Sesampainya di perusahaan, Anggun segera memarkirkan mobilnya di tempat yang khusus di gunakan untuk para petinggi perusahaan.
Anggun lebih dulu keluar dari dalam mobil, dan segera membuka bagasi untuk menyiapkan kursi roda yang akan di gunakan tuannya tersebut.
Kemudian dia segera membuka pintu mobil dan membantu Leon kembali untuk keluar dan duduk di kursi roda yang setiap saat menemani perjalannya.
Setelah meletakkan Leon di atas kursi rodanya, diam-diam di belakang Leon, Anggun meregangkan tubuhnya ke belakang merasa sedikit pegal setelah mengangkat tubuh tuannya tersebut. Beruntung Leon tidak menyadari hal tersebut.
Kemudian Anggun segera mendorong kursi roda bosnya menuju lift yang telah di sediakan.
Anggun segera menekan tombol 22 atas perintah tuannya.
Lift pun terbuka dan mereka segera masuk ke dalam lift tersebut.
Di dalam lift tidak ada orang lain selain mereka. Mereka pun kembali terdiam tanpa ada suara.
Tapi tiba-tiba terdengar suara ribut dari belakang punggung Leon. Yang mana suara tersebut datang dari perut Anggun.
Hal tersebut tentu membuat Anggun merasa sedikit malu dan segera memegang perutnya tersebut berharap tidak bersuara kembali.
Rupanya dari tadi pagi Anggun belum sarapan dan belum sempat mengganjel perutnya dengan sesuatu.
“Tidak sopan. Berisik sekali perut mu itu” sinis Leon bersungut-sungut.
“Apa kau tadi tidak sarapan lebih dulu?” lanjut Leon bertanya dan dengan nada kesalnya.
“Bagaimana aku sempat sarapan, aku kan mengurus dirimu dan membuat ku lupa untuk mengganjal perut ku sendiri” ucap Anggun dalam hati dan sedikit memanjangkan bibirnya di belakang Leon sedikit kesal bila mengingat kejadian tadi saat membantu Leon untuk bersiap-siap ke kantor.
Namun Anggun tidak menyadari bibir manyun dan wajah kesalnya tersebut terlihat oleh Leon di balik pantulan pintu lift tersebut dan bukannya menjawab pertanyaan dari Leon tadi.
“Heh… kau bukannya menjawab malah meledekku. Apa kau benar-benar ingin segera ku pecat” pekik Leon kembali kesal dan kembali menggertak Anggun.
“Astaga… kenapa aku bodoh sekali” ucap Anggun dalam hati, merasa salah tingkah saat ketahuan oleh tuannya tersebut.
“Ja.. jangan tuan, maafkan saya. Saya tidak akan melakukannya lagi” ucap Anggun segera berlutut di samping kursi roda Leon sambil memohon untuk tidak di pecat.
Dan entah mengapa saat Leon melihat raut wajah Anggun yang memohon padanya membuat Leon lagi-lagi tidak bisa benar-benar memecatnya.
Pada hal biasanya sedikit pun karyawan sebelumnya membuat gara-gara yang menurutnya salah, tidak ada ampun untuk mereka terus bekerja dengannya. Mereka akan langsung di pecat meskipun baru beberapa jam bekerja padanya.
Tapi kali ini seolah Anggun menjadi pengecualian untuknya.
“Sudah cukup, jangan pasang wajah seperti itu lagi di hadapanku. Kau ini pria, tapi sikap mu seperti perempuan saja, sok man…” ucap Leon tanpa enggan menyelesaikan kalimat akhirnya tersebut.
Bagaimana tidak, melihat sopir pribadinya yang baru saat ini sedang memohon padanya, namun di mata Leon dirinya seolah sedang melihat seorang gadis yang sedang memohon manja padanya.
Membuat Leon sedikit bergidik, merasa aneh dengan dirinya sendiri. Karena yang dia tahu yang saat ini di pandangnya tersebut adalah seorang pria.
Namun Leon masih dapat mengontrol dirinya dan tetap bersikap dingin pada sopir barunya tersebut.
“Menyingkirlah dari wajah ku dan jaga jarak dariku. Kau mengerti!” ucap Leon sambil menempelkan jari telunjuknya di dahi Anggun dan perlahan mendorongnya supaya menjauh darinya.
“Sekarang kau berdiri di sudut, letakkan tanganmu masing-masing di ujung kedua telingamu dan angkat satu kakimu. Cepat lakukan sekarang sampai lift ini terbuka” lanjut Leon dengan ide kekanak-kanakannya tersebut.
Dan dengan terpaksa Anggunpun melakukan hal tersebut.
Dengan langkah pelan dia pun berdiri di sudut melakukan apa yang di perintahkan Leon padanya.
“Apa-apaan dia ini. Apa dia pikir aku ini anak sekolahan yang melanggar peraturan sekolah?” ucap Anggun dalam hati dan kembali cemberut dengan hukuman yang harus dia terima.
Sementara Leon bersikap acuh tak acuh dengan hukuman yang dia berikan pada sopir barunya tersebut,
Hingga akhirnya lift pun terbuka dan Anggun segera kembali mendorong kursi roda Leon.
Sesampainya di ruangan kantor milik Leon, Anggun segera pamit dan meninggalkan ruangan tersebut.
Namun sebelum Anggun berhasil membuka pintu, Leon lagi-lagi menghentikan langkahnya.
“Tunggu… sebelum kau pergi, buatkan aku kopi hitam lebih dulu” ucap Leon memberi perintah.
“Baik, tuan” ucap Anggun patuh, tidak ingin mendebat lagi. Dia sudah sangat lapar, seolah tenaganya sudah habis karena beberapa kali harus mengangkat tubuh berat milik sang tuan.
Membuat Anggun ingin segera menyelesaikan pekerjaannya tersebut. Supaya bisa sedikit bersantai dan sarapan.
Dia sedikit mencari-cari tempat pantri di tempat tersebut.
Hingga dia menemukan pantri yang dia cari setelah bertanya pada karyawan di sekitar.
Anggun pun segera membuat kopi hitam yang di pinta tuannya.
Lalu tiba-tiba ada seorang karyawan kantor yang nampa kepo dengan keberadaan Anggun tersebut.
“Mas… sopir barunya pak Leon, ya?” tanya seorang karyawati yang merasa kepo. Dan sudah tahu bosnya tersebut sudah sering gonta ganti sopir pribadi.
Jadi tidak heran jika lagi-lagi melihat wajah sopir bosnya yang slalu berbeda-beda.
“Kita taruhan, Put. Pasti gak sampai seminggu pak Leon bakal pecat lagi sopirnya” celetuk karyawati sebelahnya mengajak taruhan temannya tersebut.
Sepertinya karyawan di perusahaan Leon sudah pada hafal dengan sikap bosnya yang tidak bisa betah dengan sopir pribadinya tersebut.
“Hsst… apaan sih lu” ucap karyawati tadi yang bernama Putri.
“Udah gak usah di dengerin Mas. Orangnya emang begitu, sotoy” lanjut Putri berbicara, tidak ingin membuat orang yang baru di temuinya saat ini merasa khawatir karena mendengar bosnya sering memecat sopir yang sebelum-sebelumnya.
“Ya udah kalau begitu, saya permisi duluan ya Mba” ucap Anggun pamit lebih dulu dari tempat tersebut setelah selesai membuat kopi.
“Hati-hati ya Mas. Mudah-mudahan betah kerjanya” celetuk kembali orang yang tadi sempat mengajak Putri untuk taruhan.
Dan kali ini kembali seolah memberi kode untuk tetap bertahan dengan bos galaknya tersebut.
“Manis juga ya sopirnya si bos. Tapi sayang badannya kecil kaya cewek” lanjut karyawan tersebut saat melihat Anggun sudah pergi, dia tidak tahu kalau sebenarnya yang telah dia puji dan dia juga hina sebenarnya memang seorang perempuan.
“Apa… jangan-jangan dia piaraan si bos yang berpura-pura jadi sopir pribadinya, biar bisa terus-terusan deket, gitu” ucapnya lagi, seolah menuduh Leon adalah seorang pria yang suka dengan sesama jenis.
Mengingat sikap Leon yang tidak bersahabat dengan wanita manapun, apalagi Leon tidak pernah membawa perempuan ataupun ke kasih ke tempat perusahaannya tersebut.
Membuat orang-orang dan para karyawan berpikir yang tidak-tidak.
“Kau ini!! memang mulut gak di sekolahin, ya. Kalau sampai ketahuan si bos bicara mu ngelantur kaya begitu, bukan hanya kamu yang akan di pecat tapi aku juga” ucap Putri merasa sedikit kesal dengan kicauan temannya tersebut.
Membuatnya tidak jadi membuat kopi ke sukaannya, tidak ingin berlama-lama bersama dengan temannya itu karena ucapan dan pikirannya yang ngaco mengenai bos sensitifnya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments