Dan saat ini Leon kembali mengingat kejadian dimana ia tengah mencium Anggun di mobilnya tadi.
Dengan perasaan bahagia ia memegangi bibirnya sendiri dan tersenyum seperti orang gila yang sedang jatuh cinta untuk pertama kalinya.
Namun saat ia melihat ke dalam cermin yang mana memperlihatkan dirinya yang tengah duduk di atas kursi roda dan menyadari kelumpuhannya tersebut, tiba-tiba senyumannya perlahan redup dan berubah dengan wajah penuh amarah yang menyelimuti hatinya.
“Tidak..tidak…” teriak Leon yang merasa malu dan marah jika dirinya saat ini terlihat lumpuh dan lemah di depan wanitanya.
“Kenapa dia harus kembali saat aku dalam keadaan lumpuh seperti ini?!” lanjutnya dengan perasaan sedih dan marah.
Leon benar-benar tidak ingin Anggun melihatnya dalam keadaan yang seperti saat ini. Tapi jika ia harus memecatnya, dia juga takut akan kehilangan Anggun lagi dan pergi seperti dulu tanpa ia ketahui dimana keberadaannya.
Dan mau tidak mau dia akan tetap mempertahankan Anggun sebagai sopir pribadinya sampai dia tahu, kenapa Anggun harus menyamar dan berpura-pura seperti itu.
Ke esokkan paginya, Anggun kembali bekerja seperti sebelumnya. Namun kali ini, Leon lebih terlihat pendiam dan tidak banyak protes apalagi terus menolaknya seperti kemarin.
Namun kali ini Leon selalu menolak jika Anggun hendak akan mengangkatnya, tentu saja Leon tidak tega dan merasa harga dirinya akan jatuh setelah mengetahui siapa sopir pribadinya tersebut yang merupakan perempuan sekaligus wanita yang selama ini ia cari.
“Mulai saat ini, kau tidak perlu mengangkat ataupun menggendong ku lagi. Aku tidak suka bersentuhan dengan mu” ucap Leon pada Anggun.
“Tapi, tuan. Memangnya kenapa?. Bukankah itu bagian dari pekerjaan saya juga” tanya Anggun tidak mengerti.
“Aku bilang tidak perlu. Aku… aku tidak suka dengan bau badan mu itu” ucap Leon memberi alasan.
“Bau?!. Memangnya aku bau badan?” ucap Anggun pelan, sambil mencium bau badannya sendiri. Merasa bingung dengan alasan bosnya tersebut.
“Lebih baik kau panggilkan mang ujang saja ke sini. Cepat!” ucap Leon memerintah.
“Ta.. tapi, tuan” ucap Anggun hendak menolak. Dia merasa tidak enak hati jika harus melempar bagian dari pekerjaannya pada orang lain. Apalagi jika sampai ketahuan oleh ibu negara alias mamanya Leon yaitu nyonya Murni.
Bisa-bisa gajinya akan di potong karena tidak sesuai kontrak yang telah di sepakati. Karena hal tersebut sudah menjadi bagian dari pekerjaan sopir pribadi anaknya tersebut, mengingat keadaan Leon yang seperti sekarang ini, alias lumpuh.
Membuat Anggun kepikiran, bagaimana tidak, baru saja dia menyelesaikan satu hari pekerjaannya tapi harus di buat pusing dengan gaji yang nantinya tidak sesuai harapan. Dan Anggun tidak mau hal tersebut terjadi.
“Aku bilang cepat panggil Mang Ujang!” pekik Leon tidak ingin di bantah, meskipun sebenarnya ia tidak tega terus meninggikan suaranya pada Anggun.
Tapi dengan terpaksa dia harus bersikap seperti itu. Leon tidak ingin membuat Anggun susah payah harus mengangkat tubuhnya. Meskipun sebenarnya dia sangat senang jika bersentuhan dengan Anggun.
Sementara itu, Mang Ujang sudah datang dan membantu mengangkat tubuh Leon ke atas kursi rodanya.
Sambil menunggu Leon di kamar mandi, Anggun segera bergegas ke kamar pribadinya dan mengganti pakaiannya lalu kembali ke kamar tuannya.
Setelah itu, barulah dia menyiapkan segala perlengkapan yang akan di gunakan Leon untuk berangkat ke kantor.
Mulai dari pakaian, dasi, jam tangan dan lain-lain.
Lalu kemudian Leon pun keluar dari dalam kamar mandi.
Dia melihat Anggun sudah menyiapkan segala keperluannya.
Namun ia tidak melihat Mang Ujang di sana dan Leon kembali mempertanyakannya.
“Mang Ujang ke mana?” tanya Leon pada Anggun.
“Saya sudah menyuruhnya pergi, tuan” jawab Anggun santai.
“Apa?!. Memangnya aku menyuruhmu untuk mengusirnya keluar?” pekik Leon kembali kesal.
“Tit.. tidak, tuan” ucap Anggun mulai kembali gelagapan melihat reaksi bosnya tersebut.
“Tuan tenang saja. Saya sudah ganti baju, kok” ucap Anggun begitu lugunya.
“Apa?!” pekik Leon lagi, entah dia harus marah atau kesal.
“Iya, tuan. Saya sudah ganti baju. Kata Tuan tadi tuan gak mau saya bantu angkat karena saya bau, jadi tadi pas tuan lagi ada di dalam kamar mandi, saya segera ganti baju biar gak bau” ucap Anggun, membuat Leon geleng kepala dan mengusap wajahnya.
“Jadi saya menyuruh Mang Ujang untuk pergi, kan udah ada saya” lanjut Anggun kembali mempertahankan bagian dari pekerjaannya.
Pada hal maksudnya Leon tadi berkata seperti itu supaya Anggun tidak bisa lagi menggendongnya.
Tapi rupanya ucapan sinisnya tadi tidak berpengaruh pada Anggun.
Kemudian Leon pun segera melihat jam tangan di atas kasur king sizenya. Membuatnya tidak dapat mendebat ucapan Anggun lagi.
“Ya sudahlah terserah kau saja. Tapi ingat aku tidak mau sampai kau mengangkat atau pun menggendong ku, mengerti!” ucap Leon mengingatkan.
Membuatnya mau tidak mau harus tetap bersentuhan dengan Anggun. Tapi tidak dengan membuat Anggun harus melakukannya seperti sebelumnya.
“Lalu bagaimana saya akan membantu anda untuk duduk di kursi roda dan turun dari kursi roda nantinya?” tanya Anggun merasa sedikit bingung dengan perkataan tuannya tersebut.
Bagaimana bisa dia akan membantu tuannya bergerak jika tidak dengan mengangkatnya.
“Kau cukup bantu aku dengan menggandeng tanganku saja. Titik” ucap Leon memberitahu.
“Sekarang cepat bantu aku berpakaian lengkap!” lanjut Leon memberi perintah, tidak ingin mendengar perdebatan lagi.
“Ba.. baik, tuan” ucap Anggun dan segera melakukan sebagian dari pekerjaannya.
Mulai dari memasangkan kemeja lalu perlahan mengancinganinya. Dan diam-diam Leon kembali memperhatikan Anggun yang sedang mengancinganinya.
Mereka seperti layaknya suami istri sungguhan yang normal pada umumnya.
Seorang istri yang membantu suaminya bersiap-siap untuk berangkat ke kantor.
Itulah yang di rasakan Leon saat ia memandangi Anggun setiap kali membantunya berpakaian lengkap, rapi dan istimewa.
Hingga Anggun pun selesai mendandani tubuh bosnya tersebut dengan pakaian rapih dan menawan.
Meskipun sebenarnya, Leon memang tampan, gagah dan menawan. Walaupun keterbatasan kaki yang tengah di alaminya.
Anggun segera membawanya ke kursi meja untuk sarapan terlebih dahulu.
Kemudian sama seperti sebelumnya, Anggun segera meninggalkan tuannya bersama kedua orang tuanya di tempat tersebut.
Lalu dia menuju tempat mobil yang akan mengantarnya ke perusahaan tuannya.
Namun sebelum itu, sambil menunggu bosnya selesai sarapan, Anggun menghabiskan waktu tunggunya dengan mengelap-elap mobil mewah tuannya.
Dan setelah beberapa menit berlalu, Leon pun datang dengan kursi rodanya sendiri yang dapat ia kontrol dengan tombol mesin yang terdapat di bawah jari-jemari tangannya.
Anggun pun segera membuka pintu belakang mobil supaya Leon dapat masuk ke dalamnya.
Tapi saat ia hendak mengangkat tubuh tuannya tersebut, Leon lagi-lagi menolak dan melarang Anggun untuk membantunya.
“Tidak perlu, kau dekatkan saja kursi roda ini dan tahan” ucap Leon melarang Anggun untuk mengangkatnya.
Membuat Anggun seketika terdiam dan mulai mematuhi perintah tuannya tersebut.
Meskipun dia agak sedikit ragu melihat Leon dapat melakukannya sendiri tanpa bantuan dari orang lain.
Dan memang sebenarnya Leon dapat melakukannya sendiri, meskipun harus dengan mengandalkan kedua tangannya.
Selama ini dia memang sudah sering melakukannya sendiri, selain tidak ingin terlihat lemah di depan orang lain. Leon juga tidak ingin membuat dirinya harus slalu bergantung pada orang lain.
Tapi karena mamanya terlalu khawatir berlebihan dan tidak ingin mendengar cerewetan terus menerus, akhirnya Leon menerima usulan dari mamanya tersebut untuk mau di dampingi asisten pribadi sekaligus menjadi sopir pribadinya.
Meskipun sudah beberapa kali Leon bergunta-ganti asisten sekaligus sopir pribadi, namun mamanya tersebut tetap saja mencarikannya lagi dan lagi.
Hingga akhirnya Leon mendapati asisten sekaligus sopir pribadinya tersebut adalah Anggun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments