Besok paginya, jangan ditanya sudah pasti bangunnya telat lagi! Kali ini Ningsih gak terlalu lama mandi dan dandannya, yang penting badan basah dan bedakan sama lipstik juga parfum yang lebih penting.
Kalau Sumiatun, meskipun kesiangan dia masih seperti biasa, mau tidur berapa jam juga ujung-ujungnya juga bangun pagi, karena sudah jadi kebiasaannya.
"Ning, buruan! Gw tinggal yak!" teriak Sumiatun dari depan kamar mereka.
"Tunggu bentar napa, dikit lagi! Ya elah, mana ini resleting pake nyangkut lagi!" sahut Ningsih kesel resleting tasnya susah ditutup.
"Sebodo amat aja deh, yang penting ketutup dikit!" ujarnya berlalu dan menyusul Sumiatun yang sudah menunggunya didepan.
"Itu tas lu gak ketutup rapat," ujar Sumiatun mengingatkannya.
"Biarin, ntar gw pegangin. Yuk ah, nanti telat loh!" ucap Ningsih.
Sumiatun mengelus dadanya dengan sabar menghadapi makhluk yang satu ini, dia yang telat dia juga yang rempong. Mereka mengejar bus menuju kampus dengan cepat, dan syukurlah gak terlambat.
Sesampainya di kampus, mereka langsung masuk kedalam kelas, cuma ya si Ningsih malah kerepotan sama resleting tasnya yang ngadat gak mau ketarik sama sekali. Dan gimana ini bisa terjadi, terulang lagi dan lagi kejadian yang sama lagi.
Bruk!
Dan seolah takdir mereka sudah ditetapkan, jika bertemu selalu diawali dengan tabrakan terus. Tapi kali ini Ningsih gak terlalu peduli, dia hanya mengucapkan kata maaf sambil sibuk mungutin barang-barangnya yang jatuh berserakan.
"Kau lebih baik seperti ini dibandingkan seperti biasa, lebih enak dilihatnya" ujar Seonho, setelah membantunya membereskan barang-barangnya Ningsih dia langsung pergi.
Ningsih gak tau harus senang atau kesel dengernya, ini anak lagi muji atau ngenyek? Rasa suka masih ada tapi gak menggebu-gebu seperti biasa, dia udah lose feeling buat deketin nya lagi.
"Fokus-fokus!" ujarnya sambil masuk kedalam kelas.
Satu jam pelajaran sudah selesai, Ningsih pamit mau ke toilet benerin dandannya yang belum sempat dia rapikan. Sedangkan Sumiatun udah izin ke dosen mata pelajaran selanjutnya untuk gak masuk, ya meskipun di omelin juga sih perkara hari kuliah pertama udah main izin-izin aja.
"Ning, gw pergi dulu yah. Doain semoga interview nya lancar," ujar Sumiatun nyamperin Ningsih di toilet wanita.
"Iya, good luck ye.." sahut Ningsih masih fokus sama mukanya.
"Itu dempul gak usah kebanyakan, jadi kagak cakep lu! Lagian tadi juga udah cakep kok, ini malah dikasih dempulan lagi! Menurut sahabat yang baik dan benar, mending lu gak usah dempulan kayak gini, lu udah cantik dari sononya, Ning.. Yakin deh, tu cowok juga bakalan suka dengan sendirinya.." ujar Sumiatun memberi petuah kepada sang sahabat.
Perkataannya Sumiatun membuat Ningsih jadi terdiam, dia jadi teringat dengan ucapannya Seonho pagi tadi. Tapi setelah itu dia buru-buru geleng kepala, masa iya cowok dingin kayak dia yang gak ada angin dan gak ada hujan, langsung suka sama dia?
"Sebodo' teuing, aing sudah tak respek sama tuh cowok, kelewat dingin! Gak cocok sama hatiku yang hangat ini.." ujarnya sambil melanjutkan dandannya.
Sementara itu, Sumiatun sudah berada di depan halte dekat kampusnya menuju alamat kantor, yang diberikan oleh Seojun kemarin. Seonho melihatnya dan langsung menghampiri Sumiatun.
"Nona, Somi?" panggilnya.
"Eh, situ tau sama gw? Eh, maksudku aku?" tanya Sumiatun heran, belibet banget ngomongnya.
"Tentu saja, kita sering bertemu juga kok. Kamu mau ke gedung Tower Park? Ayo bareng sama saya.." ucap Seonho datar, Sumiatun juga bingung liat ekspresinya, ini cowok beneran ngajak bareng atau gimana? lempeng amat mukanya!
"Kenapa? Aku juga mau ke sana, tuan.. Emm, Seojun mengatakan jika kamu bakalan mau melamar pekerjaan di sana, ayo bareng juga!" ujar Seonho lagi langsung meralat ucapannya tadi.
"Ooh, jadi kamu ditawari juga sama dia soal pekerjaan itu. Baiklah, aku ikut.." ucap Sumiatun tanpa curiga sedikitpun.
Cuma masalahnya dia merasa aneh aja seorang mahasiswa baru, yang mau ikut cari pekerjaan tapi penampilannya kece bener! Dari penampilannya saja udah jelas itu barang-barang branded, bawa mobil keren lagi.
"Sudahlah, mungkin dia mau mandiri gak mau terlalu terikat dengan orang tua. Katanya di Korsel anak-anak muda sekarang banyak yang hidup mandiri, jauh dari orang tua. Kemungkinan sih begitu.." gumam Sumiatun berusaha berpikir positif.
Sesampainya di gedung Tower Park, dia terkagum-kagum dengan bentuk bangunannya yang begitu modern dan sangat artistik sekali. Benar-benar definisi gedung kemajuan teknologi masa depan.
"Kau masuklah lebih dulu, ikut antrian pendaftaran sama seperti mereka. Nanti bakal diarahin sama staf yang ada di sana, aku mau parkir mobil dulu.." ujar Seonho.
Sumiatun mengangguk, lalu dia masuk kedalam gedung dan sebelumnya dia melewati security untuk melakukan scanning keamanan, benar-benar gedung yang canggih dan sangat aman sekali.
Sumiatun pun ikut dalam antrian beberapa orang yang ikut mendaftarkan diri dalam pekerjaan di gedung itu, dan dia juga melihat ada Seojun diantara para peserta interview itu.
"Kamu.. Juga ikut interview, mau kerja juga?" tanya Sumiatun tanpa basa-basi saat menghampirinya.
"Iya, aku juga!" jawab Seojun sambil tersenyum manis, diantara peserta cowok, dia yang paling ganteng dan rapi, entah menolak miskin ape gimane tuh anak!
"Dandananmu seperti bukan peserta interview saja, terlalu berlebihan!" ujar Sumiatun setelah memperhatikannya dengan tatapan julidnya.
"Hei, salah satu menarik perhatian para juri adalah dengan penampilan. Karena penampilan adalah nomor pertama dari segala-galanya, jika kamu pintar dan punya keahlian tapi diawali dengan penampilan buruk, maka pandangan awal para juri juga sudah buruk tentangmu!" ucap Seojun.
"Bukankah penampilan bisa kita sesuaikan setelah masuk bekerja? Bukankah keahlian itu yang lebih penting?" tanya Sumiatun sambil garuk-garuk kepala tak mengerti.
"No, di Korea penampilan nomor satu! Kau lihat semua orang disini, semuanya sudah menampilkan penampilannya yang terbaik, dan kau? Ck, aku yakin kau akan berakhir jadi OB!" jawab Seojun sambil tersenyum geli.
"Dasar, tak apa! Yang penting aku mendapatkan pekerjaanku," ujar Sumiatun kesel.
"Kerja di Korea berat loh, emang kamu bakalan tahan?" tanya Seojun menatapnya penuh selidik.
"Bisa! Kenapa gak, namanya pekerjaan semuanya pasti begitu," jawab Sumiatun yakin.
"Serius? Nanti kamu akan disuruh-suruh terus loh! Janji gak bakalan nangis, betah kerja disini?!" tanya Seojun, seperti sengaja memberikan pertanyaan menjebak kayak gitu.
"Janji!" jawab Sumiatun tanpa pikir panjang, dan akan dia sesali suatu saat nantinya.
Dan pada saat tiba gilirannya untuk di interview, dia terkejut melihat Seonho berada dibarisan kursi para juri, dia tak yakin jika dia akan lulus interview, secara Seonho sedikit banyak tau tentangnya.
Meskipun dia menjawab semua pertanyaan juri dengan lancar, dia masih tak yakin dengan dirinya sendiri, apalagi tatapan Seonho tak beralih dari pandangannya kearah dirinya, mana tatapannya tajam banget, udah nightmare duluan Sumiatun!
Tiba saatnya mereka diberi pengumuman siapa yang akan lulus pendaftaran sekaligus lulus interview, Sumiatun sudah down duluan, sedangkan Seojun tampak begitu percaya diri.
"Dan yang lulus terakhir berikutnya adalah, nomor peserta 018 dan nomor peserta 020, cukae yorobun.." ujar staf pengurus itu.
Beberapa orang yang lulus terlihat begitu senang dan meluapkan ekspresi kebahagiaan mereka dengan sujud bersyukur, bahkan ada yang menangis terharu, nah yang menangis terharu biasanya sering gak lulus interview, hehe!
Sedangkan yang dinyatakan tak lulus, terlihat sekali raut kecewa mereka dan langsung pulang begitu saja. Seojun juga terlihat biasa saja seolah dirinya sudah yakin bakalan lulus, Sumiatun? Dia malah bengong melompong, gak salah denger kan?
"Hei, cukae... Akhirnya kau lulus juga, wah semangat percaya dirimu patut diacungi jempol! Dan ingat sama janjimu..." ujar Seojun memberinya selamat dan membisikkan kata-kata itu.
"Iya, terima kasih.." ucap Sumiatun masih tak percaya dengan semua ini.
"Eh, apa kau tau sejak awal jika temanmu itu adalah salah satu petinggi perusahaan ini? Bagaimana bisa? Apa posisi itu tidak terlalu tinggi buatnya, dia kan masih muda dan baru masuk kuliah juga?!" tanya Sumiatun tak percaya.
Seojun kebingungan mau menjawab apa ketika dicecar pertanyaan seperti itu oleh Sumiatun, dia sedang berusaha mencari jawaban agar sedikit nyambung dengan semuanya.
"Sebenarnya ini rahasia, tapi kau janji tidak akan membocorkan rahasia ini kan?" bisik Seojun, Sumiatun mengangguk penuh semangat.
"Dia adalah putra pemilik perusahaan ini, makanya dia sudah menjabat posisi itu. Dari kecil dia sudah digembleng untuk dijadikan pemimpin perusahaan yang disiplin dan mandiri, makanya sedikit telat masuk kuliahnya.." ujar Seojun mengarang cerita, padahal dirinyalah sosok putra Presdir yang asli.
"Wah, daebak! Ini seperti didalam drama yang ditonton si Ningsih, ini kalau dia tau tambah klepek-klepek sama tu laki, hihi.." ujar Sumiatun percaya.
Sedangkan Seojun saat ini sedang menyusun segudang rencana untuk mengerjai si Sumiatun didalam pikirannya, dia menyukai gadis ini tapi sebelum dia membuka identitas aslinya, dia harus tau dulu seperti apa wanita yang dia sukai ini.
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments