Tidak Butuh Di Kasihani

Beberapa jam kemudian setelah Leon di periksa dokter dan di biarkan sendiri di kamarnya, Leon mulai tersadar dan bangun dari tidurnya. Di lihatnya sudah pukul 05:06 pagi waktu setempat.

Leon mulai mengerjapkan matanya, memijat dahinya yang sedikit terasa pening. Kemudian mencoba mengingat apa yang terjadi padanya.

Leon mulai ragu dengan apa yang terjadi pada malam tadi, dia mengira hal itu hanya halusinasi atau mimpi malamnya saja. Membuatnya menghembuskan nafas kasar.

“Apa semalam hanya halusinasi dan mimpiku saja?” ucap Leon bertanya-tanya berbicara sendiri.

“Ya Tuhan… apa sebegitu rindunya aku?” lanjut Leon berinprofisasi sendiri, saat mengingat kembali kejadian tadi malam yang membuatnya hampir kalap kembali.

Sementara itu, di kamar lain tepatnya di kamar Anggun yang berukuran 4m X 4m yang memang di peruntukan untuk para karyawan rumah di kediaman tersebut.

Anggun pun mulai terbangun untuk bersiap memulai pekerjaannya. Dia di perintahkan untuk bangun lebih pagi.

Awalnya Anggun merasa bingung kenapa menjadi sopir harus bangun sepagi ini.

Rupanya Anggun masih belum tahu dengan kondisi Leon saat ini.

Anggun pun mulai mengikuti instruksi yang sebelumnya sudah dia dengar.

Setelah dirinya siap, Anggun mulai melangkah keluar dari dalam kamarnya.

Meskipun saat malam tadi dia hendak ingin kabur dari tempat tersebut setelah dia merasa hendak ingin di lecehkan kembali oleh Leon.

Tapi lagi-lagi bayangan anak-anaknya kembali mengingatkannya untuk tetap bertahan demi mereka, terutama untuk biaya kesembuhan anak bungsunya tersebut.

Setelah bersiap, Anggun perlahan menarik nafasnya mencari ketenangan untuk dapat tenang setiap kali akan bertemu dengan Leon nantinya.

Anggun berharap Leon tidak akan mengenalinya, supaya dia bisa lebih tenang bekerja di tempat tersebut.

Perlahan Anggun membuka pintu kamarnya dan mulai melangkah menuju pintu kamar Leon.

Dia di tugaskan untuk menunggu di depan pintu kamar Leon.

“Ya Tuhan… Aku harap mas Leon tidak mengenaliku. Tolong jangan biarkan dia sampai tahu siapa aku sebenarnya” ucap Anggun dalam hati, penuh harap minta pada Tuhannya.

“Tapi… aku bingung. Kenapa aku harus menunggunya di depan pintu kamarnya segala. Ada-ada saja” ucap Anggun merasa bingung sendiri.

“Ya sudahlah.. aku tunggu saja” lanjut Anggun tak ingin berpikir terlalu banyak.

Lalu tiba-tiba suara barito Leon terdengar.

“Mang Aseeff…. “ teriak Leon memanggil sopir mamanya yang terakhir kali membantunya bersiap-siap.

Leon pun belum di beritahu bahwa sopir barunya sudah ada, membuatnya masih berpikir bahwa mang Asef masih orang yang membantunya bersiap-siap.

“Haduh… lama banget. Kemana sih mang Asef?. Apa dia juga ingin aku pecat?!” ucap Leon tidak sabaran.

Dia hendak bersiap menuju kamar mandi. Namun tentunya hal tersebut masih belum bisa dia lakukan sendiri. Membuatnya kembali kesal dan marah-marah.

Dia mulai kembali merasa lemah tak berdaya, dan hal itu lah yang seringkali membuat emosinya mudah meluap-luap.

Merasa tidak dapat melakukan sesuatu sendiri membuatnya ingin marah dan seperti saat ini yang mulai kesal karena harus selalu bergantung pada orang lain. Apalagi orang yang di perlukan lamban dan tak secepat yang ia inginkan.

Leon membutuhkan orang yang serba gesit dan paham dengan apa yang dia inginkan.

“Itu… sepertinya suara Mas Leon. Apa aku masuk aja, ya” ucap Anggun dan ragu-ragu untuk masuk ke dalam kamar Leon.

“Tapi… aku takut kejadian semalam terjadi lagi” lanjut Anggun dalam hati, merasa khawatir hal serupa kembali terulang.

“Mang Aseefff… Cepat ke sini!!!” teriak Leon semakin keras dan bernada kesal.

“Aduuh bagaimana ini?” ucap Anggun sedikit gemetaran.

Membuat Bi Asri yang tanpa sengaja lewat dan melihat Anggun masih berdiri di depan pintu kamar tuan mudanya merasa heran dan segera membantu Anggun untuk masuk ke ruangan pribadi milik Leon.

“Loh, Gun. Kok masih berdiri saja. Tuan muda udah teriak-teriak manggil, tuh” ucap Bi Asri yang sudah tahu kebiasaan tuan mudanya yang seringkali berteriak-teriak manggil mang Asef untuk membantunya.

“Iya, bi. Tapi kan yang di panggil mang Asef bukan saya” ucap Anggun ngeles cari alasan.

“Kamu ini… tapi kan sekarang yang gantiin kamu. Udah cepet sana samperin” ucap Bi Asri pada Anggun dan menyuruhnya untuk segera masuk menemui tuan mudanya.

“Tapi bi…” ucap Anggun masih ragu.

“Udah ayo.. biar bibi anterin dulu dan kenalin kamu sama tuan Muda” ucap bi Asri tidak ingin mendengar alasan dari Anggun. Dan berniat memperkenalkannya terlebih dahulu pada tuan mudanya tersebut.

“Lam… “ ucap Leon terhenti saat melihat siapa yang mengetuk pintu dan masuk ke dalam kamarnya tersebut.

“Permisi, tuan muda. Hari ini mang Asef tidak akan datang. Dan untuk gantinya nyonya besar sudah menyuruh nak Angga ini untuk membantu anda”ucap Bi Asri memberitahu sambil menunjuk memperkenalkan Angga alias Anggun.

Leon pun melihat Anggun dari ujung kaki sampai ujung kepala. Dia belum menyadari orang yang saat ini dia perhatikan adalah Anggun.

Sementara Anggun yang di tatap oleh Leon, merasa dirinya tidak nyaman dan mulai merasa gelisah takut ketahuan dengan penyamarannya.

“Apa bibi yakin mama menyuruh orang ini?” tanya Leon memastikan, merasa tidak yakin dengan postur tubuh Anggun yang dinilainya kecil sebagai laki-laki, apalagi dia akan membantu mengangkat dirinya yang tinggi besar dan lumayan berat.

“Te..tentu saja, tuan” ucap Bi Asri terbata-bata, mulai merasa khawatir takut ketahuan tengah ikut berbohong mengenai siapa sopir yang akan membantu tuannya tersebut saat ini.

“Memangnya kenapa, tuan?” tanya Bi Asri memastikan.

“Sudahlah lupakan. Tapi awas saja kalau orang ini tidak becus bekerja. Aku tidak akan segan-segan memecat dia juga” ucap Leon dan terdengar mengancam.

“Bab… baik, tuan. Kalau begitu saya permisi dulu” ucap Bi Asri kembali merasa takut dan lebih memilih untuk segera meninggalkan ruangan tersebut.

“Kamu hati-hati ya, Gun. Bibi tinggal dulu” lanjut Bi Asri berbisik pada Anggun dan segera meninggalkannya.

“Tut..tunggu, Bi” ucap Anggun sambil sedikit menarik ujung baju Bi Asri berharap tidak meninggalkannya berdua dengan Leon.

Namun bi Asri tetap pergi dan meninggalkan Anggun bersama dengan tuan mudanya.

“Heh… cepat kau antar aku ke kamar mandi” ucap Leon memerintah.

“Apa?. Kenapa aku harus mengantarnya ke kamar mandi. Memangnya dia tidak bisa jalan sendiri apa?” ucap Anggun dalam hati, masih belum tahu dengan apa yang terjadi pada Leon.

“Hey… apa kau tuli?. Cepat bawakan kursi roda ku!” teriak Leon yang masih berada di atas tempat tidur dan melihat Anggun yang masih mematung dengan pikirannya sendiri.

Membuat Anggun sedikit terperanjat dan merasa ragu dengan apa yang di katakan Leon tentang kursi roda.

“Kursi roda?” tanya Anggun merasa bingung.

“Iya kursi roda. Kau pikir apa?” ucap Leon dengan sinisnya.

Mendengar hal itu entah mengapa membuat perasaan Anggun sedikit tidak tenang dan tak percaya. Anggun tidak ingin berpikir jika memang sedang terjadi sesuatu pada Leon.

“Cepat ambilkan. Itu ada di belakang mu!” ucap Leon yang menunjukan kursi rodanya dimana.

Biasanya kursi rodanya tersebut selalu ada di samping tempat tidurnya. Mungkin karena semalam Leon pingsan dan seseorang menaruhnya di tempat yang tak biasa Leon taru.

Anggun pun melihat ke arah yang di tuju Leon. Tiba-tiba perasaan Anggun merasa sedikit terganggu dengan apa yang di lihatnya saat ini. Dia masih berpikir positif bahwa Leon dalam ke adaan baik-baik saja.

Namun saat Anggun mendorong kursi roda tersebut dan membawanya ke hadapan Leon, dengan Leon yang berusaha untuk menaiki Kursi rodanya, tiba-tiba tanpa Anggun sadar matanya mulai menetes merasa tak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini.

Laki-laki yang dulu bertubuh sehat dan kuat, kini tengah mengalami kelumpuhan. Dan entah mengapa hal tersebut yang baru di ketahui Anggun, membuat perasannya terasa teriris.

Entah itu perasaan kasihan atau apalah, Anggun pun tak tahu.

Entah dia harus bahagia atau bersyukur dengan keadaan laki-laki yang dulu pernah berbuat buruk dan meninggalkan trauma padanya.

Tapi yang jelas saat ini, perasaan Anggun seolah ingin menangis melihat keadaan Leon yang terlihat tak berdaya.

Namun ia tidak ingin menangis di hadapan Leon. Dengan cepat Anggun segera menghapus air matanya.

Namun hal tersebut terlihat oleh Leon, dimana Anggun sedang menghapus air mata dan berusaha menyembunyikannya dari Leon.

“Heh… kenapa kau menangis. Apa kau merasa iba pada ku?!!. Aku tidak butuh untuk di kasihani. Kau mengerti!!” ucap Leon tidak terima ada orang yang terang-terangan menangis di hadapannya mengasihani dirinya karna lumpuh, pikir Leon.

“Tit.. tidak, tuan. Maafkan saya” ucap Anggun terbata-bata.

“Biar saya bantu, tuan” lanjut Anggun seraya ingin membantu Leon yang hendak menaiki kursi rodanya.

“Tidak perlu, aku biasa sendiri” ucap Leon dengan sinis dan mendorong tubuh kecil Anggun yang hendak ingin membantu, membuat Anggun terjatuh ke lantai.

Namun bukannya merasa bersalah, Leon malah mencibirnya.

“Dasar lemah… baru begitu saja sudah jatuh” cibir Leon dengan angkuhnya.

“Apa mama ku tidak salah merekrut orang” lanjutnya masih sinis dengan Anggun.

“Cepat bangun… siapkan air panas untuk ku. Sekarang!” ucap Leon memerintah, setelah puas mencibir Anggun.

“Bab..baik, tuan. Akan segera saya lakukan” ucap Anggun mendadak kembali takut dan segera bangun mengerjakan apa yang di suruh tuannya.

“Dasar arogan. Sudah lumpuh, ternyata sifatnya masih saja sombong dan menyebalkan. Menyesal tadi aku sempat kasihan dan menangis melihatnya. Aku sumpahin, mudah-mudahan selamanya dia tidak akan bisa berjalan” ucap Anggun merasa kesal sendiri dan mengucapkan sumpah serapahnya untuk Leon, sambil menyiapkan air di dalam kamar mandi.

Episodes
1 Flash black on
2 Flash back off
3 Lumpuh
4 Gaji Besar
5 Di Usir
6 Dapat Bonus
7 Membutuhkan Sopir Pribadi
8 Menyadari Sesuatu
9 Di Terima
10 Jangan Pergi Lagi
11 Tidak Butuh Di Kasihani
12 Wajah Tidak Asing
13 Khawatir
14 Sisi Lain
15 Hukuman Ke Kanak-Kanakan
16 Lumayan
17 Seperti Rasa Vanila
18 Gambar Sketsa
19 Tidak Perlu Menggendong Lagi
20 Itu Bukan Urusanku
21 Apa Yang Kau Pikirkan?!
22 Izin Keluar
23 Terhipnotis
24 Menular
25 Bocah Naif
26 Khawatir dan Cemas
27 Pijatan Dan Relaksasi
28 Teringat Sesuatu
29 Kau Harus Menemaniku
30 Sisi Lain
31 Jentikan Jari
32 Terus Menatap
33 Tersenyum Manis
34 Tidak Tenang
35 Di Pecat
36 Dasar Pengecut
37 Bertemu Masa Lalu
38 Raja
39 Kemana Dia?
40 Untuk Apa?
41 Batuk-batuk
42 Apakah Aku Tidak Salah Lihat?
43 Apa Dia Sudah Pergi?
44 Rahasia?
45 Merasa Jengah
46 Lepaskan Aku!
47 Jurus Bar-Bar
48 Tidak Dapat Anggun Terima
49 Kemana Dia?!
50 Lebih Dewasa
51 Babak Belur
52 Jeng Kellin
53 Siapa Kau?!
54 Cukup!!
55 Kenapa Aku Harus Menjelaskannya?
56 Belum Siap!?
57 Tunggu!!
58 Kamu Siapa?
59 Mendadak Gugup
60 Menggemaskan
61 Tidak Ingin Egois
62 Tenanglah
63 Mengomel
64 Malah Rebahan
65 Kenapa Berteriak?
66 Aku minta maaf
67 Kelemahan
68 Jangan Melihat!
69 Ada Apa Dengannya?
70 Tersipu Malu
71 Benarkah?
72 Bermasalah
73 Pengantar Makanan
74 Salah Tingkah
75 Memaki Diri Sendiri
76 Horee
77 Kepedean
78 Sabar
79 Villa Keluarga
80 Ayo jalan
81 Bohong!!
82 Ringan Sekali
83 Merasa Curiga
84 Kamu Serius?
85 Kamu Hanya Milikku (Tamat)
Episodes

Updated 85 Episodes

1
Flash black on
2
Flash back off
3
Lumpuh
4
Gaji Besar
5
Di Usir
6
Dapat Bonus
7
Membutuhkan Sopir Pribadi
8
Menyadari Sesuatu
9
Di Terima
10
Jangan Pergi Lagi
11
Tidak Butuh Di Kasihani
12
Wajah Tidak Asing
13
Khawatir
14
Sisi Lain
15
Hukuman Ke Kanak-Kanakan
16
Lumayan
17
Seperti Rasa Vanila
18
Gambar Sketsa
19
Tidak Perlu Menggendong Lagi
20
Itu Bukan Urusanku
21
Apa Yang Kau Pikirkan?!
22
Izin Keluar
23
Terhipnotis
24
Menular
25
Bocah Naif
26
Khawatir dan Cemas
27
Pijatan Dan Relaksasi
28
Teringat Sesuatu
29
Kau Harus Menemaniku
30
Sisi Lain
31
Jentikan Jari
32
Terus Menatap
33
Tersenyum Manis
34
Tidak Tenang
35
Di Pecat
36
Dasar Pengecut
37
Bertemu Masa Lalu
38
Raja
39
Kemana Dia?
40
Untuk Apa?
41
Batuk-batuk
42
Apakah Aku Tidak Salah Lihat?
43
Apa Dia Sudah Pergi?
44
Rahasia?
45
Merasa Jengah
46
Lepaskan Aku!
47
Jurus Bar-Bar
48
Tidak Dapat Anggun Terima
49
Kemana Dia?!
50
Lebih Dewasa
51
Babak Belur
52
Jeng Kellin
53
Siapa Kau?!
54
Cukup!!
55
Kenapa Aku Harus Menjelaskannya?
56
Belum Siap!?
57
Tunggu!!
58
Kamu Siapa?
59
Mendadak Gugup
60
Menggemaskan
61
Tidak Ingin Egois
62
Tenanglah
63
Mengomel
64
Malah Rebahan
65
Kenapa Berteriak?
66
Aku minta maaf
67
Kelemahan
68
Jangan Melihat!
69
Ada Apa Dengannya?
70
Tersipu Malu
71
Benarkah?
72
Bermasalah
73
Pengantar Makanan
74
Salah Tingkah
75
Memaki Diri Sendiri
76
Horee
77
Kepedean
78
Sabar
79
Villa Keluarga
80
Ayo jalan
81
Bohong!!
82
Ringan Sekali
83
Merasa Curiga
84
Kamu Serius?
85
Kamu Hanya Milikku (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!