Hari yang ditunggu pun tiba. Sore itu, Resya sudah berada di hotel tempat di mana dia membooking salah satu kamar terbaik di hotel tersebut. Rencananya dia akan memberikan kejutan pada Dean dan juga meminta maaf atas kejadian berapa hari yang lalu. Kejadian yang sempat membuat hubungan mereka memburuk dan membuat suasana menjadi dingin.
Dia terlihat sangat puas hotel tersebut sesuai dengan permintaannya. Tema romantis dengan bunga dan segala pernak-perniknya yang akan membuat malam ini semakin menyenangkan. Sebelumnya dia sudah menanyakan kondisi Mike di rumah kakek dan neneknya. Katanya Mike sangat betah berada di sana karena banyak sekali anak tetangga yang seumuran dengannya. Resya tak memberikan Mike seorang diri di sana. Dia juga menyuruh Vina untuk menemani Mike di sana agar kedua orang tuanya tidak terlalu lelah karena anak itu sedang aktif aktifnya.
Resya juga sudah perawatan seharian ini ke salon agar tubuhnya fresh dan wangi. Yang perlu dilakukan sekarang hanyalah tinggal mengganti baju dengan gaun terbuka. Karena mereka akan makan malam dulu di dalam kamar ini sebelum akhirnya berpindah ke ranjang.
Dia juga sudah memesan kue tart yang akan mewarnai ulang tahun pernikahan mereka malam ini.
Dia tidak mengirim pesan pada Dean. Dia hanya menyuruh seorang kurir datang ke kantor Dean dan memberikan makan siang serta pesan darinya di jam makan siang tadi.
[Datanglah ke hotel Bunga, kamar nomor 141 malam ini, aku menunggumu.]
Begitulah pesan yang dikirim Resya untuk sang suami yang pasti sudah membacanya. Biasanya dia akan pulang sedikit terlambat karena besok adalah weekend.
Resya tidak melihat ponselnya lagi dan langsung bersiap-siap untuk menyambut kedatangan suaminya kira-kira satu jam lagi.
Namun, hingga tiga jam dia menunggu, Dean tak kunjung datang. Rasa lelah mulai menyelimuti dirinya. Belum lagi makanan yang sudah dingin karena harusnya dimakan dua jam yang lalu.
Resya yang merasa jenuh langsung mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Dean. Meskipun dia harus merelakan jika hal ini bukan lagi surprise untuk Dean.
Namun, ketika dia menelponnya, rupanya ponsel Dean tidak aktif. Bahkan dia harus menelpon sekretaris Dean di luar jam kerja untuk menanyakan keberadaannya.
"Maaf, Anne kalau saya mengganggu. Saya mau tanya, Tuan kemana, ya? Apakah beliau ada jadwal meeting malam ini?"
[Tidak ada, Nyonya. Tapi, tadi Tuan berpesan kalau ada yang mencarinya, Tuan sedang pergi ke villa rekan bisnisnya yang bernama Satria untuk bermain golf besok. Ini saya masih di kantor karena beliau meminta saya untuk membereskan berkas yang belum selesai.]
"Apa? Villa? Tunggu, apakah makan siang yang tadi saya kirim sampai ke ruangannya?"
[Mmmm, kalau makanan, ada, Nyonya.]
"Terus kenapa dia pergi? Apa dia tidak membaca pesanku?"
[Maaf, Nyonya, saya tidak tahu.]
"Katakan pada saya, Anne, apakah dia memakannya?"
[Saya tidak tahu, Nyonya.]
"Eh, Ann, ini makanan siapa ada di tempat sampah?" celetuk seseorang yang sepertinya juga lembur bersama Anne.
"Duh, diam, ssssst."
"Apa, sih, Ann. Ini makanan kenapa dibuang? Padahal enak lho isinya ada ayam semur, udang balado, cumi goreng."
Resya terkejut Karena itu adalah menu yang dia kirim untuk Dean. Padahal, dia sengaja memasak semua makanan itu agar Dean senang karena katanya dia sudah lama tidak memakan masakan Resya.
Tanpa terasa bulir air mata mulai membasahi pipinya. Dean tega sekali sampai membuang makanan itu. Bahkan dia lebih memilih berkumpul bersama teman-temannya daripada bersamanya di hotel. Dia juga tidak permisi padanya.
Malam ini, hanya tangisan yang mewarnai ulang tahun pernikahan mereka. Kekecewaan yang begitu mendalam pada Resya karena sang suami yang tidak mau memperbaiki hubungan mereka.
Dengan berat langkah, Resya pun pulang ke rumah orang tuanya dan menginap di sana. Dia hanya tersenyum kecil ketika orang tuanya bertanya di mana suaminya. Sedikit berbohong dan mengatakan kalau Dean ada meeting penting bersama klien luar negeri. Tapi dia juga berkata bahwa mereka sempat bertemu sebentar. Tak ingin semua orang ikut bersedih sama seperti dirinya.
Sementara itu.
Dean dan teman-temannya sedang asyik bercerita di taman belakang villa sambil menikmati daging panggang yang mereka buat untuk mewarnai malam ini.
Namun, tak disangka ternyata Satria menyediakan alkohol untuk menemani mereka malam itu.
"Ayo, Dean, minum sedikit saja, tidak apa-apa. Toh istrimu tidak akan tahu jika kau minum. Dia kan sedang duduk cantik di rumah," goda Satria yang sudah dipengaruhi alkohol.
"Tidak, terlepas dari marahnya istriku jika aku meminumnya, aku sangat peduli dengan kesehatan dan menghindari minuman seperti ini," tolak Dean sambil mendorong botol minuman itu.
"Ayolah, tidak apa-apa jika kau meminumnya sedikit. Jarang-jarang kan kau bisa menikmati malam bahagia seperti ini. Apa kau tahu, jika kita meminum minuman, maka hati dan pikiran kita menjadi tenang. Semua masalah akan hilang seketika. Tidak ada lagi beban yang akan menghalangimu." Dengan posisi duduk yang sesekali terhuyung-huyung, Satria masih saja menyodorkan minuman itu pada Dean.
"Aku tidak mau." Dean kembali menolaknya. Dia masih ingat di mana dia dan Resya harus menghabiskan malam berdua saat masih muda. Mereka sama-sama meminum alkohol dan terjebak di dalam kamar hotel yang sama. Dean merenggut mahkota Resya, hingga beberapa tahun kemudian, dia pun kembali dipertemukan dengan gadis yang selama ini dia cari. Dia pun menikahi Resya setelah wanita itu bercerai dari suami pertamanya. Meskipun di sekitar sini tidak ada seorang gadis, tapi Dean tidak mau minuman itu malah membuatnya dalam masalah.
"Ah, kau payah sekali." Satria menggerutu, lalu kembali menenggak minumannya. Dia terlihat yang paling mabuk dan banyak bicara ngelantur, bahkan tentang kehidupan pribadinya.
"Oliviaaaaa, aku cinta padamu, Sayang. Kau adalah istri yang paling berharga di hidupku. Aku beruntung memiliki istri yang perhatian seperti dirimu, Sayangku. Kau selalu meminta peluk ketika tidur, terkadang meminta duluan. Kau juga sering membuatku seperti seorang raja karena rasa perhatianmu dan pelayananmu padaku. Ah, Sayang, aku adalah suami yang paling beruntung." Satria kembali menenggak minumannya dan menari-nari sambil memanggil nama Olivia.
"Benarkah kalau ucapan orang mabuk itu adalah kenyataan?" gumam Dean. Yang pernah dia baca di artikel, ketika seseorang dalam kondisi mabuk alkohol, seseorang dianggap berada di ambang kesadaran dan ketidaksadaran. Hal inilah yang membuat orang tersebut bisa mengatakan kejujuran, berperilaku aneh, hingga bertingkah jenaka.
Apalagi, di tahap ini, seseorang yang telah mengkonsumsi miras sekitar 0,03 hingga 0,12 persen akan membuat kepercayaan diri meningkat. Ditambah, kemampuan motorik atau gerak tubuh juga menurun akibat pengaruh alkohol.
Tak ayal, pengungkapan dengan kata-kata dianggap lebih dominan hingga membuat seseorang banyak mengungkapkan hal aneh yang tidak pernah ia sampaikan. Tak jarang, di tahap ini, orang yang dalam kondisi mabuk akan meluapkan kekesalannya, baik dari perkataan maupun melalui tindakan. Perkataan-perkataan yang belum pernah disampaikan bisa diungkapkan begitu saja.
"Ternyata Satria benar-benar memiliki istri yang sangat sempurna," gumam Dean lagi sambil menatap lirih. Dia malah membandingkan Olivia dengan Resya yang sangat berbeda. Padahal, Olivia baru memiliki anak yang usianya masih setahun, tapi dia bisa melayani suaminya dengan baik tanpa mengesampingkan anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Enisensi Klara
malahan senang2 di villa 😳😳😳
2023-06-07
0
Enisensi Klara
yah ketahuan deh makanannya dibuang 😳
2023-06-07
0
Enisensi Klara
yah itu lah Miss komunikasi kan ga lihat dulu ponselnya
2023-06-07
0