Seojun yang baru selesai mandi, terkejut saat mendapati ponselnya penuh dengan notifikasi dari Sumiatun, dia langsung tersenyum ceria dan langsung menelepon balik si Sumiatun.
"Annyeong, hai Somi! Em, tadi kenapa nelpon? Sorry, aku tadi lagi mandi..." ucap Seojun sok cool.
"Oh, ini cuma ngasih tau nanti aku mau ngajakin Ningsih, teman sekamarku. Gak apa kan? Tolong kasih tau Seonho sajangnim yah, aku kasihan liat dia sendirian disini..." balas Sumiatun.
"Itu, aku gak tau. Nanti deh aku kasih tau, tapi kalau dia ngelarang jangan marahi aku yah, dia yang salah, kalau mau marah.. Marahi saja dia," ujar Seojun lagi.
"Iye, nggak! Lagian kalian berteman, aku yakin dia pasti mau dengerin kamu.." ucap Sumiatun sedikit membujuk.
"Em, iya... Pasti itu, aku yakinkan dia akan setuju" sahut Seojun langsung tersenyum malu-malu saat mendengar suara Sumiatun terdengar lembut saat membujuknya, langsung luluh seketika.
"Oke, sebentar lagi kami akan berangkat! Sampai ketemu lagi nanti, bye.." ujar Sumiatun mengakhiri telponnya.
"Tu-tunggu sebentar, aku akan menjemputmu! Tunggu yah, jangan pergi dulu, gak akan lama" sahut Seojun buru-buru.
Dia langsung menaruh ponselnya dan melempar handuk yang melilitnya sembarangan, gak perduli benda kecil miliknya bergelantungan terlihat begitu saja, karena saat ini dia sendirian didalam kamarnya.
Dia berlari masuk ke walking kloset miliknya, dan sedang mencari pakaian kasual yang menarik menurutnya, meskipun dalam keadaan terburu-buru, dia masih tetap ingin berpenampilan stylish dan keren.
"Hei, makan dulu! Semua orang sedang menunggumu, lagian jam belajarmu juga belum dimulai.." seorang pria tua yang berpenampilan rapi menemuinya, kepala pelayan dan juga pengasuhnya dulu.
"Ahjussi, katakan pada ayah aku malam ini tak bisa ikut makan malam bersama lagi, aku harus menemui seorang teman. Kami akan makan malam bersama, em... Bersama Seonho juga," ujar Seojun mencari alasan.
"Mau sampai kapan kamu terus begini, ayahmu sangat khawatir dan peduli padamu, Seojun.." ucap Ahjussi itu.
"Aku gak tau, sampai dia mau meminta maaf sama mendiang ibu, maybe..." balas Seojun, setelah itu dia langsung pergi begitu saja.
Seojun merupakan anak tunggal di keluarganya itu dulu, ibunya sudah lama meninggal ketika dia masih kecil, ayahnya menikah lagi dengan sekretarisnya yang merupakan sahabat baik ibunya sendiri.
Seojun sangat membencinya, padahal ibu tirinya itu sangat baik dan perhatian. Meskipun dia seorang ibu sambung, kasih sayangnya sangat tulus sangat berbeda sekali dengan karakter cerita ibu tiri yang jahat seperti di novel-novel itu.
"Sampai kapanpun aku takkan bisa menerimanya sebagai ibuku, karena mereka sudah mengkhianati ibuku. Ibuku sampai tiada karena pengkhianatan mereka," gumam Seojun sambil menyetir mobilnya.
Ingatan masa kecilnya saat bersama sang ibu sangat tergambar jelas, sosok wanita lembut dan bersahaja yang selalu bersamanya. Waktu itu, saat Seojun kecil terbangun dari tidurnya saat tengah malam, dia mendapati ibunya pingsan dipelukan sang ayah dan melihat ibu tirinya duduk sambil menangis, seseorang mengatakan kepadanya, bahwa ibunya meninggal karena ayahnya berkhianat, dan pada saat itu juga ia menjauh dari sang ayah dan membenci ibu tirinya itu.
Dia berusaha memberontak, dan tak mau berkumpul dengan keluarga apalagi kalau ada acara keluarga dia selalu menghindar, kecuali urusan perusahaan dan bisnisnya, dia tak ingin perusahaannya jatuh ke tangan ibu tirinya itu.
Seojun juga memiliki adik perempuan dari ibu tirinya itu, namanya Park Gaeun. Gadis manis dan sangat manja, wajahnya seperti sang ibu tiri tapi sifatnya rada mirip dengannya, keras kepala dan sangat egois, dia selalu menjaga jarak dengan sang adik meskipun Gaeun berusaha mendekati sang kakak.
"Eomma, oppa gak ikut makan malam lagi bersama kita?" tanya Gaeun kepada ibunya.
"Oppa sekarang sangat sibuk, Gaeun.. Dia kuliahnya malam dan pagi hingga sore dia sibuk di kantor, jangan ganggu dia.." jawab nyonya Park, ibunya.
"Aku tak pernah mengganggunya, dari kecil hingga sekarang kami tak pernah bermain bersama, padahal aku juga ingin punya cerita tentang kedekatanku bersamanya kepada teman-temanku, mereka semua sangat dekat dengan saudaranya... Kenapa aku gak, Eomma?" tanya Gaeun sedikit terisak.
"Sabar ya, suatu saat nanti oppa juga akan dekat denganmu.." jawab ibunya, sedih dan sesak rasanya melihat kesedihan anaknya itu.
"Berhentilah, Appa akan datang.. Jangan sampai dia melihatmu bersedih seperti itu," ujar ibunya lagi.
Gaeun mengangguk dan berusaha menenangkan dirinya, ketua Park datang dan melihat anak sulungnya kembali tak ada di meja makan hanya menghela nafasnya berat.
"Apa dia sudah pergi lagi? Kali ini alasannya apa?" tanya ketua Park kepada istrinya itu.
"Kamu tau sendiri, dia akhir-akhir ini sangat sibuk, bahkan waktu bermainnya saja bisa dibilang tak ada. Dia ada kuliah malam ini, apa kamu lupa?" tanya istrinya.
"Oh, iya. Aku lupa... Kamu jangan terlalu lembek kepadanya, lihatlah sekarang.. Dia semakin keras kepala dan tak bisa diatur," ucap ketua Park.
"Justru itu, kamu jangan terlalu keras kepala dengannya. Dia akan semakin menjauh darimu.." ujar istrinya lembut.
"Seandainya dia bisa melihatmu dari sisi lain, betapa baiknya dirimu ini sangat memperhatikan dirinya.." ucap ayahnya Seojun itu.
"Sudahlah, mari kita makan.." sahut nyonya Park enggan meladeni gombalan sang Suami, Gaeun hanya tersenyum melihat keharmonisan ayah dan ibunya itu.
.
.
Seojun sudah sampai didepan apartemennya Sumiatun dan Ningsih, seperti biasa gadis itu tak ingin dijemput didepan unitnya, maka Seojun sekarang menunggu diparkiran apartemennya itu.
"Seojun? Wah, apa yang kau lakukan disini?!" security apartemen itu menegurnya.
"Samchun (paman)? Anda bekerja disini? Wah benar-benar si Seonho, masa ayahnya di suruh bekerja! Padahal dia seorang eksekutif direktur manajer elit di perusahaan besar, waahh! Benar-benar itu anak," ujar Seojun terkejut melihat ayahnya Seonho berpakaian security, dan sudah ditebak dia pasti bekerja di sana.
"Tidak, bukan seperti itu! Dia tak pernah meminta aku bekerja, malah aku yang memaksa untuk bekerja. Aku bosan di rumah saja, aku tak biasa di rumah dan tak mengerjakan apa-apa, hehe.." jawab ayahnya Seonho.
"Ya sudah, nanti kalau ada apa-apa kabari saja aku! Jangan hubungi anak nakal itu yah," ujar Seojun sambil tersenyum ramah dengan ayahnya Seonho.
Ayahnya Seonho juga sangat dekat dengan Seojun, anak itu menemukan tempat ternyaman untuk berlindung dan mengadu, dia menemukan sosok ayah di diri ayahnya Seonho, dan ayahnya Seonho juga tulus padanya.
"Seojun!" Sumiatun memanggilnya.
Seojun menoleh dan melihat Sumiatun dan Ningsih berjalan kearah mereka, dia melihat Sumiatun berpenampilan seperti itu-itu saja, kaos dengan sweater atau mungkin hoodie, jaket dan kemeja sebagai pasangannya, celana jeans dengan berbagai warna dan juga sepatu kets, tas ransel. Itu sudah menjadi ciri khasnya, gadis tomboi yang manis dan enerjik.
Berbeda sekali dengan Ningsih, gadis itu selalu berpenampilan feminim dan girly, dia juga sangat mengikuti trend masa kini, pakaiannya sangat mahal dari berbagai brand terkenal. Tapi kali ini dia sangat berbeda, Ningsih hanya memakai dress bercorak floral selutut dan dipasangkan dengan sweater dengan warna senada, dan flatshoes bersama tas selempangnya, sangat manis dan cute sekali.
"Wah, kalian berdua sangat cantik dan manis sekali. Mau pergi bersama? Aku baru tau jika kalian saling mengenal," ujar ayahnya Seonho.
"Tentu saja, Ahjussi... Kami ini satu kampus, dan sekarang bekerja di perusahaan yang sama," jawab Sumiatun.
Ayahnya Seonho nampak kaget mendengar berita itu, termasuk juga Ningsih. Sumiatun tak sempat bercerita tadi, dan sekarang anaknya sudah tau dan alamat ngambek berhari-hari ini!
"Wah, ternyata kalian satu kampus dan bekerja ditempat yang sama juga? Wah, daebak! Kalau begitu kalian juga pasti tau dengan anak sa--" Seojun langsung menutup mulut ayahnya Seonho, dia tak mau rahasia mereka terbongkar didepan para gadis ini.
"Kita hampir telat, ayuk masuk saja kedalam mobilku!" ujar Seojun cepat-cepat berbicara sebelum ayahnya Seonho keceplosan.
"I-iya, tapi itu ahjussi nya jangan dibekap kayak gitu, kasihan entar bengek dianya, udah tua!" sahut Sumiatun sedikit kebingungan dengan tingkah aneh Seojun.
"Iya, ya! Ini juga dilonggarin kok.." ucap Seojun pula.
Sumiatiun dan Ningsih masuk kedalam mobilnya Seojun sambil menatap aneh dirinya.
"Samchun, jangan bilang apa-apa tentang Seonho dan tentang kedekatan kami kepada mereka, soalnya mereka gak tau jika Seonho punya ayah yang bekerja sebagai security, aku takut pandangan mereka berubah tentangmu dan Seonho juga..
Ini rahasia kita berdua juga Seonho, tolong kerja samanya. Oke? Dan maaf, aku tiba-tiba menutup mulutmu seperti tadi, urgent soalnya! Hehe.." ujar Seojun tanpa dosa.
"Dasar, Shekya (ghilak)!" ucap appa nya Seonho.
Kemudian Seojun masuk kedalam mobilnya, dan terkejut melihat Sumiatun dan Ningsih duduk dibelakang dua-duanya.
"Kenapa dua-duanya ada dibelakang, setidaknya satu diantara kalian ada yang duduk didepan, aku bukan supir kalian!" sungut Seojun kesal.
"Maaf, masalahnya si Ningsih gak mau duduk dibelakang sendirian!" jawab Sumiatun merasa tak enak hati.
"Ah, begini saja. Gimana kalau Ningsih saja duduk didepan?" tawar Sumiatun, langsung disambut dengan gelengan kepala Seojun dan Ningsih bersamaan.
"Aku gak mau, aku maunya sama kamu aja, Sum.." rengek si Ningsih.
"Tapi kan Seojun nya merasa gimanaaa gitu kalau kita berdua duduk dibelakang, lu sendirian gak mau, ya udah duduk didepan aja, gimana sih?!" ujar Sumiatun kesal juga dianya.
"Ah, aku kan bisa nyetir mobil, gimana aku saja yang bawa terus kamu duduk didepan sama aku?! Gimana, gimana? Pinter kan aku?" ucap Ningsih mengatakan idenya, yang menurutnya cemerlang itu.
"Boleh juga, eh tapi kita tanya dulu yang punya mobil lah!" sahut Sumiatun lagi.
"Seojun-ssi, boleh yah aku bawa mobilnya? Aku gak mau duduk sendirian dibelakang, tapi gak mau juga duduk sama kamu.." pinta Ningsih dengan gaya sok imutnya, biasanya itu berhasil sama cowok lain.
"Gak, gak boleh! Enak saja, ini mobilku masih baru. Dan lagian setir mobilnya juga berbeda dengan di Indonesia, apa kau bisa menyesuaikan diri?! Jika terjadi kecelakaan gimana? Apa kau mau ganti rugi?!" jawab Seojun ngegas, dia lupa ada Sumiatun di sana, kedua gadis itu nampak syok melihat reaksi Seojun yang pelit bin medit itu.
"Hei, aku juga orang kaya tau! Kau bisa liat dari penampilanku saat ini, meskipun tampak sederhana, ini mahal semuanya! Kalau terjadi sesuatu nanti, aku akan tanggung jawab! Kapan perlu aku ganti yang baru, sepuluh!" sahut Ningsih tak kalah songongnya.
"Ck, seperti punya duit saja kamu! Hei, ini mobil pengeluaran terbaru. Beli sepuluh katamu?! Ini saja hanya ada tiga di dunia, satunya adalah milikku!" balas Seojun ngotot juga.
"Aku akan beli dua mobil lainnya, tunai!" sahut lagi Ningsih emosi tingkat dewa.
Sumiatun yang sedari tadi diam akhirnya geram juga, telinga rasanya mau berdarah-darah mendengar keduanya adu kesultanan mereka, dia harus buru-buru melerainya sebelum perdebatan terus berlanjut hingga ber season-season ya kan!
"Sudah-sudah, kalau pada berantem terus mending aku naik taksi aja!" ujar Sumiatun kesel.
"Jangan!" teriak Seojun dan Ningsih kompak.
"Dasar, giliran begini aja kompak!" sungut Sumiatun.
"Ya udah, kamu boleh deh bawa mobilnya. Asalkan Somi gak naik mobil lain..." ujar Seojun lembut.
Ningsih sampai ternganga-nganga melihat perubahan sikapnya Seojun yang tiba-tiba itu, kemudian dia melirik sahabatnya itu. Dan dia mulai faham apa yang terjadi saat ini.
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments