[Agam]
Saat Agam mendengar Sara mengucapkan kata ‘kasar’ yang ditujukan untuk dirinya, hatinya sudah meradang. Rasanya seperti ditusuk oleh ribuan benda tajam berkali-kali. Perih.
Tahu apa Sara tentang hidup Agam? Siapa memangnya dia yang bisa menilai begitu saja tanpa tahu yang sebenarnya? Padahal Agam adalah orang yang memegang kendali atas hidup ibunya, dan dia berani melemparkan kata-kata itu tepat ke wajahnya? Apa dia lupa, kalau Agam bisa saja membatalkan semuanya?
“Dia tidak tahu apa-apa. Tapi dia yang paling banyak bicara. Luar biasa, Sara. Luar biasa.”
Amarahnya yang meluap hampir menguasai dirinya sepenuhnya. Agam masih ingat dia meneriaki Sara dengan segala emosinya. Memarahinya. Dan gadis itu hanya diam.
Dia pasti ketakutan.
Tapi itu salahnya. Salah gadis itu yang memancing emosinya hingga meledak seperti itu.
Meski demikian, Agam memilih keluar. Dia tidak mau kemarahannya semakin mengendalikannya. Buruk. Akan sangat buruk.
Entah dia harus berterima kasih pada SH 3.2 atau harus menyesali karena tetap mengenakannya ketika dia pergi saat itu. Agam yang punya kebiasaan melepaskan alat bantu dengarnya saat dia butuh ketenangan, pada saat itu entah mengapa seperti enggan melepaskannya. Sebagian kecil hatinya ingin mendengarkan apa yang akan mereka bicarakan di belakangnya saat dia pergi, terutama setelah mereka melihatnya bagaikan orang yang kesurupan seperti tadi.
Dan saat itu, dia malah mendengar Sara berkata, “Biarkan saja, Mbok. Taruh saja, nanti biar saya yang makan. Sayang Mbok, sudah dimasak susah payah sama Mama.”
Tidak. Tidak boleh. Tidak boleh!
Dengan tangannya yang gemetaran, Agam memberi perintah pada kursi rodanya. Hampir saja dia memasukkan perintah yang salah. Tapi untungnya, dia masih sempat untuk kembali.
Mana piringnya? Mana makaroni itu?, batin Agam ketika dia sudah di puncak amarahnya mencari yang dia cari di atas meja makan. Sembari merutuki kedua matanya yang tidak banyak membantu. Dia terus meraba tanpa henti. Harus ketemu.
PRANG!
Piring pertama berhasil ditemukannya.
Tapi kemudian ...
PLAK!
Agam yakin dia baru saja memukul seseorang dengan cukup keras. Denyutan di seluruh bagian telapak tangannya adalah buktinya. Dan saat Mbok Jami berteriak memanggil nama Sara, Agam seketika menjadi merasa bersalah.
Agam bisa merasakan Sara sedang menatapnya dengan tatapan penuh kebencian. Tidak heran, dia baru saja memukul gadis itu. Sesuatu yang paling dia benci, memukul seseorang. Dan ... perempuan.
Kamar. Kamar adalah tempat persembunyian yang baik, begitu terus isi di kepalanya. Semua sensor dalam tubuhnya terus mendorongnya untuk pergi dari sana. Dan itulah yang Agam lakukan. Pergi.
Tidak terlintas kata maaf di kepalanya. Tidak ada.
Semua penyesalan yang dulu pernah menghampirinya, kini kembali lagi. Kemarahannya kembali memuncak. Dia membenci semua yang terjadi pada dirinya. Dia membenci dirinya sendiri.
Ini semua karena wanita itu. Karena aku terlalu percaya padanya. Terlalu naif karena mudah mempercayainya. Karena itulah ini hukumanku, karena telah menggantikan posisi mama dengan wanita seperti itu. Ini karmaku, begitu Agam merutuki dirinya sendiri terus-menerus.
Lihatlah, semua orang menyukainya. Dia cantik, ramah, lembut. Semua orang mengira dia baik, dan aku orang jahatnya. Dan sekarang, itu yang dilakukan Sara terhadapku.
Tapi, mereka semua tidak tahu. Wanita itu jahat. Jahat sekali. Dia yang membuatku menjadi seperti ini. Semua karena dia. Semua karena aku terlalu mempercayainya. Wanita itu tidak seperti apa yang terlihat. Wanita itu kejam.
Seharusnya aku jangan pernah percaya pada siapapun. Dari awal semestinya aku jangan mempercayai siapapun. Ini hasilnya!
Ini hasil dari semua kebodohanku.
Jika setiap manusia menyimpan penyesalannya dalam hidup mereka, maka penyesalan terbesar yang dimiliki Agam adalah menggantikan posisi mamanya dengan Widia di dalam hatinya.
Karena rasa percaya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Ling 铃
A..a...apakah.. mamanya yang... mencelakai mas??...
2023-07-03
2