Kemudian sore pun menjelang, waktunya bagi Leon untuk kembali pulang ke kediaman Adinata.
Setelah selesai mengerjakan pekerjaannya, Anggun sudah berada di depan pintu bosnya tersebut untuk menjemput dan membantunya mendorong kursi roda yang di tumpangi tuannya.
“Selamat sore, tuan” ucap Anggun dengan senyum terpaksanya saat melihat Leon keluar dari pintu ruangan.
Namun Leon hanya diam dan melihat Anggun tanpa berkata sepatah kata pun. Seolah dia tidak perduli dengan keadaan sopir pribadinya tersebut.
Leon rupanya sedang memikirkan sesuatu, dia masih kepikiran dengan makanan siang yang tadi di bawakan oleh sopir barunya tersebut.
Dia merasa heran, tapi bukan karena makanannya yang tidak enak atau aneh, melainkan bagaimana sopir barunya tersebut dapat memesan makanan kesukaannya yang hanya dia dan Anggun yang tahu. Bahkan asisten atau sekertarisnya saja tidak tahu.
Kalaupun dia harus minta tolong untuk dibawakan makan siang atau sejenisnya, Leon tidak pernah meminta secara detail makanan yang hendak ia makan.
Entah itu kebetulan atau asal pesen, tapi bagi Leon tidak mungkin sopir barunya tersebut bisa tahu dan memesan telur setengah matang dengan daging sapi yang juga setengah matang di dalam burger yang ia pesan.
Kalaupun asal pesan pasti sopirnya itu tidak akan meminta pelayan kafe membuat pesanannya sedetail itu tanpa ia suruh, pikir Leon.
Sambil menuju lantai bawah dan pergi ke parkiran mobil, Leon masih nampak memikirkan sesuatu.
Melihat hal tersebut, sedikit membuat Anggun merasa aneh dan bingung.
“Orang ini kenapa? tadi dia begitu cerewet dan banyak maunya tapi lihat sekarang, begitu pendiam dan asik dengan imajinasinya” ucap Anggun dalam hati sambil mendorong kursi roda Leon menuju parkiran.
“Tuan… Apa anda baik-baik saja?” tanya Anggun yang sedikit tidak tenang jika tuannya tersebut hanya diam dan anteng.
Tapi lagi-lagi tak ada suara yang menjawabnya, entah Leon mendadak tuli atau memang dia tak ingin banyak bicara saat ini.
Anggunpun kembali tak di hiraukan oleh bosnya tersebut dan dia hanya dapat menggelengkan kepala merasa di acuhkan.
Sesampainya di parkiran, Anggun segera membuka pintu belakang mobil terlebih dahulu.
Kemudian perlahan Anggun kembali mengangkat tubuh Leon dengan susah payah dari kursi rodanya.
Membuat seorang satpam yang melihatnya saat itu nampak terkejut, seolah dia tidak percaya bahwa orang yang di lihatnya bertubuh kecil darinya dapat mengangkat tubuh bosnya yang pernah dia bantu cukup berat jika di angkat sendirian.
“Walah… apa aku ndak salah lihat ini?!. Badan sekecil itu bisa-bisanya ngangkat tubuh tuan Leon. Wong aku saja yang pernah ngangkat tuan Leon mesti minta bantuan. Apalagi ini!” ucap seorang satpam merasa kaget sekaligus takjub dengan kekuatan yang di miliki sopir pribadi bosnya tersebut.
“Hebat.. hebat. Pantas saja dia keterima kerjaan double begitu” lanjutnya memuji sambil kembali berpatroli.
Sementara itu, Leon yang sudah berada di gendongan Anggun, diam-diam dia memperhatikan wajah Anggun kembali. Seolah dia sedang mencari tahu sesuatu dalam wajah tersebut.
Namun Anggun tidak menyadari hal itu, dia segera memasukan tubuh Leon ke dalam mobil sebelum pinggangnya kena encok jika terlalu lama mengangkat tubuh tuannya tersebut.
Tapi tiba-tiba, tubuh Anggun tak dapat mengontrol keseimbangan saat menaru Leon di kursi jok belakang mobil. Bagaimana tidak, ruang yang sempit dan tubuh Leon yang berat tentu akan membuat hal seperti itu akan terjadi cepat atau lambat.
Dan kini hal tersebut terjadi, hingga membuat Anggun tanpa sengaja menindih tubuh Leon di atasnya.
Dan bukan hanya itu, tanpa di sengaja dan tanpa di sangka-sangka bibir mereka berdua saling menempel satu sama lain.
Membuat keduanya membelalakkan mata secara bersamaan.
Menyadari posisi tersebut yang begitu intim, Anggun hendak bergegas bangun dari posisi tersebut.
Namun tanpa Anggun sangka-sangka, tiba-tiba kepala belakangnya di tahan oleh tangan Leon.
Membuat Anggun sulit untuk bergerak dan melepaskan diri dari posisi tersebut yang kini membuat Leon terlena mencium Anggun dengan paksa dan lebih dalam lagi.
Seolah Leon tidak perduli dengan siapa ia sedang berciuman. Entah dia sadar atau tidak bahwa yang ia sedang cium Anggun sebagai sopirnya.
Tapi yang jelas saat ini, seolah Leon terhipnotis oleh sentuhan bibir Anggun yang menempel di bibirnya hingga membuatnya berani melakukan hal tersebut.
Merasakan sesuatu yang berdenyut dan candu yang cukup lama tidak ia rasakan di dalam hati dan jiwanya, membuat Leon sulit untuk melepaskan Anggun dalam isapannya saat ini.
Leon terus memaksakan lidahnya untuk mengobrak abrik bibir ranum Anggun yang terasa manis seperti vanila.
Seolah kini Leon tahu siapa yang tengah ia kungkung dalam dekapannya saat mulai mengenali aroma tubuh Anggun saat ini. Itu sebabnya ia semakin bersemangat untuk menyentuh bibir ranum tersebut.
Leon terus menekan kepala Anggun supaya masuk lebih dalam dengan satu tangannya dan tangan lainnya menekan pinggul Anggun yang terasa kenyal di tangannya.
Meskipun kaki Leon terbilang lumpuh namun kekuatan tangan dan tubuhnya begitu kuat dan bertenaga.
Hingga membuat Anggun sulit untuk melepaskan diri.
Anggun mulai kembali merasa takut dan ingin segera melepaskan diri dari kungkungan Leon saat ini.
Meskipun ia sempat terlena oleh sentuhan dan aksi Leon yang membuatnya juga merasakan sesuatu yang berdenyut di hatinya.
Dan dengan susah payah Anggun pun dapat terlepas dari kungkungan Leon. Bukan karena dia dapat melepaskan diri dengan sendirinya. Tapi karena Leon mulai menyadari nafas Anggun yang hampir kehabisan karena ulahnya.
Dengan nafas yang memburu dan rasa takut yang mulai kembali datang, Anggun segera bangkit dan keluar dari dalam mobil tersebut dengan menarik nafas banyak-banyak.
“Apa yang aku lakukan. Kenapa aku juga malah ikut menikmatinya. Dasar bodoh..bodoh kamu Anggun” ucap Anggun dalam hati dan memaki diri sendiri atas kekhilafannya tersebut sambil menarik nafas tak beraturan.
“Tut.. tuan. Apa yang anda lakukan?” tanya Anggun dengan nafas yang masih menggebu-gebu di samping pintu mobil tanpa berani menatap Leon langsung apalagi berdekatan kembali dengannya.
Sementara itu tak ada jawaban dari Leon, dia hanya tersenyum merasa senang dalam keadaan masih terlentang di atas kursi mobil belakang.
Tanpa berniat menjawab pertanyaan sopir barunya tersebut, Leon lebih memilih bangun untuk duduk terlebih dahulu seraya menyisir bibirnya dengan tangan sambil tetap tersenyum.
Seolah dia habis memakan eskrim manis yang membuat bibirnya sedikit belepotan.
Berbeda dengan Anggun yang masih mengatur nafas dan perasaannya. Dia tidak mengerti kenapa Leon tiba-tiba menyerangnya seperti itu.
Membuat Anggun bertanya-tanya dalam benaknya.
“Apa dia sudah tahu siapa aku sebenarnya?” tanya Anggun dalam benaknya.
“Tapi kenapa dia diam saja?” bingungnya.
“Apa jangan-jangan dia jadi tidak normal?” tanya Anggun lagi dalam benaknya, membuat Anggun berpikiran yang tidak-tidak pada Leon. Pasalnya Leon melakukan hal tersebut saat dirinya sedang berpura-pura menjadi seorang laki-laki sebagai sopirnya.
Membuat Anggun bergidik ngeri.
Dia hendak ingin kabur lagi setelah mendapat perlakuan tersebut.
Namun lagi-lagi langkahnya terhenti saat ingatan si bungsu kembali terbayang di pikirannya.
Membuatnya merasa kesal sendiri dan sadar atau tidak Anggun menutup pintu mobil yang di dalamnya masih ada Leon dengan cukup kencang.
Namun mendapati perlakuan tidak sopan dari sopirnya tersebut, Leon tidak marah bahkan dia malah tersenyum dan menggelengkan kepalanya seolah memaklumi hal tersebut.
Bagaimana tidak, bahkan perlakuannya pada Anggun tadi lebih kurang ajar dan terkesan melecehkan.
Beruntung parkirannya tersebut khusus di peruntukan untuk CEO dan para petinggi lainnya jadi tidak banyak orang yang bisa kapan saja datang ke tempat itu dan melihat apa yang tadi dia lakukan pada sopir barunya.
Sementara Anggun dengan wajah kesal dan frustrasinya karena tidak dapat kabur ataupun melawan bosnya tersebut, membuatnya segera masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi kemudi.
Melampiaskan kekesalannya pada mobil yang akan membawa tuan kurang ajarnya tersebut untuk mengemudi dengan kencang.
Dan untuk sesaat dia tidak perduli jika akan mengalami kecelakaan dengan bosnya tersebut. Bahkan dia berharap bisa membuat bosnya itu terluka, tapi lagi-lagi dia harus memikirkan anak-anaknya.
Membuat Anggun perlahan mengedipkan mata berusaha meredakan emosinya seraya melajukan mobil tersebut kembali normal.
Namun Leon yang melihat hal tersebut malah membuatnya berkali-kali tersenyum merasa lucu sudah berhasil mengerjai wanitanya tersebut.
Tidak perduli jika dirinya akan mengalami kecelakaan karena cara mengemudi sopirnya tersebut yang sedang marah padanya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments