Sementara itu, di kampus Ningsih celingukan nyariin si Seonho, kemudian dia baru ingat kalau sekarang Seonho bersama Seojun dan Sumiatun udah gak kuliah di kampusnya lagi, mereka punya secret class, itu Ningsih yang ngasih namanya. Soalnya hanya mereka saja yang tau.
"Lihat dia, pede sekali dia berdandan seperti itu! Dia pikir siapa dia, idol? Haha.." terdengar suara bisik-bisik disekelilingnya.
"Dia sama sekali tak cantik, hanya wanita Asia Tenggara biasa, hanya modal kaya dan memiliki darah Eropa saja. Selebihnya, biasa saja!" sahut teman orang itu.
"Aku denger dia juga lagi mendekati murid baru itu, siapa namanya? Aah, Seonho dan Seojun! Dia dan temannya seringkali terlihat bersama mereka, dasar tak tahu malu!" sahut juga yang lain.
"Mereka tak tahu apa, kedua pria itu salah satu idol di kampus kita karena ketampanan dan kepintarannya, sekarang yang aku dengar dua pria itu sudah pindah kelas, mungkinkah gara-gara mereka?" kata temannya lagi.
"Bisa saja, siapa yang tidak gerah selalu diikuti kemana saja! Dasar tak tahu diri, mana penampilannya norak lagi!" ujar teman orang itu.
Ningsih hanya diam saja mendengarkan mereka, kini dia sadar apa yang dia pikirkan tentang selama ini adalah salah, dia pikir beberapa teman kampusnya itu benar-benar menyukainya, ternyata mereka mau mendekatinya karena Ningsih loyal kepada mereka, yang ada mereka sangat membencinya perkara hubungannya dengan Seonho dan Seojun, padahal mereka juga sebenarnya gak tau apa-apa.
"Benar kata, Sumi... Gw yang bodoh terlalu percaya dengan orang lain, padahal gw sendiri yang ngomong sama dia agar bisa beradaptasi dan menjaga diri, tapi nyatanya gw yang gak tau apa-apa..." gumamnya sambil menahan air matanya, dia berlari menjauh dari mereka semua.
Ningsih diam-diam menuju ruangan seni, untuk menenangkan diri sambil merenung. Didalam ruangan seni itu ada kaca besar dia mencoba bercermin dan melihat seperti apa penampilannya saat ini.
"Gak ada yang salah, aku cantik seperti biasa. Terus kenapa mereka membenciku? Bukankah kalau di drama-drama wanita cantik paling disukai? Apa aku kurang bergaul saja?" ucapnya sambil memindai dirinya sendiri.
"Gak ada yang salah denganmu, hanya saja kamu perlu belajar sedikit saja... Setelah itu, kamu bisa menyesuaikan diri lagi terhadap lingkunganmu, itu saja" tiba-tiba seseorang keluar dari bawah kolong meja di samping Ningsih.
"Astogeeee, Ahjussi... Jangan bikin kaget, aku bisa jantungan!" teriak Ningsih sambil melotot kearah orang itu.
"Haha! Maaf aku membuatmu kaget, tapi seharusnya aku yang marah, kau tiba-tiba datang dan berbicara sendiri di depan cermin. Aku pikir kau lagi main bloody Mary challenge, haha.." ujar orang itu, dan ternyata adalah dosen seni budaya nya.
"Ah, udah gak jaman lagi bloody Mary! Sekarang jamannya Annabelle," balas Ningsih kesel.
"Haha, jangan marah... Nanti wajah cantikmu itu berkurang karena keriput dan lipatan di dahimu, haha.." goda dosennya.
"Sudahlah, Ahjussi... Aku lagi sedih ini," ujar Ningsih murung, dia duduk diatas kursi menghadap meja dosennya itu.
"Apa yang kau sedih kan? Masalah tadi? Sudahlah, tak usah kau pikirkan! Jadi saja diri sendiri, cantik dan tak cantik itu tergantung orang yang melihatmu. Bagi mereka yang tak menyukaimu, mau sebaik apa kamu tetap saja buruk dimata mereka, dan sejelek apa penampilanmu bagi yang menyukaimu, tetap saja cantik dimatanya..
Sekarang kau pilih sendiri, mau terlihat baik dimata orang lain yang membencimu, atau dimata orang yang menyukaimu apapun yang terjadi denganmu, dia akan ada bersamamu..." ujar dosennya memberikan pandangannya.
"Masalahnya, satu-satunya orang yang suka sama gw kayak gitu cuma Sumi doang! Kagak ada yang lain, ihiks! Sedih banget nasib aing.." gumam Ningsih meratapi dirinya sendiri dalam hati.
"Terima kasih nasehat dan petuahnya, Ahjussi.." ujar Ningsih sambil berlalu dengan langkah gontai.
"Hei, aku ini dosenmu bukan orang lain, kenapa panggil aku Ahjussi terus?! Panggil aku Sajangnim," seru dosennya.
Ningsih tak menanggapinya, terus dia berjalan keluar sambil merenungi ucapan dosennya itu, kemudian diapun memilih pulang saja, tapi lagi-lagi dia ingat kini dia sendirian tanpa Sumiatun, dan memilih duduk sendirian di sebuah cafetaria didekat apartemen mereka.
"Loh, ini Ning Ning kan?!" tiba-tiba pak security yang jaga apartemen mereka ada di sana juga.
"woah, Ahjussi... Mau nyari makan juga?" tanya Ningsih sumringah, dia senang akhirnya punya teman juga.
"Haha, iya.. Aku baru pulang dari apartemen, sekarang mau pulang. Sebelum itu mau beli makanan dulu, untuk putraku.." ucap pak Kim, ayahnya Seonho.
"Anda juga memiliki seorang putra? Aah, temannya Seojun itu.." tanya Ningsih dan langsung teringat dengan kejadian semalam.
"Ah, i-iya..." jawab pak Kim sedikit gugup, dia hampir saja mengatakan tentang anaknya.
"Ah, aku permisi dulu yah... Mau mengambil pesananku, sampai ketemu lagi Ning Ning!" ujar pak Kim berpamitan.
"Ahjussi, apa aku cantik sekarang?! Hehe," tanya Ningsih lagi gabut perkara masih kepikiran soal kejadian di kampus tadi.
"Yeopo (cantik), kamu sangat cantik, Ning! Haha.." jawab pak Kim sambil menggelengkan kepalanya, dengan segala pertanyaan absurd nya si Ningsih.
"Kamsahamnida (terima kasih), Ahjussi!" ucap Ningsih sambil mengacungkan dua jarinya berbentuk hati.
"Neee.." sahut pak Kim juga mengacungkan dua jari berbentuk hati.
Seketika perasaannya Ningsih langsung plong dan lega banget, entah mengapa sejak awal bertemu, dia begitu menyukai pak Kim yang begitu ramah dengannya. Entah perkara dia emang baik atau karena pak Kim tak pernah mengeluh jika dimintai tolong.
"Jadi penasaran dengan anaknya pak Kim, apa dia juga pendek bulet kayak bapaknya? Hehe.." gumam Ningsih sambil menghabiskan makanannya.
.
Tidak terasa waktu begitu cepat berlalu, Seojun tak begitu kesulitan dalam pekerjaan barunya, malah dia menjadi idola baru di kantornya perkara dia yang sangat tampan dan juga sangat ramah, saingannya pak bosnya mereka, sebenarnya kebalik sih..
Sementara Sumiatun sedang menikmati perannya jadi bhabu para office boy dan office girl itu, dia dari tadi disuruh-suruh mulu, suruh ngerjain ini, ngerjain itu, banyak banget!
"Sabaaarr, tunggu aja waktunya! Gw kerjain balik lu pada, kagak tau ape siapa gw! Lu pikir gw bakalan diam aja, tunggu pembalasannya si Somi, huahaha!" ujar Sumiatun berlagak akting antagonis.
"Kagak ada yang namanya baik-baikan lagi ye, enak aja!" gumamnya lagi, sebelum pulang Sumiatun menaruh bangkai kecoak di setiap loker para partnernya itu, termasuk punya dia biar pada gak curiga gitu!
"Kyiaaaa! Somiii!" terdengar suara cempreng mak lampir, julukan yang diberikan sama Sumiatun buat temannya yang cerewet dan galak minta ampun.
"Kamu sengaja yah naruh bangkai kecoak disini? Kamu marah gara-gara kami suruh-suruh dari tadi? Hah, balas dendam gitu?!" tuduh si mak lampir, kagak salah juga sih.
"Bu-bukan, aku juga punya bangkai kecoak didalam lokerku! Liat saja sendiri," tunjuk Sumiatun kearah lokernya, dan ternyata benar ada.
"Huh, alasan! Pasti kamu kan diam-diam menaruhnya agar kami semua kesal!" sahut temannya yang lain.
"Lah, bagaimana bisa aku melakukannya? Kan aku baru hari ini kerja, itu juga dalam pengawasan kalian. Coba, sebelum itu apa kalian sudah membersihkan semua tempat dengan baik belum?" tanya balik si Sumiatun, malah menyerang balik membuat semua orang terdiam.
"Sudah, sudah! Hari ini kau jangan dulu pulang duluan, kau harus lembur! Masih ada beberapa karyawan yang lainnya masih lembur, temani mereka siapa tau masih ada yang membutuhkanmu," ucap si mak lampir.
Kemudian mereka semua bergegas membereskan barang-barangnya, dan langsung pulang meninggalkan Sumiatun sendirian di sana.
"Syialan! Niat hati mau ngerjain balik malah aku disuruh lembur sendirian, eh! Tapi aku kan ada kuliah malamnya gimana dong!" ujar Sumiatun kebingungan sendiri.
Sementara itu Seojun masih menunggunya sendirian diluar, tapi Sumiatun masih belum keluar juga, dia pikir mungkin pekerjaannya belum selesai tapi kok lama sekali.
"Hei, Seonho! Apa kau masih didalam? Tidak lembur bukan? Si Sumiatun belum keluar juga, apa kau menyuruhnya lembur? Kan tiap malamnya kita ada kuliah, apa kau ingin menyiksanya!" cerocos Seojun mengomelinya, dia meneleponnya begitu saja.
"Hei, hei! Siapa yang menyuruhnya lembur?! Mungkin saja pekerjaannya belum selesai!" gerutu Seonho kesal.
"Masalahnya semua rekannya sudah pulang, hanya dia sendirian yang belum keluar, atau jangan-jangan... Astaga, aku sama sekali tak memikirkan itu?!" ucapnya lagi, Seojun langsung memutuskan saluran telponnya dan berlari masuk kedalam lagi.
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments