part 66-1 : Karma itu Juga Cobaan
102 Part 66-2 : Karma itu Juga Cobaan (POV Agam)
103 Part 67 : Saat Sara Pergi (POV Agam)
104 Part 68 : Pengejaran itu Berakhir (POV Agam)
105 Part 69 : Keajaiban itu Bernama Gia
106 Extra Part 1
107 Extra Part 2
108 Extra Part 3
109 Extra Part 4
110 Extra Part 5
Episodes

Updated 110 Episodes

1
Part 1 : A Disaster Day
2
Part 2 : Pertemuan Pertama, atau Kedua?
3
Part 3 : Menikah?
4
Part 4-1 : Restu Ibu Adalah Segalanya
5
Part 4-2 : Restu Ibu Adalah Segalanya (POV Agam)
6
Part 5-1 : Ibu Titip Sara, ya
7
Part 5-2 : Ibu Titip Sara, ya (POV Agam)
8
Part 6 : 3 Hari 3 Malam
9
Part 7 : Sang Ibu Mertua
10
Part 8-1 : Next Future Corp
11
Part 8-2 : Next Future Corp (POV Agam)
12
Part 9 : Robot yang Keren
13
Part 10-1 : Sesuatu yang Disembunyikan (1)
14
Part 10-2 : Sesuatu yang Disembunyikan (2)
15
Part 11-1 : Petarung yang Roboh
16
Part 11-2 : Petarung yang Roboh (POV Agam)
17
Part 12-1 : Meresapi Kata Maaf
18
Part 12-2 : Meresapi Kata Maaf (POV Agam)
19
Part 13 : Istri Penanggung Dosa
20
Part 14 : Kamu Mencurigai Aku?
21
Part 15 : Sisi yang Berbeda
22
Part 16-1 : Menyiapkan Hati
23
Part 16-2 : Menyiapkan Hati (POV Agam)
24
Part 17 : Hari yang Tidak Diduga
25
Part 18-1 : Misi Pencarian
26
Part 18-2 : Misi Pencarian (POV Agam)
27
Part 19 : Terlalu Banyak Kejutan
28
Part 20-1 : Pernikahan yang Bahagia
29
Part 20-2 : Pernikahan yang Bahagia (POV Ibu Fira)
30
Part 21 : Bintang Jatuh (POV Agam)
31
Part 22 : Anak yang Pemberani
32
Part 23-1 : Bukan Gila Tapi Sinting
33
Part 23-2 : Bukan Gila Tapi Sinting (POV Agam)
34
Part 24-1 : Anak Kucing yang Tersisihkan
35
Part 24-2 : Anak Kucing yang Tersisihkan (POV Agam)
36
Part 25-1 : Perdebatan Suami Istri
37
Part 25-2 : Perdebatan Suami Istri (POV Agam)
38
Part 26 : Antara Agam dan Arya
39
Part 27-1 : Jangan Dengarkan Mama!
40
Part 27-2 : Jangan Dengarkan Mama! (POV Arya)
41
Part 28 : Pria Berwajah Sendu
42
Part 29 : Antara NFC dan FTC
43
Part 30-1 : Obrolan Sore Hari
44
Part 30-2 : Obrolan Sore Hari (POV Agam)
45
Part 31 : Pulang Adalah Jawaban Terbaik
46
Part 32-1 : Hari Terindah
47
Part 32-2 : Hari Terindah (POV Arya & Agam)
48
Part 33-1 : Ketika Mereka Bersatu
49
Part 33-2 : Ketika Mereka Bersatu (POV Agam)
50
Part 34-1 : Badai itu Datang Juga
51
Part 34-2 : Badai itu Datang Juga (POV Raka)
52
Part 35 : Mimpi Terburuk
53
Part 36 : Kembali ke Titik Nol
54
Part 37-1 : Malam yang Panjang nan Kacau
55
Part 37-2 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Yuda)
56
Part 37-3 : Malam yang Panjang nan Kacau (POV Arya)
57
Part 38 : Menangis Bersama
58
Part 39 : Kala Cinta Menggoda
59
Part 40 : Hanya Pertunjukan?
60
Part 41 : Punya Hak Apa Kalian?
61
Part 42-1 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku!
62
Part 42-2 : Jangan Bawa Sara Tanpa Ijinku! (POV Linda)
63
Part 43-1 : Tetaplah Bersamaku, Sara
64
Part 43-2 : Tetaplah Bersamaku, Sara (POV Agam)
65
Part 44-1 : Tidak Bersalah
66
Part 44-2 : Tidak Bersalah (POV Agam & Arya)
67
Part 45-1 : Mimpi Buruk yang Belum Usai
68
Part 45-2 : Mimpi Buruk yang Belum Usai (POV Agam)
69
Part 46-1 : Hilang dari Pandangan
70
Part 46-2 : Hilang dari Pandangan (POV Agam)
71
Part 47 : Rumah Tanpa Jiwa
72
Part 48 : Dia Adalah Suamimu
73
Part 49 : Itu Mas Agam
74
Part 50-1 : Pertemuan Setelah Perpisahan
75
Part 50-2 : Pertemuan Setelah Perpisahan (POV Agam)
76
Part 51 : Agam & Sara
77
Part 52-1 : Another Story in Japan
78
Part 52-2 : Another Story in Japan
79
Part 52-3 : Another Story in Japan
80
Part 52-4 : Another Story in Japan
81
Part 53 : Masa Lalu yang Menjadi Masa Kini
82
Part 54 : Takut Kehilangan
83
Part 55-1 : Kebohongan Sejak Awal
84
Part 55-2 : Kebohongan Sejak Awal (POV Agam)
85
Part 56 : Ava dan Kebenciannya
86
Part 57-1 : Hancur Karena Keegoisan
87
Part 57-2 : Hancur Karena Keegoisan (POV Agam)
88
Part 58 : Rencana Vian
89
Part 59-1 : Kamu Hamil?
90
Part 59-2 : Kamu Hamil? (POV Agam)
91
Part 60-1 : Biar Aku yang Tanggung
92
Part 60-2 : Biar Aku yang Tanggung (POV Agam)
93
Part 61-1 : Puncak Kemarahan
94
Part 61-2 : Puncak Kemarahan (POV Arya)
95
Part 62-1 : Saling Merindukan
96
Part 62-2 : Saling Merindukan (POV Widia)
97
Part 63 : Ini Karma
98
Part 64-1 : Keberanian Untuk Melepaskan
99
Part 64-2 : Keberanian Untuk Melepaskan (POV Ava)
100
Part 65 : Ikatan yang Kuat
101
Part 66-1 : Karma itu Juga Cobaan
102
Part 66-2 : Karma itu Juga Cobaan (POV Agam)
103
Part 67 : Saat Sara Pergi (POV Agam)
104
Part 68 : Pengejaran itu Berakhir (POV Agam)
105
Part 69 : Keajaiban itu Bernama Gia
106
Extra Part 1
107
Extra Part 2
108
Extra Part 3
109
Extra Part 4
110
Extra Part 5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!