[Welcome to Kota Kecil Angker]
MiLLie tercengang melihat papan nama dan petunjuk arah menuju kota kecil itu.
"Kota kecil Angker? Apa maksudnya? Apa kota itu tidak berpenghuni? Ataukah memang nama kota kecil itu Angker?" pikiran MiLLie mulai tak karuan.
Kota kecil Angker, tersembunyi di antara hutan yang gelap dan kabut yang tebal, Kota kecil angker itu selalu menyimpan rahasia yang mencekam. Tidak banyak yang tahu tentang tempat itu, dan orang-orang yang pernah mendengar nama kota kecil itu hanya melakukannya dengan sorotan mata penuh ketakutan.
Suasana malam yang mendung meliputi Kota Angker dan menyelimuti bangunan-bangunan tua yang seperti hantu di tengah keheningan malam yang mematikan. Tidak ada suara kehidupan di kota itu, kecuali desiran angin dan suara hujan yang lebat.
"Kota ini tampak seperti tempat yang ditinggalkan oleh waktu dan manusia." ucap MiLLie sambil melihat-lihat sekelilingnya berharap ia bisa bertemu penduduk kota.
MiLLie Berhenti tepat di depan rumah tua yang penuh dengan legenda urban. Rumor-rumor tentang arwah gentayangan dan penampakan telah beredar selama bertahun-tahun, dan MiLLie berharap dapat menemukan kebenaran di balik cerita-cerita itu.
"Aku pikir cerita-cerita itu hanya mitos, namun sejak aku meninggal tempat tinggal ku, seiring perjalananku, semua yang pernah aku dengar itu kini aku melihat dan merasakannya secara langsung." Gumam MiLLie sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Dengan senter hp di tangannya, dia memasuki rumah yang terkesan gelap dan mencekam itu.
MiLLie berjalan melalui koridor rumah tua itu, dengan lantai yang mengelupas dan berdebu, Sebuah angin dingin melewati jendela yang pecah, membuatnya merinding dan ia terus maju, senter di tangannya mengarahkan jalannya.
Tiba-tiba, dia mendengar suara langkah-langkah ringan di baliknya. Dia berbalik cepat, tetapi tidak ada yang terlihat di lorong yang gelap itu. Namun, ada perasaan aneh seolah-olah sesuatu atau seseorang seperti sedang mengintainya.
"Apa ada orang disana?" Tanya MiLLie.
Suaranya menggema di dalam rumah tua yang gelap itu.
MiLLie berusaha untuk tetap tenang, setiap kamar yang dia temui penuh dengan benda-benda yang telah ditinggalkan pemiliknya begitu saja. Potret-potret keluarga yang telah usang dan perabotan yang berdebu menyelimuti rumah itu dengan aura nostalgia yang mencekam.
Dia akhirnya mencapai sebuah ruangan bawah tanah yang berdebu dan terlupakan. Di sudut ruangan itu, dia menemukan buku harian kuno yang terbuka. Dalam buku harian itu, ada catatan tentang kejadian-kejadian aneh yang telah terjadi di kota itu selama puluhan tahun.
MiLLie terpaku pada catatan-catatan itu.
Mereka menggambarkan penampakan-penampakan dan suara-suara aneh di malam hari, dan kisah-kisah mengenai orang-orang yang menghilang tanpa jejak.
"Ini adalah bukti bahwa misteri kota ini bukan sekadar dongeng, melainkan sesuatu yang nyata." gumam MiLLie sambil membersihkan debu buku harian itu.
Ketika dia mulai membuka buku harian itu, dia kembali mendengar suara langkah-langkah seperti orang yang sedang berjalan.
...---------------...
MiLLie, terkejut oleh suara langkah-langkah di belakangnya, perlahan-lahan ia berbalik ke arah suara tersebut. Senter yang dia pegang masih menyoroti buku harian kuno yang dia temukan tadi. Dia merasa ketegangan merambat dalam dirinya saat dia mencoba mengidentifikasi siapa atau apa yang saat ini berada di belakangnya itu.
Di sudut ruangan yang remang-remang, dia melihat bayangan sosok manusia yang tak berwujud. Itu terlihat seperti bayangan yang bergerak, seperti asap hitam yang berputar-putar di udara.
Kepalanya berputar saat dia mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Namun, sebelum dia bisa bertanya atau bergerak, bayangan itu tiba-tiba mendekat dengan cepat. Hembusan angin dingin yang menusuk menusuk menerpa wajahnya, dan suara gemeretak yang mencekam mengisi ruangan.
MiLLie merasa tangan dingin seperti es menyentuh bahunya, dan dia bisa merasakan napas tak berwujud itu di lehernya. Hatinya berdegup kencang, tetapi dia tidak bisa bergerak atau berbicara. Bayangan itu semakin mendekat, membuatnya terjebak dalam ketakutan yang tak terkendali.
Hingga pada saat terakhir, bayangan itu seolah-olah melebur dengan kegelapan, menghilang seperti kabut malam yang menguap. Detak jantung MiLLie yang cepat dan nafas yang terengah-engah, merasa seolah-olah dia telah melewati pengalaman supernatural yang tak dapat dijelaskan.
Setelah pengalaman yang menakutkan dengan bayangan tak berwujud, MiLLie terengah-engah dan menghela nafas dalam-dalam saat mencoba meredakan detak jantungnya yang masih berdegup kencang. Senter di tangannya masih menyala dengan terang.
Dia melanjutkan penelusurannya di ruangan bawah tanah itu, mencoba mengabaikan ketakutannya yang belum sepenuhnya hilang. Di sudut ruangan yang lain, dia menemukan sebuah peti kayu tua yang terkunci dengan rapat. Peti ini terlihat jelas tidak pernah terbuka dalam waktu yang sangat lama.
Dia meraih gagangnya dan mencoba membuka dengan susah payah. Setelah beberapa usaha, peti itu akhirnya terbuka dengan gemeretak kayu yang kuno. Di dalam peti, dia menemukan sejumlah benda-benda misterius. Sambil merenungkan benda-benda misterius yang ditemukannya di dalam peti kayu itu, semakin banyak pula pertanyaan yang muncul dalam pikirannya.
Saat matahari mulai terbenam dan kegelapan malam mulai merayap, MiLLie merasa perlu meninggalkan rumah tua ini untuk sementara waktu.
Dia meninggalkan rumah itu dengan senter di tangannya, berjalan melewati koridor yang sepi dan menutup pintu depan. Kota Angker tampak lebih menyeramkan saat malam tiba. Jalan-jalan yang sempit dan gelap, serta bangunan-bangunan tua yang terlihat seperti hantu, menciptakan suasana yang mencekam.
Dia meninggalkan rumah itu dengan senter di tangannya, berjalan melewati koridor yang sepi dan menutup pintu depan. Kota Angker tampak lebih menyeramkan saat malam tiba. Jalan-jalan yang sempit dan gelap, serta bangunan-bangunan tua yang terlihat seperti hantu, menciptakan suasana yang mencekam.
Dengan hati yang berdebar-debar, MiLLie meninggalkan kota Angker untuk sementara waktu hingga lagi tiba. Ia melangkah pelan di jalan-jalan yang gelap dan sepi di Kota Angker. Setiap sudut kota penuh dengan aura misteri dan ketakutan.
Senter di tangannya menerangi jalannya dan bangunan tua yang dia temui. Beberapa di antaranya tampaknya sudah terlupakan oleh waktu, dengan jendela yang pecah dan pintu-pintu yang sudah lama tak terbuka dan yang lain masih berdiri tegak, meskipun tampaknya tidak ada penghuni di dalamnya.
Saat dia berjalan di sepanjang jalan utama kota Angker itu, dia melihat sekelompok orang yang berkumpul di dekat bangunan gereja yang terlihat angker. Mereka berbicara dengan suara berbisik-bisik satu dengan yang lainnya dan pandangan mereka terlihat tampak gelisah.
"Ada orang?" Ucap MiLLie merasa sedikit lega.
Ia merasa perlu mendekati sekelompok orang-orang itu untuk mencari beberapa petunjuk.
Bersambung...👉
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments