Resya pun berbalik dan melihat seseorang baru saja menyapanya. Dirinya terlihat mengamati orang tersebut yang sepertinya pernah dikenalnya.
"Pasti lupa, ya? Aku Reyhan, teman sekelasmu dulu," ujar pria yang ternyata bernama Reyhan itu.
"Re-Reyhan? Ketua kelas?" tanya Resya hampir tak percaya karena sosok Reyhan yang dulu sangat jauh berbeda dengan sekarang. Reyhan yang dulu adalah sosok yang sangat culun dan tidak tahu apa itu gaya. Tapi sekarang? Reyhan seolah menjelma menjadi pria tampan rupawan.
"Iya, aku Reyhan si ketua kelas. Boleh aku duduk?"
Resya pun tertegun sejenak. Dia menoleh ke Dean yang masih asyik berdansa dengan Tiara. Sedikitpun mereka tidak memperdulikannya. Baiklah, mungkin sekarang saatnya Resya melakukan serangan balasan.
"Boleh," ucapnya sambil tersenyum.
"Lama tidak bertemu, kau semakin cantik saja," ucap Reyhan sambil menjabat tangan Resya.
"Terima kasih. Kau juga banyak berubah."
"Ada hubungan apa kau dengan pemilik pesta ini?" tanya Reyhan heran.
"Suamiku adalah rekan bisnis Satria. Kalau kau?"
"Sama, aku juga rekan bisnis Satria."
"Dimana istrimu?"
"Aku belum menikah, Resya."
"Ah, aku kira sudah. Apa jangan-jangan karena aku yang terlalu cepat menikah, ya." Resya terkekeh pelan.
"Tidak juga. Seorang wanita tidak masalah jika menikah di usia dua puluhan. Akulah yang belum mendapatkan jodoh karena sudah menunggu seseorang."
"Ah, aku tahu. Pasti Nia, kan? Ketua cheerleader di sekolah kita."
"Hahaha, tidak, sekarang ku dengar dia berdagang sayur di pasar bersama suaminya."
"Oh, aku kira dia."
"Ada seseorang, tapi dia sudah menikah, dan aku baru tahu, hahaha."
"Kau pasti akan mendapatkan wanita yang tepat. Jodoh takkan kemana."
"Kau benar, Resya. Tapi, aku masih berharap dialah jodohku." Menatap Resya begitu dalam, bahkan nyaris tak berkedip.
"Jangan begitu. Kalau kau mengharapkan dia jodohmu, sama saja kau mendoakan kematian suaminya."
"Perpisahan tidak hanya terjadi karena maut, kan? Biasanya terjadi karena perceraian juga."
"Juga tidak baik mendoakan perceraian orang lain."
"Sekarang kau jauh lebih bijak, Resya. Aku semakin kagum padamu." Semakin menatap lekat, dan tak mengalihkan pandangan matanya dari wajah Resya.
"Pengalaman hidup mengajari kita semuanya. Aku senang dengan hidupku yang sekarang."
"Dimana suamimu?"
Pertanyaan Reyhan pun langsung membuat Resya gugup. "Dia….sedang berdansa dengan sahabatnya." Menunjuk kerumunan orang-orang yang sedang berdansa.
"Hah? Kau membiarkan suamimu berdansa dengan sahabatnya?" Reyhan mengernyitkan dahinya.
"Ya, hanya sahabat, tidak masalah."
"Ayolah, Resya, banyak sekali kasus perselingkuhan yang dimulai dari rasa nyaman. Jangan membiarkan suamimu merasa nyaman dengan sahabatmu. Aku melihatnya tersenyum begitu lembut. Sepertinya dia sangat merasa nyaman."
"Tidak, apa percaya pada suamiku bahwa dia tidak akan melakukan hal itu, terlebih kepada sahabatnya sendiri."
"Hei, apakah kau tidak pernah membaca artikel di media online. Banyak sekali kasus perselingkuhan yang diawali dengan pertemanan. Apa kau tidak takut? Apalagi jika katanya sahabat. Bagaimana kalau dia mengenal suamimu lebih baik? Apa kau rela dengan kemungkinan yang terjadi?"
Resya terdiam mendengar ucapan Reyhan yang memang ada benarnya. Tapi, Dean kan sangat mencintainya. Mana mungkin dia melakukan itu padanya?
"Aku percaya pada suamiku."
"Cinta boleh, Resya. Tapi bodoh jangan. Ini kartu namaku. Datanglah jika kau merasa bahwa hidup ini tidak adil. Tidak ada salahnya membalas sesuatu untuk memberikannya pelajaran dan efek jera, kan?" Reyhan pun meletakkan kartu namanya dan pergi dari tempat Resya.
Resya masih memandangi kartu nama itu tanpa menyentuhnya. Timbul keraguan di hatinya untuk menyimpan benda itu. Hingga saat Dean dan Tiara menghampirinya, dia pun dengan cepat menyimpannya agar tidak ketahuan.
"Maaf, ya, Resya, tadi tiba-tiba saja lagunya berubah," ucap Tiara yang merasa tidak enak dengan Resya.
"Tidak apa-apa, sepertinya kalian menikmatinya dengan baik. Sesekali boleh, kan?" Resya hanya tersenyum kecil. Jika boleh jujur, ingin sekali dia memaki Tiara.
Dean yang melihat reaksi Resya hanya menghembuskan nafas panjang. Ternyata istrinya itu tidak cemburu sedikitpun. Padahal dia berharap Resya akan cemburu pada mereka.
"Ya sudah, sebaiknya kita pulang. Tiara, jangan lupa, besok ada meeting di kantor."
"Siap, bos, aku akan menyiapkan semuanya. Kau tidak akan kecewa!" Tiara memberi hormat dengan tangannya hingga membuat Dean tersenyum kecil.
Mereka pun segera pergi dari tempat itu. Mengendarai mobil dan menembus pekatnya malam.
"Tadi kau bicara dengan siapa?" tanya Dean dengan tatapan wajah datar. Matanya terus tertuju pada jalanan di depannya.
"Teman sekolahku dulu. Namanya Reyhan."
"Aku tidak bertanya siapa namanya. Mengapa kok bisa akrab pada orang yang beberapa tahun tidak kau temui secepat itu?"
"Karena kami teman. Sama seperti dirimu dan Tiara yang juga sama-sama teman. Kalian tidak bertemu selama bertahun-tahun dan kalian akrab sekarang."
Dean kehabisan kata-kata. Resya membalikkan ucapannya. Tapi, mengapa dia tidak mencerna ucapan Resya yang seperti kecemburuan. Dia malah berpikir Resya sedang menantangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Yuli maelany
itulah lelaki yang selalu mementingkan ego d banding kepekaan hatinya....
harusnya Dean sadar gak mungkin resya marah dengan alasan cemburu d pesta orang dan d datangi banyak orang, Resya hanya merasa harus menjaga harga diri suami nya d depan para teman temannya....
2023-06-13
0
Abimanyu Rara Mpuzz
next kak
2023-06-13
0