Sesaat dia sempat terpesona dengan penampilan Ningsih yang begitu manis daripada biasanya, Seonho langsung pergi dari tempat itu sambil melanjutkan obrolan di telponnya.
"Syialan, aing ditinggal! Untung aja gak kepedean buat nyamperin dia, huft!" ujar Ningsih gedeg.
Sementara itu, dibandingkan belajar, Sumiatun dan Seojun malah asik makan malam berdua. Mereka tak bisa melanjutkan belajarnya dalam keadaan perut kosong keroncongan. Sedangkan para dosennya sibuk menyiapkan materi belajar mereka.
Dan itu hanya berlaku untuk Seojun yang merupakan anak pengusaha penyumbang terbesar di yayasan kampus mereka, tidak berlaku untuk yang lainnya. Sementara Seonho lebih baik keluar sebentar daripada melihat mereka makan, dan tak sengaja melihat Ningsih saat menelpon ayahnya.
"Abeoji (ayah), jangan katakan apapun kepada mereka tentang kami, apalagi tentangku. Bukan karena aku malu dengan keadaanmu, tapi ini mengenai Seojun, dia dalam misi menjalankan tugas dari ketua Park.
Dia tak boleh membuka identitas dirinya sebelum bisa membuktikan diri bahwa dia mampu menjalankan perusahaannya itu, dan aku bertanggung jawab untuk itu juga. Aku harap Abeoji mengerti.." ucap Seonho kepada ayahnya.
"Kamu tenang saja, Ayah akan menjaga rahasia kalian. Tapi mereka berdua adalah gadis yang baik, Ayah menyukainya.." ucap ayahnya Seonho.
"Semua orang juga terlihat baik dari luar, Abeoji.. Tapi kita harus tetap berhati-hati dan bisa memilah mana yang baik dan mana yang tak baik," ucap Seonho lagi.
"Kau ini, kenapa kau sangat pesimis sekali hidupmu?! Kau seolah tak percaya semua orang, apa kau dalam masalah, hah?!" tanya ayahnya curiga, bosen juga dia mendengar ocehan Seonho yang sangat dingin itu.
"Tidak ada apa-apa, Abeoji.. Ya sudah, aku harus masuk dulu, selamat malam..." ucap Seonho mengakhiri telponnya.
Sesaat dia menoleh sebentar kebelakang, tapi tak ada siapapun di sana. Kemudian dia tersenyum tipis dan berlalu dari sana menuju aula tempat dia dan Seojun juga Sumiatun belajar.
"Ck, kalau tersenyum begitu kan enak diliat nya! Dasar hati batu," gumam Ningsih mengikutinya dari belakang.
"Btw, dia tadi nelpon siapa? Ck, aku gak bisa mendengar dia ngomong apa tadi. Siapa yah? Em... Dia terlihat banyak bicara, dan nampak serius sekali. Apa dia sudah punya pacar?! Pantesan saja dia begitu dingin!" ucap Ningsih bermonolog sendirian.
Didalam ruangan itu, Seojun, Sumiatun dan Seonho tampak serius mengikuti pelajaran mereka, dan Ningsih memperhatikan mereka dari jauh, duduk paling belakang.
"Lumayan, kuliah gratis! Hehe, kan aku juga bisa ikut menyimak. Hoam... Kok aku ngantuk yah? Nyam.." tanpa sadar Ningsih malah ketiduran.
Beberapa saat kemudian, kurang lebih empat jam mereka mengikuti pelajaran mereka dan hanya istirahat sebentar saja, bahkan tak boleh ke toilet sama sekali, akhirnya selesai juga.
Sumiatun menoleh kebelakang dan melihat sahabatnya itu ketiduran diatas kursi tempat dia menunggu tadi, dia melihat jam tangannya dan itu menunjukkan pukul 24.00, terkejut tanpa sadar sudah semalam itu.
"Welcome to the Korea, hehe! Gak usah kaget, disini biasa orang belajar sampai jam segini. Bahkan anak-anak sekolah belajar di rumah sampai jam satu malam.." ucap Seojun sambil tertawa melihat mimik wajahnya Sumiatun, yang terlihat lucu saat kaget itu. Hanya dia yang melihatnya begitu.
"Ooh, aku sih sudah pernah dengar... Tapi kaget juga saat mengalaminya langsung, tapi besok kita juga harus bangun pagi buat kerja juga, aigooo... Kepalaku jadi pusing," ujar Sumiatun memegangi kepalanya mendadak jadi pusing.
"Ya udah, aku anterin kamu pulang yah... Em, temanmu itu biarkan Seonho yang mengantarnya pulang, aku gak mau ada drama lagi kayak tadi," kata Seojun sedikit hati-hati agar Sumiatun tak marah dengannya.
"Iya, gak apa... Dia juga sudah tertidur pulas, pasti dia tak menyadari apa yang terjadi nanti, tapi... Apa Seonho sajangnim mau mengantarnya?" tanya Sumiatun khawatir juga, mengingat Seonho begitu dingin pada Ningsih.
"Ck, jangan panggil dia sajangnim (bapak)! Dia tidak sesuai dipanggil seperti itu, ketuaan baginya! Cukup kamu panggil dia begitu kalau di kantor saja, diluar gak usah panggil begitu segala, aku gak suka!" sungut Seojun keceplosan.
"Hweee (mengapa)? Kita harus menghormatinya selaku direktur manajer yang bertanggung jawab langsung atas kita berdua, kamu juga gak boleh bersikap seperti itu! Iya, aku tau kalau kalian berteman. Tapi kamu juga harus tau diri dengan posisimu, ck!" ujar Sumiatun sok tau.
Seojun hanya mendengus kesal mendengar ucapan Sumiatun, sedangkan dirinya tak bisa mengatakan banyak lagi, takut dia tak bisa menjaga rahasianya sendiri. Sedangkan Seonho dibelakang mendengar perkataan mereka hanya tersenyum geli, dia melihat ekspresi Seojun seperti mau menelannya bulat-bulat.
"Baiklah, ini sudah malam banget! Gaja' (ayo pergi)!" seru Seonho datang dari belakang mereka.
"Let's go, sir!" sahut juga Sumiatun bersemangat sambil meninggalkan Seojun dan menjulurkan li.dahnya mengejek.
"Ish, kalau aku bisa sudah kutarik itu lidah dengan mulutku!" gumam Seojun gemas sambil mengikuti mereka.
Dengan hati-hati Seonho mengangkat tubuh Ningsih yang sedang tertidur pulas, dia sama sekali tak terbangun, emang kebo sih dia kalau tidur.
"Awas, hati-hati dengan kepalanya.. Tasnya biar aku yang bawa," ujar Sumiatun sesaat mereka sudah menaruh Ningsih di kursi depan disampingnya Seonho.
"Kalian duluan aja, kami akan menyusul!" ucap Seojun sambil menepuk bahu Seonho dan mengedipkan matanya.
"Jangan kemana-mana, ini sudah larut. Aku tak menolerir kalian lagi jika datang terlambat besok pagi," kata Seonho kembali dingin.
"Ck, kau ini! Sama sekali tak bisa diajak kerja sama," sungut Seojun kesal.
"Aku lakukan semua ini hanya untukmu, Seojun... Jika kau berhasil maka ayahmu juga akan bangga dengan sendirinya atas kerja kerasmu sendiri, jangan membuang waktumu untuk bermain-main!" ucap Seonho lagi.
"Iya, ya! Bawel.." ujar Seojun kemudian meninggalkan dirinya, Seonho hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Seojun itu, meskipun dia tau sahabatnya itu tengah melakukan pemberontakan kepada ayahnya.
Mau gak mau Seojun mengikuti saran sahabatnya itu, dia mengantarkan Sumiatun pulang ke apartemennya. Sedangkan Seonho bersama dengan Ningsih di mobilnya, ada perasaan canggung duduk berduaan dengan seorang gadis didalam mobilnya sendiri.
Ini adalah untuk pertama kalinya dia membawa seorang gadis didalam mobilnya, dia sama sekali pantang membawa wanita didalam arena pribadinya. Ini mengenai sebuah privasi dan prinsip, dan sekarang prinsipnya harus dia kesampingkan demi kemanusiaan.
"Ck, menyusahkan saja!" gumamnya.
Sementara itu Ningsih masih tertidur pulas, dan pada saat Seonho melewati 'polisi tidur' dan membuat sedikit guncangan di mobilnya, sehingga membuat Ningsih terbangun sebentar.
Matanya mengerjap-ngerjap saat melihat ada lelaki tampan dihadapannya, entah itu mimpi atau nyata tapi dia tak ingin melepaskan kesempatan untuk memperhatikannya, Seonho menoleh kearahnya, Ningsih langsung memejamkan matanya dan berpura-pura masih tertidur.
Tiba-tiba dia merasakan ada sentuhan lembut dari tangan Seonho memegangi kepalanya, dia sudah geer aja bakalan akan terjadi sesuatu diantara mereka, tapi ekspektasi tak seusai realita! Seonho justru sedang memperbaiki letak duduknya dengan memindahkan kepalanya menghadap jendela luar.
"Syialan! Gw jadi kagak bisa liat mukanya dia, damn! Apa dia tau ye gw pura-pura tidur? Sebodo teung!" gumamnya dalam hati, urung terharu.
Sementara Seonho sejak tadi sebenarnya sudah tak karuan hatinya, dia tak bisa memilah perasaannya, apa itu karena gugup baru pertama kali ada wanita duduk didalam mobil bersamanya, atau ada sesuatu yang lain?
"Ck, kenapa aku jadi begini kepadanya? Dan dia kenapa jadi begitu manis seperti ini? Huft, semoga besok dia tak ingat apa-apa," gumam Seonho dan dia tak sadar ocehannya bisa didengar sama Ningsih.
"Nah loh! Klepek-klepek juga kan sama gw, hihi! Bakalan gw bikin lu jadi nyungsep cinta sama gw, bukan jatuh lagi tapi nyungsep lu! Hihi.." gumam Ningsih dalam hati, dia udah senyum-senyum sendiri untung sekarang tuh muka ngadep jendela kaca, coba dihadapan Seonho, bingung kan.
Sementara Seojun tak kalah keki nya, niat hati mau berduaan dengannya, eh! Malah ditinggal tidur, malah ngorok lagi tuh bocah! Benar-benar Sumiatun, suasana romantis mendadak menjadi horor seketika dengan suara ngoroknya itu.
"Gadis ini, tak ada malu-malunya di depanku! Dia sangat cuek sekali, apa dia tak menyadari jika aku suka sama dia. Setidaknya peka kek, dimana-mana gadis lain menyukaiku dan berusaha dekat denganku, tapi baru pertama kalinya aku menyukai gadis yang terang-terangan menolak ku! Aish, shiball (menyebalkan)!" geram Seojun, tapi setelah melihat wajahnya Sumiatun yang manis hatinya menjadi luluh lagi.
"Mianhe, jagiya (maaf, sayang)... Jangan marah yah" ujarnya kembali lembut, benar-benar gak bisa konsisten dengan dirinya sendiri. Mau marah tapi gak bisa, hanya bisa ngedumel saja.
Sementara Sumiatun masih masih terlelap di dunia mimpinya, dan tak terasa sudah sampai saja di apartemen mereka. Seojun ingin menggendong Sumiatun keluar dari mobilnya ala bridal style, niatnya sih mau romantis tapi yang ada malah apes.
Jedug!
"Aduh, pala aye!" teriak Sumiatun kaget meringis kesakitan saat kepalanya kejedot pintu mobil.
Dia buru-buru minta dituruni dari gendongannya sambil mengomeli Seojun, Sumiatun bener-bener kesal sekali sekencang itu suara ke jedugnya dan sesakit itu juga rasanya.
"Ngapain sih pakai gendong segala?! Kan bisa bangunin aku kalau sudah bangun, nyebelin! Aduh pala gw, benjol dah sesenti!" omel Sumiatun.
Kemudian dia mencoba membangunkan Ningsih dari tidurnya, tapi anak itu malah tambah nyenyak tidurnya. Padahal Sumiatun udah goyang-goyangin badannya tapi gak bergerak juga.
"Dasar kebo nih bocah, tidur pules bener! Maaf ya Seonho, eh! Sajangnim, bisa anter dia sampai kedalam unit kami? Aku gak bisa gendong dia, tolong yaa.." ujar Sumiatun meminta dengan lembut kepada Seonho dengan penuh hormat, dia sudah menjadi budak korporat sejati sejak awal.
"Dasar bocah, kagak pengertian banget sih! Gak tau apa gw lagi ngedon disini biar si Seonho bisa gendong gw lagi!" ujar Ningsih ngedumel dalam hati.
"Ya sudah, tunjukan jalannya.." jawab Seonho merasa tak enak hati juga meninggalkan mereka seperti itu.
Mereka menaiki lantai tempat unit kedua gadis itu berada, Seonho menggendong Ningsih terlihat biasa saja seperti menggendong anak kecil, entah itu badannya sangat ringan atau si Seonho yang kuat.
Seojun dan Sumiatun memperhatikan mereka sudah seperti sepasang kekasih saja, sejenak keduanya saling pandang, dan langsung memalingkan mukanya.
Si Sumiatun jadi malu sendiri mengingat kejadian tadi saat berada di tangga aula, Seojun yang nampak keberatan menggendong dirinya. Sedangkan Seojun sendiri masih kesal karena diomelin sama Sumiatiun, dan ada rasa iri juga sama si Seonho bisa gendong cewek yang lagi mendekatinya.
"Dunia ini memang tidak adil!" gumam Seojun kesal.
"Kenapa aku menyukai gadis yang sama sekali tak tertarik denganku, sedangkan Seonho malah beruntung didekati gadis seperti ini, tapi dia malah dingin seperti itu! Ck, dasar" gumamnya lagi.
Mereka akhirnya sampai juga didepan unit Sumiatun dan Ningsih, sebenarnya Sumiatun tak membiarkan mereka masuk, tapi masa iya sih Ningsih di geletakin didepan pintu?
"Masuklah, dan taruh aja dia di sana.." ucap Sumiatun sambil menunjuk kearah sofa depan tv.
"Em, mau minum?" tanya Sumiatun berbasa-basi.
"Enggak usah, ini sudah larut! Jaljayo (selamat tidur)..." ucap Seonho berpamitan.
Baru saja mau seneng ditawari minum sama Sumiatun, Seojun kembali murung akibat ulahnya Seonho.
"Ayo pulang!" Seonho menarik tangan Seojun keluar.
"Somi, jaljayoo..." ucap Seojun sambil melambaikan tangannya.
"Neee, gomawoyeo..." sahut Sumiatun sambil menutup pintunya, dan akhirnya bisa bernapas lega.
"Bujug, kaget gw! Lu udah bangun, Ning?!" tanya Sumiatun menghampirinya.
Ningsih sudah bangun dan duduk diatas sofa, sedikit terlihat nge lag sebentar mengingat momen saat dia digendong sampai kedalam unitnya.
"Aaahh! Mimpi apa gw akhirnya Seonho mau juga deket sama gw, ahh!" teriak Ningsih sambil melompat-lompat kegirangan.
"Eh, dari tadi lu kagak tidur?! Dasar, Oneng!" ujar Sumiatun kesel.
"Lu yang Oneng, kagak pengertian banget sih jadi orang!" sungut Ningsih kemudian kembali tersenyum-senyum sendiri menikmati momen saat dia dipeluk dan digendong sama Seonho.
"Ati-ati entar kecewa lu, dasar bocah sharap!" ujar Sumiatun ngedumel sendirian.
Sedangkan si Ningsih masih guling-guling sendirian diatas sofa membayangkan si Seonho, sambil tersenyum-senyum sendiri.
...----------------...
Bersambung
Park Seojun
Kim Seonho
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments