"Sudah?" tanya Ustadz Farhan saat istrinya diam dan tidak mengomel lagi. Pria itu diam bukan berarti Azizah bisa memakinya seperti itu, dia hanya memberikan ruang agar mereka bisa sama-sama melepaskan ganjalan dalam hati mereka!
"Ustadz gimana kalau saya hamil?" lirih Azizah yang mulai tertunduk. Perempuan itu menggigit bibir bawahnya, menahan suara isakkan karena air mata tak dapat dia bendung. "Ai masih sekolah, Ustadz! Bagaimana kalau Ai hamil, Ai masih mau kayak temen-temen Ai, Ai enggak mau seperti ini!"
Ustadz Farhan yang tadi sudah ingin menjelaskan semuanya duduk di depan sang istri, memeluk istri kecilnya seraya mengusap punggungnya lembut. "InsyaAllah aman, Dek! Mas mungkin salah, tapi mas tahu apa yang harus mas lakukan! Mas minta maaf! Sekarang mandi dan shalat dulu! Nanti mas jelaskan semuanya!"
Setelah melihat jam di samping nakas, Ustadz Farhan melepaskan pelukannya. "Saya akan pinjamkan baju Salma, kamu mandilah!"
Azizah mengepalkan kedua tangannya, perempuan itu beranjak dari tempat tidur akan tetapi dia hampir terjatuh saat merasakan seluruh tubuhnya yang ngilu, terlebih hal itu, dan kepalanya juga sangat pusing.
"Kenapa ada orang mengerti agama tapi brengsek sepertimu, Ustadz!" Dia masih kekeuh dengan pendiriannya, menyalahkan ustadz Farhan atas semua kejadian yang terjadi kemarin malam.
** ** **
Ustadz Farhan menyodorkan teh manis hangat pada Azizah yang duduk termenung di depan jendela kaca yang ada di kamar mereka. Perempuan itu tidak menoleh, dia masih marah kepada ustadz Farhan, masih tidak rela kalau suaminya itu mengambil haknya tanpa izin darinya.
"Brengsek!" gumam Azizah yang masih bisa didengar oleh suaminya.
"Ini!" ustadz Farhan menyodorkan ponsel milik salah satu muridnya kepada Azizah. "Ambil dan lihat sendiri apa yang mereka lakukan padamu Azizah!"
Perempuan itu dengan malas mengambil ponsel tersebut. Betapa terkejutnya Azizah saat melihat Reno dan teman-temannya sedang mencekokinya dengan minuman keras. Mereka juga tertawa seolah-olah itu adalah hal yang sangat menyenangkan.
Azizah tidak tahu, kenapa dia mau melakukan itu. Tapi, jika tidak salah, Azizah hanya menerima jus dari Reno, apa mungkin di dalam jus itu juga sudah ada sesuatu, kenapa dia tidak bisa mengingat apa pun.
"Bisa kamu bayangan kalau Allah tidak mengizinkan saya datang saat itu, bukan saya yang akan mengambil hak saya, tapi mereka semua yang akan menjadikanmu wanita tidak baik, apa kamu masih tidak mengerti?"
Azizah terdiam, dia menyerahkan kembali ponsel dari suaminya itu. "Ya tapi tetap saja! Kenapa Ustadz harus melakukan itu saat saya enggak sadar? Seharusnya Ustadz bisa lebih bijak kan? Ini malah ngambil kesempatan dalam kesempitan. Apakah hal seperti ini bisa dilumrahkan?"
Ustadz Farhan mengembuskan napas kasar, pria itu tidak tahu harus menjelaskan dengan cara seperti apa agar Azizah bisa mengerti semuanya.
"Dengar saya Azizah! Yang memulai itu bukan saya! Tapi kamu! Kamu yang memaksa saya untuk melakukan itu, kenapa kamu tidak mengerti juga! Apa saya terlihat sebrengsek itu di matamu, hah?"
"Iya!" sahut Azizah kesal. "Saya enggak percaya kalau saya yang memaksa. Ustadz itu laki-laki. Mana ada laki-laki baik, kalian semua itu sama! Ustadz pasti bohong sama saya! Saya tidak mungkin melakukan itu!"
Astagfirullah .... "Cukup Dek! Sudah cukup selama ini mas biarin kamu melakukan hal-hal gila seperti itu. Terserah kamu mau menganggap saya orang seperti apa. Sekarang, giliran saya yang meminta kesempatan. Saya janji, kesepakatan ini tidak akan merugikan siapa pun!"
Azizah yang tadinya sudah enggan menatap suaminya mulai luluh. Ia menolehkan kepalanya ke arah sang suami. "Kesepakatan apa?"
Ustadz Farhan meminta Azizah untuk duduk, ia juga meminta sang istri untuk minum terlebih dahulu, agak sedikit meringis saat perempuan itu duduk tidak nyaman. "Ya Allah Dek. Mas minta maaf kalau sudah bikin Adek ada dalam kesulitan," batin pria itu bersuara.
"Jadi apa? Kenapa ngajak saya duduk?"
Ustadz Farhan menarik napas panjang lantas mengembuskannya perlahan. "Saya tahu selama ini kamu selalu berusaha untuk membuat saya marah kan?"
Azizah memalingkan wajahnya, memang iya, tapi dia tidak akan mengakui hal itu.
"Sekarang giliran saya, Ai. Saya minta waktu satu bulan, kalau dalam waktu satu bulan kamu jatuh cinta sama saya, kamu boleh menentukan kita akan tetap melakukan pernikahan ini atau tidak, jika memang tidak, terserah, saya tidak akan menahanmu."
Azizah terdiam untuk beberapa saat, perempuan itu merasa jika ini bukan penawaran yang sulit.
"Tapi ... saya juga minta syarat sama kamu, jauhilah hal-hal yang kurang baik! Jauhi teman-teman kamu yang itu! Jangan bertingkah dan biarkan ini berjalan seperti seharusnya, boleh?"
Azizah mengangguk. Perempuan itu tersenyum mana kala ustadz Farhan beranjak dari duduknya.
"Saya buatkan sarapan dulu! Kalau enggak kuat jalan, biar nanti saya bawa makanannya ke sini!"
"Uhukkk!" Azizah malah tersedak air liurnya sendiri. Wajahnya memerah setelah mendengar kalimat ambigu yang dikatakan suaminya. Sebenarnya dia juga tidak sepenuhnya lupa, ada sedikit ingatan dari malam tadi, dan itu benar-benar membuat ribuan kupu-kupu menggelitik perutnya..
"Sebentar, kita ada di mana? Kenapa tempat ini sangat asing, Ustadz enggak niat buat nyulik saya kan?"
Pria tampan itu tersenyum lembut, berjalan mendekati Azizah sehingga Azizah memilih untuk mundur karena takut.
"Haruskah saya memberitahumu?" gumam ustadz Farhan pelan. "Keluarlah kalau kamu sanggup! Vila ini menggunakan kaca satu arah! Kamu tidak perlu khawatir."
Perempuan itu mengembuskan napas lega setelah suaminya pergi. Azizah meraba jantungnya yang berdebar, meraba bibirnya setelah melihat bibir ranum itu bergerak indah membuat bayangan tentang apa yang mereka lakukan tadi malam semakin jelas.
"Astaga ... kenapa masih terasa, apa aku sudah gila!" geram Azizah menampar wajahnya sendiri. Dia pasti hilang akal karena sudah membayangkan hal-hal gila seperti itu.
" Tapi ini di mana?"
Perempuan itu lekas beranjak. Ia membuka pintu yang terhubung ke balkon sehingga angin pagi menyeruak, menerpa wajahnya tanpa permisi.
"MasyaAllah. Kenapa ini lebih sejuk daripada yang kemarin. Tapi ... si Reno benar-benar bajingan! Berani-beraninya dia melakukan itu! Kalau ustadz Farhan enggak dateng gimana? Apa aku akan berakhir menjadi wanita murahan? Inalillahi!"
Perempuan itu bergidik, ia kembali masuk dan keluar dari kamar itu, wajah yang sebelumnya keras dan padat seperti kayu mulai menjukkan ekspresi lain. Sepasang matanya berbinar melihat kemewahan yang ada di dalam vila tersebut.
Demi apa Azizah akan mengatakan kalau ini adalah vila termewah yang pernah dia tempati. Interior vila itu juga bisa dibilang sangat aestetik. Nuansa modern klasik membuat Azizah seperti ada di dunia lain setelah sekian lama hidup di dalam rumah sederhana.
Namun, langkah kakinya terhenti. Kening perempuan itu mengkerut begitu melihat seorang perempuan tengah memeluk suaminya dari belakang.
"Sudah! Enggak pantas seperti itu!" kata Ustadz Farhan.
Perempuan itu pun melepaskan pelukannya, akan tetapi, dia hampir terjengkang karena terkejut saat melihat Azizah sedang menatap mereka dengan tatapan tajam.
"Azizah!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
erviani
siapakah Salma ini?? jawabannya adalah lanjooott baca
2024-09-25
0
Ratna Mahendra
biarin aja azizah liat suami nya dipeluk cewek lain,,biar tau rasa dia nya. kok gemes ama ai. ini yg bikin gemes ai nya apa yg nulis novel ya🤣🤣,,ayo lanjut up nya mb cantik
2023-07-13
2