Keesokan harinya, Dean hanya bermain golf sendirian karena yang lainnya masih tidur. Mereka masih dalam pengaruh alkohol yang biasanya akan hilang setelah delapan belas jam.
Namun, dia tertegun melihat Satria yang bangun pagi-pagi dan menghampirinya dalam keadaan bugar.
"Kenapa kau bisa bangun? Apa jumlah alkohol yang diminum berpengaruh pada kesadaran?" tanya Dean penasaran.
"Ya, begitulah, aku tidak minum terlalu banyak tadi malam. Hanya seperempat botol saja, jadi aku bisa mengembalikan kesadaranku dengan cepat."
"Kalau tidak minum terlalu banyak, lalu mengapa tadi malam kau terlihat seperti orang gila? Kau berteriak dan memanggil-manggil istrimu. Mungkin saja dia mendengar panggilanmu yang kuat itu."
"Hahaha, ya, begitulah. Ketika sedang mabuk, maka yang aku ingat hanyalah istriku saja. Entahlah, pelet Cinta apa yang diberikannya padaku sehingga aku tidak bisa melupakannya sedetikpun." Satria menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Sepertinya dia malu karena ketahuan terlalu bucin pada istrinya.
"Sungguh ketidaksengajaan yang bagus. Jarang-jarang ada orang mabuk yang hanya mengingat istrinya saja. Biasanya kan orang yang mabuk hanya mengingat masalahnya saja ataupun sumbernya."
"Makanya, jarang-jarang ada orang yang bisa mabuk dengan cara seperti aku."
"Kekuatan cinta, mungkin itu jawabannya."
"Oh ya, tadi istriku menelpon dan mengatakan padaku untuk mengundang kalian makan di rumah nanti malam. Apakah kau bersedia?"
"Sepertinya aku akan langsung pulang saja."
"Pulang? Ayolah, istriku sendiri yang akan memasak untuk kalian. Dianya sekali sesekali rekan bisnisku makan malam di rumah. Teman-teman kita yang lain akan bangun sore hari, jadi, otomatis kita akan bergegas pulang dan sampai malam harinya."
"Aku akan mengabari istriku dulu."
Dean meletakkan stick golfnya dan pergi menjauh dari Satria. Dia mengambil ponselnya yang masih ada di dalam tasnya.
"Hah? Mati? Sejak kapan ponselku mati? Astaga, pasti aku tanpa sengaja menelan tombol powernya." Dean mengusap wajahnya pelan. Dia tidak mengatakan apapun pada Resya dan pergi dengan ponsel yang mati.
Setelah menghidupkannya, perasaan kecewa pun menghampirinya. Tidak ada satupun pesan yang masuk dari Resya.
"Kenapa aku terlalu berharap? Sepertinya dia memang tidak peduli padaku." Menghembuskan nafas kasar.
Dia pun mengirim pesan pada Resya dengan singkat.
"Aku akan pulang malam karena ada undangan makan malam dari istri Satria. Tadi malam aku tidur di villanya karena pagi ini kami bermain golf."
Pesan itu hanya dibaca saja oleh Resya. Tak ada balasan ataupun respon darinya.
"Hahaha, mengapa aku harus berharap lebih? Nyatanya dia sendiri memang tak peduli padaku. Sudahlah."
Dean kembali menyimpan ponselnya ke dalam tas dan melanjutkan bermain golf.
"Bagaimana? Sudah izin pada istrimu?"
"Ya," sahut Dean dengan datar.
"Bisa dipastikan kalau dia tidak membalas pesanmu," ramal Satria sambil terkekeh.
"Sudahlah, aku malas membicarakannya." Dean mulai memukul bola golf hingga jauh beberapa meter mendekati finish.
"Sudahlah, Dean, mungkin saja dia lelah. Harusnya kau bersyukur karena dia begitu ada alasannya. Anak kalian lebih penting dari segalanya."
"Iya, aku tahu. Sudahlah."
"Oh ya, Dean, apa perusahaanmu membutuhkan sekretaris baru?"
"Ada lowongan untuk sekretaris. Anne akan dimutasi ke perusahaan ku yang di luar kota. Jadi, aku membutuhkan penggantinya. Kenapa?"
"Bisakah aku memasukkan adik sepupuku? Dia baru saja kembali dari Australia. Nanti akan aku kenalkan."
"Mengapa harus di perusahaanku jika kakak sepupunya punya perusahaan?"
"Di perusahaanku tidak ada lowongan sekretaris. Mana bisa aku memberhentikan sekretarisku begitu saja."
"Ya sudah, suruh dia mengajukan lamaran ke kantorku."
"Tidak bisakah kau langsung menempatkannya di posisi itu tanpa harus melalui tes?"
"Apa dia punya pengalaman kerja yang bisa membuatku mempertimbangkannya?"
"Ah, sebenarnya aku lupa memberitahumu. Dia dulunya bekerja di perusahaan ayahmu di Australia. Tuan Allen Ellordi, bukankah itu nama ayahmu?"
"Oh ya? Mengapa dia harus mengundurkan diri?"
"Dia ingin kembali ke Indonesia. Jadi, terpaksa mengundurkan diri."
"Aku akan meminta ayahku untuk mengirimkan CVnya."
"Kau bisa langsung bertemu dengannya karena dia tinggal bersamaku."
"Tepat saja data itu lebih penting, Satria."
"Ah, iya, baiklah, aku mengerti."
Mereka pun melanjutkan bermain golf hingga selesai. Beristirahat makan siang, lalu bersiap pulang pada sore harinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Enisensi Klara
wah bakalan ada ulet bulu nih antara mrk 😳😳😳
2023-06-07
0
Yuli maelany
aku kok kurang suka yaa sama satria,aku ngerasa satria bakalan bawa pengaruh buruk untuk Dean ...
2023-06-05
0
Abimanyu Rara Mpuzz
roman pelakor tercium
2023-06-05
0