Ke esokkan paginya, Bi Asri bertanya kembali untuk memastikan keputusan Anggun yang bersedia bekerja menjadi sopir sekaligus asisten pribadi.
“Anggun…” panggil Bi Asri.
“Iya bi. Ada apa?” tanya Anggun yang sedang membuat sarapan di pagi hari.
“Gun, apa kamu yakin kamu mau bekerja jadi sopir pribadi?“ tanya Bi Asri memastikan.
“Tentu saja, bi. Memangnya kenapa bibi bertanya seperti itu?” ucap Anggun menanggapi dan bertanya balik.
“Bibi sedikit khawatir, katanya yang nanti bakal kamu sopiri itu orangnya suka marah-marah dan agak sensitif” ucap Bi Asri sedikit memberitahu informasi yang dia terima.
“Yaa.. kalau cuma marah-marah, Anggun masih bisa tahan bi dan kalau orangnya agak sensitif Anggun akan jaga jarak” ucap Anggun dengan santainya.
Dia masih belum tahu siapa yang akan nantinya dia hadapi.
Tapi sebelum itu terjadi, Anggun lebih memilih membayangkan gaji yang akan di terima nya nanti.
Bagaiman tidak, selama ini dia tidak pernah membayangkan dapat uang sebanyak itu. Apalagi di gaji dengan bayaran tinggi. Memikirkan hal tersebut, membuat Anggun merasa ada harapan besar untuk masa depan kedua anak kembarnya tersebut.
“Kalau kamu benar-benar sudah yakin, bibi ikut seneng kalau gitu. Jadi bibi bisa ambil keputusan kalau bibi juga akan ikut sama kamu dan juga si kembar” ucap Bi Asri memberitahu.
“Apa, bi?” pekik Anggun tak percaya dengan apa yang di dengarnya.
Sebelumnya Anggun pikir, dia akan pergi sendiri ke kota dan meninggalkan kedua anaknya bersama bi Asri yang akan membuatnya harus berjauhan dengan si kembar.
“Bibi dan si kembar juga akan ikut?” lanjut Anggun memastikan.
“Iya, jadi nanti bibi yang akan kerja sebagai art dan kamu sebagai sopir pribadi” ucap bi Asri.
“Tapi kalau nanti bibi ikut kerja, bagaimana dengan si kembar, bi?” ucap Anggun merasa sedikit khawatir.
“Kamu tenang saja, nanti anak-anak akan aman bersama menantu dan anak ibu. Kebetulan menantu dan anak ibu belum punya momongan dan saat ibu cerita, mereka sangat antusias dan meminta ibu untuk menitipkan si kembar di tempat mereka” ucap bi Asri pada Anggun.
“Apalagi kamu tahu sendiri kan, anak ibu itu melarang istrinya untuk tidak bekerja. Sementara mereka belum punya momongan, otomatis menantu ibu sendirian di rumah, gak ada temannya. Jadinya pas tahu kamu dan ibu mau bekerja, mereka langsung bersemangat meminta ibu supaya si kembar di bawa dan di titipkan saja di tempat mereka” lanjut Bi Asri panjang lebar.
“Bagaimana, apa kamu ijinin si kembar untuk sementara waktu tinggal di tempat mereka?” lanjut bi Asri bertanya pada Anggun mengenai keputusannya.
“Tapi bi, apa tidak merepotkan mereka nantinya?” ucap Anggun, takutnya si kembar akan membuat keluarga bi Asri kerepotan.
“Ya enggak dong, Gun. Orang mereka sendiri yang minta” ucap bi Asri mencoba meyakinkan.
“Lagi pula nanti kamu masih bisa ngunjungin mereka setiap saat. Kebetulan rumah majikan kita nanti gak terlalu jauh sama tempat anak ibu tinggal. Jadi saat kamu ada waktu, kamu bisa menemui si kembar” ucap bi Asri lebih lanjut.
“Apa benar itu, bi?” tanya Anggun masih belum yakin”
“Tentu saja” ucap bi Asri meyakinkan.
“Jadi bagaimana, apa kamu ngijinin” lanjut bi Asri kembali bertanya.
“Yaa… kalau menantu dan anak bibi tidak merasa keberatan, Anggun malah sangat berterima kasih sekali kalau seperti itu jadinya” ucap Anggun merasa lega dengan apa yang di katakan bi Asri, meskipun sebenarnya dia merasa tidak enak hati harus kembali merepotkan keluarga bi Asri.
Anggun sangat bersyukur di pertemukan dengan bi Asri dan keluarganya. Entah apa jadinya Anggun, jika saat itu bi Asri dan keluarganya tidak membantu dan mengabaikannya seperti kebanyakan orang yang di temui Anggun.
Setelah Anggun dan Bi Asri memutuskan bagaimana nantinya setelah berada di kota, kini mereka mulai bersiap-siap menyiapkan barang-barang yang akan mereka bawa setelah mereka menghabiskan sarapan pagi.
Sementara itu, di perusahaan Adinata Grup. Leon dan para karyawannya sedang mengadakan meeting seperti biasa.
Lain halnya dengan keadaan situasi di rumah Adinata yang mana nyonya Murni tampak uring-uringan.
Di karenakan sudah beberapa hari ini tidak dapat berkumpul dengan teman-teman sosialitanya dan tidak dapat dengan bebas pergi kemana-mana.
Pasalnya sopir pribadinya masih mengantar jemput putra tersayangnya dan belum mendapatkan sopir pengganti untuk anaknya tersebut.
Walaupun sebenarnya Leon tidak begitu membutuhkan bantuan dari sopir mamanya tersebut dan menyuruh mamanya untuk tidak perlu mengkhawatirkan dirinya.
Namun namanya seorang ibu tetap saja merasa khawatir, apalagi dengan mengetahui keadaan putra satu-satunya tersebut dalam keadaan lumpuh.
Tentu nyonya Murni tidak ingin terjadi sesuatu pada Leon dan tetap menginginkan seseorang untuk selalu standby setiap saat di kantor putranya tersebut.
Hingga seseorang yang bernama pak Karno penjaga rumah masuk dan memberitahu bahwa saudaranya yang berasal dari kampung bersedia bekerja jadi art dan juga membawa sopir pengganti untung tuan mudanya.
Mendengar hal tersebut, tentu membuat nyonya Murni sedikit lega dan merasa terbantu.
Selain nyonya Murni mencari para pekerja di agen-agen, dia juga menawarkan pada para karyawan rumahnya jika ada saudara atau teman yang ingin bekerja di rumah tersebut dengan senang hati nyonya Murni akan menerimanya. Tapi tentu dengan prosedur yang berlaku jua menurut ketentuan sang empunya rumah.
Namun untuk saat ini, yang terpenting bertemu dan melihatnya lebih dulu, pikir nyonya Murni.
“Permisi nyonya” ucap pak Karno.
“Iya Karno, ada apa?” tanya nyonya Murni di sela-sela keputus asaannya setelah menutup telpon dari agen pencari kerja.
“Begini nyonya, saya mau memastikan. Apa nyonya masih membutuhkan karyawan yang waktu itu nyonya katakan?” tanya pak Karno memastikan.
“Iya masih, apa saudara atau teman mu ada yang berminat?” tanya nyonya Murni.
“Benar nyonya, saudara saya ada yang berminat” ucap Karno memberitahu.
“Baguslah kalau begitu, kamu tinggal suruh saja orangnya ke sini” ucap nyonya Murni yang nampak masih biasa saja.
“Tapi maaf nyonya, saya sedikit lancang. Saya juga menawarkan mereka jika ada yang mau menjadi sopir pribadi tuan muda” ucap Karno sambil menundukkan kepala, takut jika nyonya besarnya merasa apa yang di lakukannya sok tahu.
Karena sebelumnya yang di tawarkan nyonya Murni hanya untuk karyawan art. Tapi karena Karno mendengar nyonya tersebut sedang mencari sopir pribadi untuk anaknya, Karno berinisiatif sendiri membantu mencarikannya juga.
“Apa?” pekik nyonya Murni, sedikit membuat Karno merasa wae was.
“Lalu.. apa kamu sudah mendapatkannya?” lanjut nyonya Murni bertanya.
“Sudah nyonya. Kebetulan orangnya nanti akan ikut datang bersama saudara saya yang akan menjadi art disini” ucap Karno memberitahu.
Sebenarnya jika sopir pribadi untuk anaknya, nyonya Murni ingin secara langsung mendapatkannya dari agen penyalur kerja. Selain bersertifikat pasti mereka memiliki kemampuan yang mumpuni dan bertanggung jawab.
Tidak ingin mempekerjakan sopir yang asal-asalan, bisa saja ugal-ugalan dan tentu itu akan membahayakan anaknya sendiri, pikir nyonya Murni sebelumnya.
Tapi melihat yang terjadi saat ini, sulit sekali mendapatkan sopir yang di inginkannya dalam waktu dekat. Pasalnya ini sudah ke sekian kalinya nyonya Murni meminta sopir pribadi untuk anaknya, hanya gara-gara ke egoisan putranya tersebut yang sedikit-sedikit maen pecat. Tentu hal tersebut akan mempersulit agen penyalur kerja dan dirinya sendiri.
Dan setelah nyonya Murni pikir-pikir pada akhirnya dia mempertimbangkan sopir yang akan di bawa saudara karyawannya tersebut.
“Ya sudahlah tidak apa-apa, bawa saja dulu kemari orangnya” ucap nyonya Murni sambil menimba-nimba keputusan akhirnya nanti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments