Sumiatun bergegas ingin keluar, rasanya pengen banget nabok tuh orang, berisik banget! Belum lagi rasa penasarannya, dia belum terbiasa dengan semua ini, cuek sama orang lain yang tersiksa kayaknya gak bakalan pernah terjadi sama dia.
"Sum, Sumi! Mau kemana lu?! Gak usah ngadi-ngadi deh, bahaya!" ujar Ningsih khawatir kepadanya.
"Udah, lu diem aja! Mending lu turun kasih tau tuh kang satpam kalau gw mau negur mereka, kalau ada apa-apa sama gw paling gak ada yang tau ataupun saksinya!" kata Sumiatun, dia udah gulung baju lengan panjangnya, buat siap-siap menghadapi unit sebelah.
"Jangan, Sum! Kalau kenapa-kenapa gimana? Ya udah, kita masuk bareng aja nemuin mereka.." ujar Ningsih takut dan khawatir juga.
"Lu lupa siapa gw, hah? Mana ada kata takut di kamus gw! Buruan turun sana," sahut Sumiatun gak mau berhenti.
Akhirnya setelah perdebatan alot si Ningsih turun juga menemui security dibawah, sedangkan Sumiatun beberapa kali memencet bel pintu unit sebelah.
Ting, tong!
Ting, tong!
Ting, tong!
Dia terus pencetin tuh bel sampai yang punya rumah keluar, dia sebodo' amat kalau mereka marah, salah sendiri tengah malam berisik mengganggu istirahat orang.
Ceklek!
Setelah cukup lama menunggu, akhirnya pintu dibuka juga dengan berlahan, Sumiatun udah gatal aja tangannya pengen ngegerauk muka si unit sebelah, tapi apa yang terjadi mengurungkan niatnya, gadis itu muncul dari balik pintu dalam keadaan babak belur, dia berusaha menutupi luka diwajahnya, dengan menutupnya dengan rambutnya.
"Iya, ada apa? Maaf kalau saya mengganggu waktu istirahatnya.." ucapnya dengan suara bergetar, dia terus menundukkan pandangannya.
"Kamu, sama siapa didalam?" tanya Sumiatun sambil memperhatikan gadis itu.
"A-aku sendirian..." jawab gadis itu bohong.
"Apa setiap malam kau selalu berisik seperti ini? Apa kau tak memikirkan waktu istirahat tetanggamu? Kemarin pagi aja kau begitu kesal padaku karena begitu berisik, kenapa sekarang malah kebalikannya?" cecar Sumiatun.
"Maaf, tidak ada apa-apa. Maafkan saya, silakan kembali lagi.." ucap gadis itu malah ingin menutup pintunya.
Sumiatun langsung cepat menahan pintu itu dengan kakinya, hingga tak langsung tertutup. Dia memperhatikan gadis itu yang terlihat kebingungan dan ketakutan juga, Sumiatun ingin melihat kedalam, ada apa sebenarnya?
"Hei, kenapa lama sekali?! Kau ini sangat bhodoh sekali, tinggal usir saja kenapa lama sekali, hah! Dasar wanita tholol," seorang lelaki datang sambil memarahi gadis itu.
"Hei, bicaranya lah yang lembut sama wanita! Apalagi ini adalah tempat tinggalnya," sahut Sumiatun gemas sekali.
Dia jadi tak tega dengan gadis itu, gadis itu nampak diam saja saat di caci maki dan kepalanya selalu ditoyor mulu sama tuh bhajingan sharap.
"Diam kau, Nona! Ini tak ada hubungannya denganmu, baiknya kau kembali saja ke unitmu atau mau aku buat jera biar kapok gak ikut-ikutan urusan orang!" ancam lelaki berbadan sedikit gempal itu.
"Mau gak mau ini jadi urusanku, kalian sangat berisik sekali menggangu waktu istirahatku!" ujar Sumiatun tak takut sama sekali.
"Apa kau tetangga baru dari unit sebelah? Aah, jadi kau adalah tetangga orang asing itu! Hei, kau harus tau peraturan disini kalau ingin hidup damai!" ujar lelaki itu.
"O ya, peraturan yang seperti apa?!" tantang Sumiatun tak takut.
Lelaki itu melihat sikap Sumiatun tak pantang menyerah seperti itu, tau jika dia bukanlah wanita lemah yang gampang dia ditakuti. Dia langsung menarik tangan gadis itu menjauhi pintu, dengan sigap juga Sumiatun menahan tangan gadis itu.
"Lepaskan dia!" ujar Sumiatun.
"Apa yang kau lakukan? Lepaskan aku, kau bisa saja terluka juga!" teriak gadis itu terlihat sangat panik ketika Sumiatun menahan dirinya.
"Jika kau diam saja dan membiarkan lelaki bhajingan ini melakukan sesuatu kepadamu seenaknya saja, maka ini akan terus berlanjut sampai kau ma.ti dan menjadi mayat.
Kau harus bertindak jika tak ingin diperbudak seumur hidup olehnya, jika kau tak melakukannya maka orang lain takkan bisa membantu ataupun menolong mu.." ujar Sumiatun kepada gadis itu.
"Ah, shial! Kau membuatku begitu marah sekali, dasar wanita shialan!" ujar lelaki itu sambil melayangkan tinjunya kearah Sumiatun.
Tentu saja serangan itu mengejutkannya, untung saja dia memiliki refleks yang baik sehingga berhasil menghindari pukulan itu. Alhasil pukulannya meleset dan malah memukul pintu.
Lelaki itu terkejut dan menjerit kesakitan tangannya meninju daun pintu yang sangat keras, Sumiatun sendiri masih tertegun karena syok dengan apa yang terjadi.
Dia tak menyangka lelaki itu bakalan menyerangnya, dia tak bisa membayangkan jika gadis itu setiap hari mendapatkan pukulan seperti itu setiap saatnya.
"Dasar bhajingan ghilak, sharap!" umpat Sumiatun.
Dan pergulatan tak bisa terhindarkan, sementara itu si Ningsih harus turun ke lobby menemui security yang jaga malam itu, dia berkeliling mencari orang tapi tak ada satupun yang berjaga.
"Wajar sih, ini udah tengah malam! Mungkin mereka sedang beristirahat, atau mungkin lagi berpatroli," gumam Ningsih.
Dia masih celingukan mencari security itu dan akhirnya menemukan satu yang sedang menuju kearahnya, tapi kok kayaknya kenal? Security itu dari jauh sudah menurunkan topinya agar tak terlalu terlihat wajahnya dan langsung memakai masker ke mulutnya.
"Anda sedang mencari siapa, Nona?" tanya security itu, sepertinya dia masih muda.
"Em, apa kau penjaga keamanan yang baru?" tanya Ningsih kepo.
"Em, bukan. Aku menggantikan ayahku yang lagi sakit untuk sementara waktu ini," ucap security itu.
"Nona, ada yang bisa aku bantu? Sepertinya anda sangat kesulitan," tanya security itu lagi.
"O iya, lupa aing! Si Sumi, eh maksudku temanku sedang menegur tetangga dari unit sebelah, aku takut terjadi sesuatu. Mau temani aku menemaninya?" pinta Ningsih penuh harap.
Dia terlihat begitu memohon, karena takut jika Sumiatun jadi korban pemukulan tetangga resek. Kalau dia kenapa-kenapa, bisa abis dia diomelin sama papa dan mamanya. Security itu terdiam sejenak saat melihat Ningsih yang begitu memohon padanya.
"Please, ahjussi..." ujar Ningsih memperlihatkan tampang polosnya.
"Cute..." gumam security itu tanpa sadar, dan untuk beberapa saat dia terdiam dan langsung menetralkan perasaannya.
"Baiklah, ayo.." ucap security itu.
"Lantai berapa?" tanya security itu lagi.
"Lantai enam, unit 203 itu unit tetangga kami!" jawab Ningsih cepat.
Mereka naik kedalam lift dan berharap belum terjadi sesuatu terhadap Sumiatun, dan dia tak merusak apapun yang ada didalam rumah itu, kalau disuruh ganti lumayan kan, mehong semua harganya, bestie!
"Dia cantik dan imut dengan penampilan polos seperti ini, tapi jika berdandan terlihat sangat berlebihan sekali. Seharusnya dia tak perlu seperti itu, tanpa berdandan dia juga cantik, dan aslinya juga baik. Ah, aku berbicara apa?!" gumam security muda itu dalam hati.
Setelah sampai ke lantai enam, mereka langsung berlari menuju unitnya Ningsih yang juga bertetanggaan dengan unit 203. Sesampainya di sana, mereka dibuat melongo oleh perbuatannya si Sumiatun.
Dengan santainya Sumiatun duduk diatas badan seorang lelaki, bertubuh sedikit gempal yang sudah terlihat lemas tak berdaya dalam keadaan babak belur.
"Sum!" panggil Ningsih sedikit lega dengan sahabatnya yang untungnya baik-baik saja, dan miris melihat si korban.
"Lu apain dianya?" tanya Ningsih.
"Dia yang memulai duluan, aku hanya membela diri. Aku punya saksinya, dia dan Cctv itu.." jawab Sumiatun sambil mengelap keningnya dengan lengan bajunya, udah macam preman aja!
"Apa dia benar? Maaf, kalau dia bikin kamu syok dan ketakutan.." ujar Ningsih kepada gadis itu.
"Tidak, dia sangat baik sudah membantu dan menolongku. Jika dia tak datang, mungkin semalaman ini aku akan dipukuli tanpa henti, dan mungkin besok pagi kalian akan menemukan mayatku.." ujar gadis itu sambil menangis haru, selamat dari bahaya yang mengancam nyawanya.
"Maaf, kami datang terlambat.." ucap Ningsih lagi merasa bersalah, karena sempat ingin menghentikan Sumiatun ingin menemui gadis itu.
"Tidak apa, Onnie... Gomawo," ujar gadis itu lagi.
"Jangan panggil aku seperti itu, sepertinya kita seumuran.." ucap Ningsih sambil memeluk hangat gadis itu.
"Gw yang nyelamatin, eh dia malah bilang makasih sama pahlawan kesiangan!" omel Sumiatun.
Sedangkan security itu sedikit syok melihat apa yang terjadi, dia sama sekali tak menyangka ada penghuni di apartemen ini dalam bahaya, jadi apa yang diceritakan oleh ayahnya tentang gadis itu betul adanya.
"Sebaiknya aku telpon polisi buat menangkap lelaki ini, agar tak datang mengganggumu lagi.." ucap security muda itu kepada gadis dari unit 203.
Gadis itu hanya mengangguk lemas, badannya sudah terlalu lemas untuk bergerak. Rasanya sakit semua, tapi rasa sakitnya terbalas saat melihat lelaki itu babak belur sama Sumiatun yang punya sabuk hitam.
"Aku gak nyangka mereka sangat berbeda sekali apa yang terlihat dari luar, ini sungguh diluar perkiraan.." gumam security itu lagi.
Kira-kira siapa yah security muda yang menggantikan ayahnya yang lagi sakit itu?
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments