Kemudian setelah Leon selesai sarapan, Anggun segera membantunya mendorong kursi roda sampai ke mobil yang akan di gunakan bosnya tersebut.
Tidak ada orang yang membantu, Anggun pun mulai merasa gugup kembali karena lagi-lagi dia harus menyentuh Leon.
Bagaimana tidak, kondisi Leon yang saat ini dan Anggun bekerja di tempat tersebut memang membuatnya harus sering bersentuhan dengan orang yang kini menjadi tuannya.
Anggun segera membukakan pintu mobilnya, namun sesaat Anggun celingak celinguk, berharap ada orang yang dapat membantunya untuk memasukan bosnya tersebut ke dalam mobil.
“Kau tunggu apa lagi? Ayo cepat bantu aku masuk ke dalam mobil” ucap Leon yang merasa belum ada pergerakan dari bawahannya tersebut untuk segera membantunya masuk ke dalam mobil.
“I.. iya, tuan” ucap Anggun gelagapan.
Dan terpaksa dia pun mulai mengangkat Leon dari kursi rodanya dan menggendong tubuh Leon yang cukup berat bagi sebagian orang.
Sebenarnya untuk perempuan sekecil Anggun bisa jadi Leon tidak dapat di gendong. Tapi karena selama ini Anggun sudah terbiasa mengangkat barang-barang berat di tempat pekerjaan yang sebelumnya membuat Anggun tidak terlalu susah untuk mengangkat tubuh tuannya tersebut, meskipun masih membuat nafas Anggun sedikit engos-engosan mengangkat tubuh Leon yang terbilang tinggi besar.
Selesai memasukan Leon ke dalam mobil, Anggun segera menutup pintu mobil tersebut.
“Ya Tuhan… berat sekali orang ini” ucap Anggun dengan sedikit engos-engosan setelah menutup pintu mobil.
“Ada untungnya juga aku dulu angkat-angkat barang berat, jadi sekarang aku masih bisa mengatasi masalah ini. Tapi dia benar-benar berat banget” lanjut Anggun berbicara pelan sambil mengatur pernafasannya tersebut.
Sementara Leon di dalam mobil, diam-diam memuji kekuatan Anggun yang di sangkanya lemah karna melihat tubuhnya yang kecil untuk di bilang sebagai laki-laki.
“Kuat juga anak ini. Badannya kecil tapi dia mampu mengangkat tubuhku. Luar biasa” puji Leon dalam hati, sangat langka dia memuji seseorang, tapi kali ini merasa takjub melihat sopir yang di sangkanya lemah dan bertubuh kecil tapi mampu mengangkat tubuhnya yang berat.
Kemudian Anggun pun segera masuk ke kursi belakang kemudi setelah dia menaru kursi roda tuannya di belakang bagasi mobil.
Selama di perjalanan, tak ada suara sedikitpun. Selain suara jalanan yang di isi dengan keramaian kendaraan lalu lintas.
Leon nampak sibuk dengan barang pipih yang di sebut tablet. Sepertinya dia sedang mengerjakan sebagian pekerjaan kantornya di dalam mobil.
Sementara Anggun lebih fokus dengan melajukan mobil yang kini tengah di tumpanginya.
Lalu tiba-tiba terdengar suara nada dering panggilan masuk di tablet milik Leon. Tanpa memperhatikan siapa yang menelponnya, Leon segera menerima panggilan masuk tersebut. Sambil tetap fokus pada apa yang tengah di kerjakannya.
Dengan menggunakan bantuan earbuds wireless Leon tidak perlu menempelkan barang pipih tersebut di daun telinganya.
Leon langsung bersuara dan bertanya siapa yang tengah menelponnya tersebut.
“Hallo… siapa ini?” ucap Leon dan bertanya sambil tetap fokus pada apa yang tengah di kerjakannya.
“Leon… Apa kau tidak menyimpan nomorku?” tanya suara di ujung telpon milik Leon.
“Jangan menjawab dengan pertanyaan juga. Atau aku akan segera menutup panggilan ini” ketus Leon tidak perduli dirinya sedang berbicara dengan siapa.
“Tut..tunggu dulu, Leon. Jangan tutup telepon dari ku” ucap suara di ujung telpon.
“Aku Silvia. Tolong kamu jangan marah dulu Leon” ucap suara tersebut yang merupakan mantan kekasih Leon.
“Oh.. kau rupanya, Silvia” ucap Leon setelah tahu siapa yang tengah menelponnya tersebut. Membuat Anggun yang sedang mengendarai sedikit kepo saat mendengar nama wanita di sebut oleh Leon.
“Ada apa kau menelponku?” lanjut Leon bertanya dengan ketusnya.
Sementara itu Anggun yang penasaran, diam-diam ingin menguping percakapan bosnya tersebut dengan seorang wanita yang tidak dia kenal.
Dan tanpa Leon sadari, diam-diam Anggun mulai mendekat-dekatkan daun telinganya ke arah dimana Leon bersuara.
“Sepertinya mas Leon mendapat telpon dari seorang wanita” ucap Anggun merasa kepo saat mendengar nama wanita di ucapkan oleh Leon.
“Apa wanita itu kekasihnya?” selidik Anggun dalam hati.
Tentu saja dia tidak berani langsung bertanya seperti itu pada Leon.
Entah Anggun sedang merasa cemburu atau sekedar penasaran dengan siapa sekarang suaminya tersebut sedang dekat dengan seorang wanita.
Sementara wanita yang saat ini sedang menelponnya memang pernah dekat dengan Leon tanpa Anggun ketahui.
“Tidak… Aku hanya ingin bertanya. Kenapa kamu semalam tidak datang di undangan makan malam ku?” tanya Silvia di ujung telpon.
“Apa kamu tahu. Aku menunggumu hingga berjam-jam. Tapi kamu tidak kunjung datang juga” lanjutnya sedikit mengeluh dan dengan suara yang mendayu-dayu walaupun sebenarnya dia begitu kesal karena menunggu kedatangan Leon yang tidak kunjung datang.
“Apa sekretarismu tidak memberitahu mu?” lanjut Silvia bertanya, hendak ingin menyalahkan sekertaris mantan kekasihnya tersebut.
“Dia sudah memberitahu ku. Tapi maaf semalam aku sangat sibuk. Jadi aku tidak bisa menghadiri undangan makan malam dari mu dan sekarang pun aku sedang sibuk” ucap Leon dengan dinginnya.
Sebenarnya dia tidak ingin berhubungan lagi dengan mantan kekasihnya tersebut. Tapi entah dari mana mantannya tersebut selalu mendapatkan nomor ponsel pribadinya.
Hingga Leon sempat berkali-kali memblokir nomor mantan kekaksihnya tersebut. Tapi dengan nomor lain yang dia gunakan, Silvia kembali dapat menghubunginya.
Sampai akhirnya Leon pun sudah tidak perduli lagi dengan gangguan tersebut. Dan membiarkan Silvia bertindak sesuka hatinya. Yang terpenting, Leon merasa bahwa Silvia bukanlah siapa-siapanya lagi.
Namun jika Silvia sampai bertindak kelewat batas barulah Leon akan membuat perhitungan dengan wanita yang tidak tahu malu itu.
Seperti saat ini, setelah mengetahui bahwa Silvia lah yang tengah menelponnya, tanpa basa-basi lagi Leon segera menutup telponnya.
Sementara Silvia yang merasa telponnya di putus sepihak, tentu hal tersebut membuatnya murka dan marah-marah sendiri.
“Hallo… Hallo.. Hallo Leon” pekik Silvia yang mulai merasa tidak ada suara di ujung telponnya.
Kemudian dia segera melihat layar di hpnya untuk meyakinkan bahwa Leon telah benar-benar menutup telpon darinya.
“Br3ngs3k… S14l4an… Dia benar-benar menutup telpon dari ku” teriak Silvia merasa kesal.
“Awas saja!!. Aku tidak akan pernah membiarkan kamu hidup tenang, Leon” lanjut Silvia berbicara.
“Dasar kurang ajar, sudah lumpuh masih saja bersikap sok jual mahal dan keras kepala. Lihat saja nanti kau Leon, aku akan membuatmu bertekuk lutut di hadapanku” ucap Silvia penuh tekad dan amarah untuk membuat Leon bertekuk lutut di hadapannya.
Tapi sepertinya Silvia belum tahu siapa Leon yang sebenarnya. Dia belum merasakan kekejaman pria yang selama ini dia anggap lemah, namun di balik itu semua memiliki sisi dingin dan kejam. Apalagi semenjak kakinya lumpuh tanpa orang lain sadari Leon menyembunyikan sifat iblisnya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments