Sore itu, selepas pulang dari kelas mengaji di pesantren, Azizah langsung membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur, perempuan itu bingung, kenapa sampai sekarang Ustadz Farhan masih begitu sabar, masih begitu baik, padahal dia sudah melakukan berbagai cara untuk membuat suaminya marah, yang menurutnya sangat menjengkelkan. Terlebih yang terakhir kali, dia berusaha untuk membuat keran di kamar mandi bocor, microwave meledak bahkan sudah tidak terhitung berapa banyak gelas dan piring yang sudah dia pecahkan.
"Aku bahkan sudah membuat kesalahan yang sangat fatal, Ustadz. Apa kabar kalau aku berpacaran dengan Reno tidak sampai ke telinganya? Tapi itu tidak mungkin, semua orang di sekolah tahu akan gosip burung itu?"
Helaan napas kasar keluar dari mulutnya, Azizah, perempuan itu dengan cepat beranjak, ia menatap ke arah luar jendela cukup lama, suasana di luar sana, entah bagaimana itu sekarang, Azizah ingin merasakan hembusan angin malam, juga bagaimana rasanya bermain dengan teman-temannya seperti dulu.
"Aku enggak bisa terus seperti ini."
Azizah dengan cepat berlari ke arah lemari pakaian, perempuan itu mengambil outfit yang sederhana tapi cukup untuk membuatnya terlihat sangat cantik di usianya yang masih remaja, masih segar dan tidak memerlukan polesan make up untuk membuatnya menjadi lebih bersinar.
"Aku yakin, setelah ini kamu akan sangat marah, dan setelah itu kamu akan menceraikanku, Ustadz Farhan."
Senyum menyeringai menghias wajah Azizah, perempuan itu mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang sebelum akhirnya melompat dari kaca jendela di kamarnya.
Tidak terlalu sulit untuk bisa keluar dari pesantren mengingat statusnya sebagai cucu dari pemilik pesantren tesebut, hanya saja, di pos penjagaan, Azizah tetap harus memberikan keterangan untuk alasan kemana dia pergi di akhir pekan ini.
"Saya ada tugas sekolah dengan teman saya, Pak. Saya juga sudah meminta izin kepada Kiyai dan Ustadz Farhan, mereka mengizinkan kok."
Satpam di dekat gerbang itu menatap Azizah penuh selidik, ia memperhatikan Azizah dari bawah sampai ke atas, sepertinya tidak ada yang salah, alhasil, satpam itu pun membukakan gerbang untuk Azizah.
"Terima kasih, Pak!" ujarnya dengan senyum menghias bibir. "Bukan Bapak bodoh, tapi saya saja yang terlalu pintar," ujarnya lagi memuji diri sendiri.
Perempuan itu tersenyum riang, ia melambaikan tangan pada seseorang yang datang dengan motor matic miliknya.
“Sudah siap?” tanya Reno menatap Azizah lekat, jika melihat perempuan ini saat mengenakan pakaian biasa, kesannya benar-benar sangat berbeda, tapi satu hal yang pasti, Azizah masih terlihat sangat cantik.
“Kita mau pergi ke mana?” tanya Azizah seraya mengambil helm dan naik ke atas motor pacar bohongannya.
“Kita pergi ke cafe di dekat kebun teh, di sana sangat ramai, apalagi kalau malam Minggu seperti ini, view nya juga sangat indah, kamu pasti akan sangat menyukainya.”
Azizah tersenyum lebar, perempuan itu tentu sangat senang karena dia bisa menghirup udara segar, untuk pertama kalinya dia akan keluar dari sangkar, merasa bebas karena sekarang tidak ada bayang-bayang suaminya lagi. Azizah harap suaminya akan tahu tentang ini, ustadz Farhan harus marah dan mereka pasti akan bercerai.
Tidak sampai satu jam, mereka sudah sampai di sebuah area perkebunan teh yang sangat indah, itu adalah tempat wisata tapi suasananya masih sangat terjaga, lingkungan yang sangat bersih, udaranya sejuk juga bau alam yang menyeruak membuatnya Azizah langung berlari di atas jembatan yang terbuat dari kayu, diantara panjangnya jalur itu, Azizah merentangkan tangannya, mendongak merasakan segar dan sejuknya udara di sana.
“Apakah kau sangat menyukainya?” tanya Reno dari belakang punggung Azizah, perempuan itu mengangguk samar, bukan lagi sangat, tapi ini lebih dari itu.
“Sebentar lagi maghrib apa tidak sebaiknya kita langsung ke cafe saja?” tanya Reno dengan maksud agar mereka bisa segera melakukan kegiatan inti.
“Biarkan aku disini sebentar,” gumam Azizah membuat Reno mengangguk menurutinya.
** **
“Hai!” sapa Reno pada teman-temannya yang sedang menikmati coffee sore sambil berbincang banyak hal, di sana ada beberapa perempuan akan tetapi kebanyakan memang laki-laki.
“Wuahhhh … pacar baru ya Ren, cantik banget,” puji salah satu pria yang sedang bermain gitar. Mereka memilih untuk berkumpul di luar cafe karena di sana mereka bebas untuk merokok dan melakukan hal-hal seru lainnya.
“Cantik dari lahir,” kata Reno seraya menyentuh pinggang Azizah, membawa perempuan itu untuk duduk diantara teman-temannya yang lain. Azizah pun tidak banyak bertingkah, dia melepaskan tangan Reno dari pinggangnya dan hal itu membuat Reno sangat kecewa.
Sudah lebih dari dua minggu mereka pura-pura berpacaran, tapi tidak pernah satu kali pun Azizah mau dia sentuh meskipun hanya seujung kuku. Bagi Reno, ini adalah sebuah penghinaan besar, dia tidak pernah meminta uang, dan apa yang dia lakukan juga seharusnya tidak gratis, tapi Azizah malah bertingkah seenak jidatnya.
** ** **
Di sisi lain, sosok ustadz Farhan dibuat kebingungan, setelah shalat maghrib, dia kembali ke rumah untuk mencari sosok sang istri karena setelah dia pulang shalat ashar dia tidak melihat Azizah di rumah mereka, berharap kalau istrinya sudah kembali.
Namu nihil, Azizah sama sekali tidak ada di tempat itu, Azizah benar-benar tidak ada di semua sudut pesantren.
“Pak maaf, apa Bapak melihat istri saya? Eummm, maksudnya Azizah, cucu Kiyai Juhairu?”
Satpam itu berusaha untuk berpikir, dia merasa tidak melihat cucu Kiyai melewati gerbang pesantren.
“Maaf Ustad, saya enggak lihat!”
Ustad Farhan mengangguk mengiyakan, pria itu meraba lehernya dengan wajah khawatir, dia gelisah lantaran di luar juga semakin gelap.
“Ya sudah, kalau begitu saya permisi, Pak!”
“Tunggu!” ucap salah satu satpam yang ada di dalam post. “Ustadz nyari Neng Ai ya?” tanyanya.
Ustadz Farhan tersenyum. “Iya, saya cari istri say, Bapak lihat enggak?”
Satpam itu melirik salah satu temannya yang lain dengan wajah bingung. “Lho, tadi sore Neng Ai bilang kalau Neng Ai ada tugas sekolah, udah izin juga sama ustadz sama kiyai katanya.”
Terlihat raut wajah ustadz Farhan yang semakin gelisah, pria itu tersenyum tapi sangat terpaksa. “Ah, saya lupa, kalau begitu saya pamit dulu, permisi ya Pak!”
Dengan cepat Ustad Farhan berlari kembali ke tempat tinggalnya, ia mengambil motor sebelum akhirnya pamit kepada para satpam yang berjaga.
“Anak itu pasti membuat masalah lagi,” gumam seorang perempuan yang sejak tadi bersembunyi didekat tembok bangunan pesantren.
** ** **
Ustadz Farhan menghela napasnya beberapa kali, sudah beberapa kali dia mengitari area di sekitar itu bahkan sekarang sudah lebih jauh lagi akan tetapi dia tidak menemukan istri kecilnya.
“Ya Allah, Azizah kamu di mana?” gumam ustad Farhan yang mulai frustasi, ia menyugar rambutnya juga mengeluarkan ponsel dari dalam saku jaketnya. Berkali-kali ia menelpon, tidak ada jawaban, dia juga sudah mencoba untuk mengirimkan chat, tapi masih tidak ada satu pun chatnya yang di balas oleh perempuan itu.
“Ponselnya masih aktif kan?” gumam Ustadz Farhan. Dia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku, mengendarai motornya seperti orang gila sampai pada kahirnya ia berhenti di sebuah vila yang sangat besar.
Beberapa penjaga langsung membukakan gerbang dan Ustad Farhan pun melesat masuk ke vila tersebut.
“Assalamu'alaikum,” ujarnya pelan.
“Wassalamu'alaikum, jawab seorang perempuan dari dalam sebuah ruangan. “Ada apa Ustadz, tumben ke sini?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
erviani
takut si Reno berbuat macam-macam ke si Azizah
2024-09-25
0