Seharian ini mereka menghabiskan waktunya di kampus, dan melakukan berbagai tur kampus yang dilakukan oleh pihak kampus sebagai pengenalan kepada mereka, terutama kepada mahasiswa asing seperti mereka berdua, karena mereka harus banyak belajar tentang peraturan dan tata cara sistem belajar di sana.
"Ribet juga ya, Ning... Capek banget gw," ujar Sumiatun terlihat lelah.
"Ya mau gak mau kita harus ikuti aturan disini, Sum.. Balik yuk, acaranya sudah selesai! Pelajaran pertama besok dimulainya, ingat... Jangan telat lagi," ucap Ningsih mengingatkannya.
"Yee, gw mah tiap hari juga bangunnya pagi! Lu yang bangunnya susah, mana mandi sama dandannya lama lagi.. Yuk pulang," sahut Sumiatun.
Mereka berjalan menuju gerbang pintu utama, ketika keluar dari kampus itu, tak sengaja berpapasan dengan Seojun dan Seonho. Ningsih langsung caper ke Seonho, cowok tampan yang selalu berpenampilan cool, dia selalu memakai kemeja dan jas setiap harinya, kecuali saat di kampus dia berpenampilan sedikit kasual, dengan memakai kaos oblong tapi tetap ada lapisannya diluar minimal cardigan atau sweater, dan ransel di bahunya.
"Deuh, gantengnya calon laki idaman.." ujar Ningsih sambil tersenyum-senyum.
"Lu kalau ketemu sama semua cowok juga gitu reaksinya, gak aneh gw mah.." sahut Sumiatun mengomentari tingkah temannya itu.
"Gak, untuk yang ini beda! Gw yakin sembilan puluh sembilan persen dia bakalan milik aing, hilal nya udah kelihatan soalnya!" ujar Ningsih positif thinking.
"Kasian banget sama sohib gw yang satu ini, jangan sampai dia jadi ghilak gegara gak sama tuh laki..." ucap Sumiatun langsung meninggalkan sendirian.
"Sum, tungguin dong!" susul Ningsih mengejarnya.
"Gw mau ketempat lain, ada keperluan. Lu mau ikut?" tanya Sumiatun ke Ningsih.
"Emang lu mau kemana? Kan baru tiga hari disini, emang udah tau mau kemana? Tau jalannya? Pulangnya?" tanya Ningsih secara beruntun, khawatir dianya.
"Taulah, makanya berani. Kemarin pas kita mau pulang dari Myeongdong, gw liat ada toko buku di sana, gw mau lihat-lihat dulu.. Ada beberapa buku mau gw beli, dari apartemen kita deket kok jalan kaki.." jawab Sumiatun.
"Oh, syukurlah kalau begitu. Ya udah kalau gitu, sendirian bisa yah.. Aku mau pulang, capek banget! Jangan lupa pulang bawa cemilan yak," ujar Ningsih lega.
"Iye, bye.." sahut Sumiatun.
Keduanya berpisah dari gerbang kampus, Ningsih pulang naik bus menuju apartemennya, sedangkan Sumiatun juga naik bus menuju jalanan kearah toko buku itu.
Sebenarnya ada tujuan lainnya dia pergi ke sana, selain membeli buku Sumiatun sempat melihat pamflet selebaran lowongan kerja paruh waktu yang ditempelkan di sana.
"Mudah-mudahan masih ada, dan bisa menerima pekerja asing kayak aku. Bahasa Korea aku juga udah lumayan kok, udah faham jika diajak ngobrol dan juga bisa baca hangul meskipun bisanya sedikit-sedikit.." gumam Sumiatun.
Ketika sudah sampai, ternyata selebaran pamflet itu sudah tak ada. Tapi ia tak menyerah, dia masuk kedalam toko itu sambil melihat-lihat dan melirik kearah penjaga toko, Sumiatun berjalan melipir kearahnya.
"Annyeong, Ahjussi.. saya mau melamar pekerjaan disini, apa lowongannya masih buka?" tanya Sumiatun masih berharap banyak.
"Dari logatmu berbicara, sepertinya kau orang asing.. Maaf, kami tak bisa memperkerjakan orang asing!" ucap penjaga toko itu sambil berlalu pergi.
"Wee? Aku bisa bahasa Korea dan juga bisa baca dan nulis hangul, dan tenang saja kalau soal marketing aku sudah biasa membantu ibuku berjualan, aku yakin toko ini akan semakin ramai!" ujar Sumiatun masih berusaha menyakinkan penjaga toko itu.
"Bukan aku yang memutuskannya, itu ada di tangan pemilik toko ini. Dan kami sudah memutuskan untuk tidak menerima pekerja asing!" ujar penjaga toko buku itu lagi.
Sumiatun terlihat bingung dan sedih juga, dia ditolak begitu saja. Ada seseorang yang sedari memperhatikan mereka, seorang bapak tua dan ia menghampiri Sumiatun yang terlihat kecewa itu.
"Disini memang begitu, tidak sembarangan menerima pekerja asing. Dulu pernah ada karyawan toko dan dia merupakan pekerja asing, dia menipu banyak orang di toko tempat dia bekerja.
Maka tak heran jika semua orang nampak berhati-hati disini, dan ada juga yang beranggapan semua orang asing seperti itu, dan jangan khawatir tidak semua orang juga seperti itu, semoga kamu betah tinggal disini.." ujar Ahjussi itu lalu pergi meninggalkan toko itu.
Sumiatun nampak terdiam dengan perkataan ahjussi tadi, cukup masuk akal juga perkataannya tadi.
"Kamu butuh pekerjaan?" tiba-tiba ada yang berbisik di telinganya Sumiatun.
Sumiatun terlonjak kaget, dia tanpa sadar meninju orang itu tanpa melihatnya lagi.
Bugh!
"Auh, sakit tau!" teriak orang itu.
"Hah, Seo-Seojun?! Kenapa kamu ada disini?! Ngikutin aku?!" tanya Sumiatun tanpa berdosa.
"Ya Tuhan, tolong bantu aku dulu. Tinjumu sangat keras sekali!" ujar Seojun sambil meringis memegang perutnya.
"Iya, maaf.. Kamu juga sih datang-datang bikin kaget aja, ngapain juga bisik-bisik kayak gitu tadi?!" omel Sumiatun, gak ada kasian-kasiannya sama Seojun.
"Aku hanya menanyakan hal itu aja, sekalian memberikan informasi jika ada sebuah perusahaan yang membutuhkan pekerja paruh waktu, untuk menjadi office girls. Kamu mau?" tanya Seojun asal.
"Mau, mau banget! Dimana itu?" tanya Sumiatun antusias, dia melupakan rasa kesalnya seketika.
"Tapi persyaratannya cukup berat loh.." ujar Seojun lagi.
"Apa persyaratannya? Asalkan jangan ngambil ginjalku saja itu udah cukup, ah sama gak jadi sugar baby buat om-om. Aku gak mau!" tanya Sumiatun waspada.
"Tidak ada hal yang seperti itu, kamu kan kuliah dari pagi sampai sore biasanya, tapi pekerjaan dibutuhkan untuk seharian, bagaimana? Apa kau mau meninggalkan kuliahmu?" tanya Seojun lagi penasaran.
"Emm, gak mungkin juga sih.. Yah, gimana dong!" ujar Sumiatun kesal.
"Aku ada solusinya, kau bisa kuliah juga bekerja dalam satu waktu dalam bersamaan.." ucap Seojun sambil tersenyum penuh arti.
"Maksudnya apa nih? Mencurigakan," gumam Sumiatun.
"Bukan seperti yang kau bayangkan, berhentilah berpikir negatif tentangku!" sungut Seojun.
Sumiatun sedikit terkejut karena cowok itu kok bisa memahami isi kepalanya, dia langsung pura-pura tak melihat dan mengalihkan pandangannya.
"Besok datanglah ke alamat ini, sekitar pukul 10 pagi sudah ada di kantor.." ucap Seojun sambil meninggalkan secarik kertas yang dia tulis ke tangan Sumiatun.
"Ini beneran apa kagak ye?" gumamnya lagi.
Sedangkan Seojun langsung pergi meninggalkan tempat itu sambil celingukan, dia kayaknya lagi ngumpet-ngumpet ketemunya sama Sumiatun, buktinya sekarang Seonho nampak kesulitan mencari keberadaannya.
"Kemana anak itu?" ujar Seonho berkeliling melewati jalanan Myeongdong mencari Seojun.
Tepat juga pada saat itu Ningsih keluar dari apartemennya, dia merasa bosan sendirian dan ingin menyusul Sumiatun ke toko buku itu.
Bugh!
"Ah, maaf.." ucap Seonho tak sengaja menabrak orang.
"Gak apa, eh! Ada Oppa ganteng lagi, sepertinya Tuhan sudah membuat jalan lurus antara aku dan kamu, setiap kalinya terjadi sesuatu pasti kita dipertemukan seperti ini..." ucap Ningsih sambil tersipu malu.
Dia yang ngegombal, dia juga yang malu. Sedangkan orang yang dia gombal sudah tak tahu dimana sekarang. Setelah tahu Ningsih baik-baik saja dia langsung pergi begitu saja, tak menghiraukannya lagi.
"Dasar ghilak! Awas aja nanti, aku bikin kamu klepek-klepek kayak ayam tiren lu!" ujar Ningsih gemes, gegara ngomong sendirian di jalan, untung gak ada yang merhatiin dia tadi, kalau gak disangka ghilak pastinya.
Setelah itu dia langsung pergi menuju toko buku tempat Sumiatun saat ini, masih ngedumel saja sepanjang jalan.
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
nulis gila aja ghilak, piye to mamie
2023-07-08
0
🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🥑⃟🇩ᵉʷᶦbunga🌀🖌
emang ada hilal jodoh🤔🤔🤔
2023-07-08
0