Jaka yg sudah menyelesaikan buang hajat di toilet club, berjalan menuju posisi bosnya ketika ia tinggalkan tadi. Namun sesampainya, ia menarik salah satu alisnya heran kok Alfano tidak ada disitu. Ia melirik kesana kemari untuk mencari keberadaan Alfano dengan kemeja biru yg dipakai.
"Kemana bos angkuh itu!" gerutu Jaka sambil menarik rambutnya , pusing tak kunjung melihat bosnya itu didalam keramain club. Lelaki yg sedang kebingungan itu juga mengambil hp nya untuk menelepon Alfano. Berkali kali tidak ada jawaban meskipun tersambung.
"Kebiasaan! Pasti disilent!" teriak Jaka frustasi kebiasaan bosnya itu sungguh merepotkan ketika situasi genting gini.
Akhirnya Jaka bertanya pada bartender di bar itu.
"Hey bro, kamu tadi melihat lelaki berkemeja biru gak ? Dia tadi disini sambil mabuk" tanya Jaka.
Bartender tadi yg memberikan obat ke minuman lelaki yg sedang dicari menjawab asalan padahal itu kenyataannya, tp bartender itu tidak tau kenyataannya karena tidak peduli Alfano kemana setelah beranjak dari kursi bar lagian tugasnya hanya memberikan obat pada minuman tidak sampek memperdulikan efek selanjutnya. Ia sibuk harus melayani pelanggan yg lain, jadi tidak melihat Alfano bersama wanita didepan matanya. Bartender laknat itu pikir, dengan efek obat yg ia masukkan seharusnya, Alfano sudah bersama wanita saat ini untuk pelampiasan hasrat.
"Aku lihat dia bersama wanita pergi dari sini" jawab bartender cuek.
"Hah!!! Mana ada!!! Jangan ngacau kamu!!!" teriak Jaka yg tidak percaya jawaban dari bartender itu karena ia tau bahwa bosnya itu semabuk apapun tidak ingin memegang wanita yg tidak ia kenal. Dalan kondisi normal saja, dia terlihat sangat angkuh dalam bekerja dan bersosialisasi, ia tidak ada pikiran untuk menjamah wanita yang tidak ia sukai.
Bartender yg kena semprot Jaka, acuh dengan teriakan itu. Mana peduli apa yg dia katakan adalah benar atau tidak.
"Tidak mungkin , Alfano bersama wanita lain" ujar Jaka meyakinkan diri. Lelaki itu melihat tatapan bartender yg cuek serta seolah bodoh amat soal keberadaan bosnya. Ya wajar saja mana tau bartender itu jika lelaki yg telah ia berikan obat adalah salah satu pemilik perusahaan besar di Jakarta. Maka dari itu, Jaka memaklumi sikap bartender yg kurang ajar menurutnya.
Jaka tidak habis pikir bagaimana ia bisa menemukan bosnya. Ia berkata pada bartender yg acuh tadi untuk mempertemukan Jaka dengan pemilik club itu.
"Karena kamu tak ramah dan tak peduli bosku, aku rasa kamu tidak mengenalnya. Aku ingin bertemu Jake, pemilik club ini untuk meminta akses CCTV!" perintah Jaka yang sudah tersulut emosi karena tidak segera menemukan bosnya padahal sudah tengah malam ditambah lagi bartender yg seolah olah tak peduli dengan Alfano yang jelas jelas sebelum ia tinggalkan ke kamar mandi, bartender itu terlihat baik melayani bosnya itu.
"Pasti ada sesuatu yg telah ia perbuat" batin Jaka yg mencium bau bau aneh dari gelagat bartender yg berubah sikap.
Bartender hanya bengong, kok bisa pelanggan didepannya ini tau jika pemilik club itu adalah Jake. Pasti orang memiliki jabatan tinggi sampai tau hal itu. Bartender yg awalnya cuek, tidak peduli, dan acuh berubah ekspresi seperti menahan ketakutan mendengar Jaka ingin mengakses CCTV yang jelas menyorot kondisi bar dari depan samping dan belakang.
"Buat apa? Bos tidak ada disini" kata Bartender berbohong.
"Hahaha, kamu tidak bisa membohongiku brooo" tawa Jaka pecah mendengar kebohongan bartender yg jelas jelas ia tau Jake datang ke club itu karena sebelum mengantar Alfano ke bar untuk menemaninya minum, mereka bertemu Jake di pintu masuk berpapasan dan dengan arah yg sama yaitu masuk ke club.
Jaka makin yakin bahwa bartender itu melakukan sesuatu yg salah. Ia tidak mengubris bartender pembohong itu lagi namun mulai melangkah kan kakinya ke ruangan pemilik club. Sampai didepan pintu, Jaka mengetuknya dan baru masuk ketika mendengar sahutan dari dalam untuk diperbolehkan membuka pintu.
"Hey, Jaka. Apa yang membuatmu datang ke ruanganku" tanya Jake sambil mempersilahkan Jaka duduk.
"Alfano hilang. Aku tak bisa menemukannya di dalam club mu. Aku tadi memang meninggalkannya agak lama di toilet sekitar 30menitan, balik dia udah gak ada. Tapi aku curiga dengan bartendermu, ia bohong sesuatu yg jelas jelas aku tau. Pertama, Alfano selama ke club dan mabuk, ia tidak pernah ingin bersama wanita yg tidak ia kenal. Kedua, bartendermu berbohong bahwa kamu tak ada di ruangan padahal jelas2 kita tadi ketemu di pintu masuk kan" jelas Jaka tanpa jeda, terlalu khawatir dengan bosnya itu.
"Hmmmm, jadi kamu kesini mau melihat CCTV bar ya buat cari Alfano?" tanya Jake menebak.
"Betul, karena aku tau diruanganmu inilah kamera pengintai mengawasi hampir seluruh penjuru club kecuali ruangan2 sakral" jawab Jaka terkekeh.
"Hahaha benar. Oke, ikut aku" seru Jake berdiri dari kursinya dan berjalan menuju pojok ruangan yang sudah terlihat banyak layar tv yang menampilkan sorotan CCTV di tempat itu. Jaka mengikuti Jake dan sampai dengan posisi bersebelahan dengan pemilik club itu yg tak lain adalah temannya, lebih tepatnya teman semasa kuliah bersama Alfano.
"Mari kita lihat CCTV ini yg mengarah dari depan bar jadi bisa menyorot kondisi bar seluruhnya" ujar Jake dengan mengerakkan mouse komputer untuk melihat apa yg ingin dilihat mereka.
Sesaat memutar maju mundur video yang dirasa merupakan waktu dimana Jaka meninggalkan Alfano dan setelahnya.
Jaka melototkan mata ketika, ada waiters datang menghampiri bartender yg berbohong padanya memberikan sesuatu. Ia memberikan kode untuk Jake zoom layar itu bagian yg telah di pause.
"Sepertinya waiters itu disuruh orang untuk memberikan obat gairah pada minuman Alfano melalui bartender itu, jadi bisa saja dia melakukan malam pertama saat ini hahaha" tawa Jake menggelegar diruangannya itu. Ia sebagai teman Alfano tau bahwa temannya itu seperti membatasi diri terhadap wanita setelah diputuskan pacarnya ketika kuliah dengan sadis yaitu diselingkuhin didepan mata. Jake senang jika akhirnya Alfano dapat merasakan surga dunia dan semoga lelaki itu bisa melupakan rasa sakit hatinya terhadap wanita.
Jaka yang mendengar penjelasan dan tawa secara bersamaan dari Jake mengepalkan tangannya , menahan amarahnya yg ingin dia luapkan ke waiters dan bartender itu serta ingin tau siapa yg menjebak bosnya yg angkuh tapi polos soal wanita.
"Kurang ajar! Berani beraninya mereka sudah menjebak Bos perusahaan batu bara terbesar di Indonesia!" teriak Jaka dengan memukul angin didepannya sebelum ia memukul orang2 yg menjebak Alfano.
Meskipun Jaka juga tau sakit hati Alfano terhadap wanita yg menjadi mantan kekasih bosnya itu, tapi tak pernah sekalipun Jaka memberikan saran untuk melampiaskan kepada wanita lain. Mengingat Alfano dan Jaka memiliki saudara perempuan. Pasti tidak ingin adiknya disakiti orang lain hanya untuk pelampiasan.
Jake yang tau Jaka sangat marah, ia mengambil telepon disakunya dan menelepon seseorang.
"Suruh bartender 017 dan waiters 240 untuk masuk keruanganku!" seru Jake kepada seseorang yg dia telepon yaitu security club. Jake menamai pegawainya dengan nomor untuk menjaga profesionalitas dan tidak subjektif jika ada masalah.
Menunggu security datang dengan membawa yang ia minta, Jake meneruskan video cctv itu dan melihat Alfano sempoyongan jalan menuju toilet. Lalu ia beralih melihat monitor yg menyorot kondisi toilet dari luar. Di waktu yg sama dengan jam yang tertera di monitor depan bar ketika Alfano jalan, Jake dan Jaka menatap serius layar karena ternyata yg diucapkan bartender tidak sepenuhnya salah atau memang benar jika Alfano bersama seorang wanita.
"Siapa dia?" tanya Jaka menata Jake disebelahnya yg juga menatapnya.
"Mana aku tau. Wanita itu terlihat baik baik dan memakain blazer, kayaknya dia pegawai kantoran. Disini tidak ada sepertinya yang bekerja sebagai penghibur atau waiters" jawab Jake dengan mengangkat bahunya.
"Sepertinya aku pernah lihat, tapi lupa" lirih Jaka sambil berfikir. Tidak lama kemudian, terdengarlah ketukan pintu ruangan Jake. Sudah pasti itu security dan membawa 2 lelaki yang sangat ingin Jaka hajar.
Security pun mendorong tubuh waiters dan bartender yg telah memberi obat Alfano hingga tersungkur didepan Jaka dan Jake.
Tanpa basa basi, Jaka langsung melayangkan tinjuan kepda dua orang itu. 1 tinjuan sudah cukup membuat sudut bibir mereka berdarah.
"Katakan padaku! Siapa yg menyuruh kalian memberikan obat itu kepada bosku!" teriak Jaka sambil menarik kerah waiters karena yg memberikan obat pada bartender adalah dia.
Waiters hanya diam, jujur dia tidak tau siapa yg telah memberikan dia uang untuk menjebak Alfano. Bartender pun juga diam, ia merasa malu karena ketahuan berbohong didepan Jaka dan bersikap tidak baik.
Jake menahan tangan Jaka yg ingin memukul waiters untuk kedua kalinya.
"Cukup. Mereka juga karyawanku. Aku juga bertanggung jawab atas insiden ini. Serahkan padaku , aku akan mencari siapa yg menjebak Alfano. Kamu pergi saja mencari Alfano diluar , mungkin dia telah pergi dari sini" kata Jake sambil menahan pergelangan tangan Jaka agar tidak melayangkan pukulan lagi.
"Baiklah, aku serahkan padamu" seru Jaka sambil mendorong tubuh waiters itu dengan keras.
Jaka pun melangkahkan kakinya keluar ruangan itu dan menuju pintu keluar club. Setelah keluar, Jaka terkejut melihat mobil Alfano masih terparkir di parkiran.
"Kemana kamu? Mobilmu masih ada disini. Kamu pergi kemana!" gerutu Jaka sambil lagi lagi menarik rambutnya, merasa pusing.
Tanpa curiga dan tidak ingin memeriksa mobil bosnya itu, karena ia fikir tidak mungkin bosnya itu mabuk nyetir dan mengira wanita yg bersama bosnya itu juga sedang mabuk jadi tidak mungkin 2 orang itu dalam kondisi setengah sadar nyetir di ibukota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 148 Episodes
Comments
Sulas Tri
kayaknya cerita nya lumayan
2024-09-04
1
Dewi Oktavia
y ampun,,,,,ko awal cerita y begitu 😁👍
2024-09-01
1
ira
bosmu d dalam mobil jaka lagi menyalurkan hasratnya 🤭🤭
2024-07-11
1