Dean sedang mengobrol bersama temannya di sebuah restoran malam ini. Sebenarnya meeting dengan wanita itu tidak ada. Itu hanyalah omong kosong karena dia ingin melihat Resya cemburu. Namun ternyata, susah payah dia berbohong, Resya tak juga menunjukkan kecemburuan.
"Hai, Dean, kenapa wajahmu terlihat sangat kusut?" tanya Satria pada teman sekaligus rekan bisnisnya itu.
"Tidak apa-apa, aku hanya lelah saja."
"Kau tidak makan malam di rumah?"
"Tidak, toh, bukan istriku yang memasak." Dean memalingkan sedikit wajahnya. Seperti merasa kesal ketika mengingat momen itu. Resya tidak mau memasak untuknya karena hanya ingin fokus pada pertumbuhan Mike saja. Dia hanya mau memasak makanan untuk Mike dan tak begitu mempedulikan makanan Dean.
"Ah, jadi karena istri? Kau merasa kecewa pada istrimu?" tanya Satria dengan tatapan penuh pengertian.
"Tidak, sebenarnya aku tidak perlu kecewa karena dia lebih memperioritaskan anak kami." Dean berusaha menolak prasangka yang masuk ke dalam pikirannya.
"Kalau begitu, untuk apa kau uring-uringan seperti ini? Harusnya kau senang karena istrimu sangat perhatian pada anak kalian. Wajar saja jika perhatiannya terhadapmu mulai berkurang."
Drrrrttt…
Ponsel Satria pun bergetar dan terlihat bahwa yang memanggil adalah istrinya.
"Sebentar ya, Dean." Dia pun mengangkat panggilan itu dan tersenyum seolah merasa sangat senang.
"Sayang, kenapa?"
[Sayang, kau dimana?]
"Kan sudah aku bilang kalau aku akan pulang malam karena ingin makan dengan Dean."
[Apa aku bisa mempercayai ucapanmu?]
"Benar, Sayang, kalau tidak percaya, tanya saja sendiri." Satria menyerahkan ponselnya pada Dean agar pria itu mau berbicara dengan sang istri untuk menjelaskan bahwa mereka benar-benar sedang bersama.
"Ya, halo, Olivia, aku dan suamimu memang sedang makan malam bersama. Tidak apa-apa kan aku mengambil waktunya sebentar?"
[Ah, ternyata benar. Ya sudah, tidak apa-apa. Aku tidak akan meragukan suamiku jika dia sedang bersamamu. Bersenang-senanglah, jangan lupa untuk pulang.]
Dean memberikan ponsel yang panggilannya sudah mati. Ada sedikit rasa iri di hatinya karena istri Satria begitu memperhatikan suaminya dan terkesan cemburu.
"Olivia sangat perhatian sekali, ya," ucap Dean dengan tatapan sendu.
"Ya, begitulah dia. Setiap hari selalu cemburu padaku. Terkadang aku bosan karena seperti sedang diteror. Dalam sehari dia bisa menelepon beberapa kali."
Dean beralih ke ponselnya dan melihat riwayat panggilan terakhirnya bersama sang istri. Seminggu yang lalu. Resya menelponnya karena bertanya dimana buku nikah mereka karena ingin disimpan. Itupun karena Dean tak kunjung membuka pesan. Lagi-lagi Dean menghembuskan nafas pasrah saat mengingat peristiwa itu.
"Seharusnya kau senang karena ada yang perhatian padamu."
"Ya, sebenarnya aku senang karena Olivia begitu perhatian padaku. Tapi, sedikit banyaknya Aku juga merasa jenuh karena seperti seorang buronan yang selalu dicari-cari olehnya. Tapi, tetap saja, aku bersyukur memiliki istri seperti dia." Satria tersenyum sambil meletakkan ponselnya. Di wallpaper ponselnya ada fotonya bersama sang istri dan juga dua anak mereka.
"Kau memang harus bersyukur." Dean mulai menyuap makanan ke mulutnya ketika pramusaji membawa makanan ke meja mereka.
"Dean, bagaimana kalau Minggu depan kita main golf dan menginap di villa milikku. Aku akan ajak beberapa teman kita."
"Minggu depan?" Dean tampak berpikir. Bukankah Minggu depan adalah ulang tahun pernikahannya dengan Resya yang ke lima tahun? Bagaimana kalau mereka harus merayakannya?
"Iya, Minggu depan. Itu jadwal yang cocok untuk kita."
'Tapi setiap tahun tidak ada perayaan, bukan? Bahkan dua tahun belakangan, Resya lupa. Pasti tahun ini tidak ada perayaan lagi. Lebih baik aku pergi daripada kecewa karena dia tidak mengingatnya,' batin Dean sambil menghela nafas panjang.
"Baik, aku akan ikut," ujarnya tanpa menunda lagi.
Sementara itu…..
"Halo, aku mau pesan sebuah kamar hotel yang dihiasi banyak bunga dan ucapan anniversary yang ke lima tahun. Aku pesan untuk Minggu depan."
[Baik, Nyonya. Kami menyediakan kue ulang tahun gratis. Nama siapa yang ingin ditulis? Dan untuk pembayaran ingin lima puluh persen dimuka atau full?]
"Benarkah? Wah, terima kasih. Buat saja namanya Resya dan Dean. Pembayarannya full dimuka saja."
[Baik, untuk pemesanannya sudah kami terima. Terima kasih.]
Resya mematikan ponselnya dan tersenyum senang. Akhirnya dia bisa memiliki kesempatan untuk berdua dengan Dean. Dia pun segera menghubungi orang tuanya untuk memberitahu jika Minggu depan, dia akan menitipkan Mike kepada orang tuanya. Dengan begitu, dia dan Dean bisa menikmati waktu berdua saja.
"Semoga saja setelah ini hubungan kami kembali lagi seperti dulu. Tapi, tidak kejutan namanya jika aku menunjukkan perubahan sikap manisku padanya. Biar saja aku berpura-pura cuek agar nanti dia semakin terkejut." Resya berdecak senang. Dia sudah bisa membayangkan bagaimana indahnya malah itu jika dia dan Dean merayakan anniversary yang ke lima tahun hanya berdua saja. Dengan suasana romantis yang selama ini tidak lagi tercipta karena kesenjangan di antara mereka. Hitung-hitung sebagai penebus kesalahannya dua tahun lalu yang lupa akan ulang tahun pernikahan mereka karena beberapa hal yang tak terduga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Yuli maelany
komunikasi memutus perkara yang mudah menjadi sulit dan kejutan jadi malapetaka.....
2023-06-05
0
Enisensi Klara
Yah ...Resya ternyata udah booking hotel utk merayakan anniversary nya dgn Dean tanpa kasih tau dulu ,Dean udah ngambek dan punya rencana lain 😳😳😳🙈🙈🙈
2023-06-03
0
Enisensi Klara
Ya namanya udah punya anak pasti lebih besar perhstian ke anaknya
2023-06-03
0