Sebelum pulang, mereka yang lolos interview sudah diberitahukan kalau mereka akan mulai bekerja besok pagi, dan mereka akan memulai pekerjaannya sebagai magang atau karyawan tak tetap.
"Usahakan kalian datang tepat waktu, semakin pagi semakin baik. Karena itu akan mempengaruhi nilai kalian di perusahaan ini, rajin-rajinlah dalam bekerja, dan tetap semangat, oke?!" ujar salah satu staf panitia pelaksana interview itu.
Sumiatun tak sabar pengen cepet-cepet pulang dan ingin memberitahu berita gembira ini kepada Ningsih, tapi kini yang menjadi beban pikirannya sekarang adalah kuliahnya.
"Somi, Seojun... Kalian berdua bisa temui aku sebentar di ruang samping?" tiba-tiba saja Seonho menghampiri mereka berdua.
"Baik.." jawab keduanya serempak.
Seonho menunggu mereka di ruang pertemuan, di sana ternyata dia tak sendirian. Ada beberapa orang lain bersamanya, dan salah satunya adalah dosen pengajar mereka, dan Sumiatun yakin yang lainnya juga dari pihak kampusnya.
"Kalian berdua duduklah, aku ingin menyampaikan sesuatu dan dengarkan baik-baik.. Pertama aku ingin mengucapkan selamat atas kelulusan interview kalian tadi, meskipun begitu kalian tak boleh senang dulu, karena masih ada penilaian lanjutan lagi mengenai kinerja kalian berdua selama bekerja disini.
Dan kedua, sesuai janji dan aturan sebelumnya.. Kalau kalian berdua lulus interview dan diterima bekerja di perusahaan ini, otomatis kalian bagian dari perlindungan perusahaan ini juga, salah satunya adalah hak istimewa, seperti..
Kalian masih bisa belajar atau kuliah meskipun kalian masih dalam keadaan bekerja, jika kalian memiliki waktu senggang, kalian gunakan itu untuk belajar, malam harinya kelas akan dimulai.
Berhubung kalian berdua merupakan sama-sama mahasiswa baru dan dari kampus yang sama denganku, maka kalian berdua bisa belajar bersamaku. Nanti malam kelas pertama kita dimulai.
Dan mereka ini adalah para tenaga pengajar yang akan mengajari kita, dan tetap kurikulumnya mengikuti program kampus yang sudah ditetapkan, jadi mau kuliah di kampus atau disini, tetap sama saja. Hanya beda tempat belajarnya, itu saja" ujar Seonho menjelaskan semuanya kepada Sumiatun dan Seojun, lebih tepatnya Sumiatun yah karena Seojun sudah tau lebih dulu, kan itu emang idenya meskipun diawal ditentang sama Seonho.
"Baiklah, sepertinya kalian masih bingung bagaimana bisa perusahaan bisa bekerja sama dengan kampus padahal ini merupakan satu hal yang berbeda, dan tak ada hubungannya.
Pertama kampus kami bekerja sama dengan baik dengan perusahaan ini, bisa dibilang perusahaan ini adalah donatur terbesar dan bahkan pemiliknya menanamkan sahamnya di yayasan pendiri kampus ini.
Jadi permintaan seperti ini bukanlah hal yang sulit bagi kami, bahkan suatu kehormatan bagi kami bisa mengajari salah satu pewaris besar dan konglomerat termuda di Korea.." ucap salah satu dosen sebagai perwakilan dari kampus mereka.
Dia hampir saja keceplosan ingin menyebutkan nama Seojun, tapi Seonho langsung mengingatkannya untuk hati-hati, karena selain Sumiatun ada juga beberapa staf kantor dan pegawai yang belum mengenali ataupun mengetahui siapa Seojun sebenarnya.
"Baiklah, pemberitahuan dan pengenalannya sudah cukup. Bekerja mulai besok pagi, tapi kuliah dimulai malam ini, dikarenakan hari ini kita gak ada yang kuliah, maka akan digantikan malam harinya, silakan... Kalian boleh keluar," ujar Seonho menutup pertemuan mereka.
Sumiatun buru-buru ingin pulang karena hari sudah sore, dia tak ingin terlambat di kuliahnya lagi, makanya dia pengen pulang sebentar untuk mandi dan berganti pakaian, sekalian menceritakan ini semua kepada Ningsih.
"Somi, mau aku antar pulang? Biar lebih cepat aja.." ujar Seojun menawarkan diri untuk mengantarkan Sumiatun.
"Tidak apa kan? Kamu gak capek?" tanya Sumiatun merasa tak enak hati.
"Gak apa, bukankah untuk kedepannya kita akan sering bertemu? Mengakrabkan diri itu penting agar tak canggung lagi, dan kau tidak perlu curigaan terus sama aku!" jawab Seojun, sontak membuat hati Sumiatun tertohok.
"Bushet, dia nyindir gw nih! Pantesan perasaan gak enak dari tadi, kayaknya gw kudu minta maaf deh.. Apalagi dia juga kan yang nawarin pekerjaan itu sama gw, meskipun kami saingan dalam interview tadi, dia bersikap biasa saja, gak kayak yang lain punya jiwa kompetitif, dia mah beda!" gumam Sumiatun dalam hati.
"Iya, maaf! Aku sudah salah mengira tentangmu... Boleh kok, aku mau banget malah, setidaknya aku bisa berhemat uang dan waktu, hehe.." jawab Sumiatun sambil tersenyum ceria.
Seojun tak kalah senangnya lagi, saat tawarannya diterima. Saat keduanya ingin pergi, eh ketemu lagi sama Seonho. Kalau Seojun udah muak aja, pasti diomelin lagi, kalau Sumiatun mendadak menjadi budak perusahaan, manut aja bawaannya kalau ketemu bos!
"Kalian jangan sampai terlambat nanti malam, dan ingat.. Kalian dibawah tanggung jawabku langsung, belajarlah dengan sungguh-sungguh dan bekerjalah dengan rajin, oke?" ujar Seonho sambil tersenyum penuh kemenangan.
Dia berhasil mengerjai sahabat sekaligus bosnya itu, karena menurutnya permintaan dan keinginan Seojun diluar batas kewajaran, bagaimana bisa dia meminta untuk kuliah privat macam itu? Malah ngajak-ngajak Sumiatun lagi, yang notabene tuh anak bukan siapa-siapa.
Di lain sisi, Seonho juga masih kagum dengan Sumiatun dan Ningsih perihal kejadian tadi malam di apartemen itu, yah security muda itu adalah Seonho, dia menggantikan ayahnya bekerja selama ayahnya istirahat.
Padahal Seonho sudah meminta ayahnya untuk tidak bekerja lagi, tapi ayahnya masih ingin bekerja, katanya bosan di rumah terus. Maklumlah saat ini, ayahnya hanya tinggal bersama Seonho seorang, ibunya sudah meninggal dan kakak perempuannya sudah menikah.
.
.
Sumiatun diantar pulang sama Seojun sampai ke apartemennya, dia ingin mengantar sampai ke depan unitnya tapi Sumiatun menolaknya alasannya ingin buru-buru bersiap agar tidak terlambat lagi.
"Baiklah, nanti malam aku akan datang menjemputmu. Agar bisa datang bersama dan kau tidak akan terlambat, bagaimana? Em, bisa bagi nomor ponselmu? Agar aku bisa menghubungimu jika ada sesuatu..." ujar Seojun pelan dengan wajah memerah, menahan malu.
"Baiklah kalau begitu, ini kamu yang minta yak! Aku gak maksa loh, dan ini nomor ponselku. Ini baru saja aku upgrade dengan nomor disini.." ucap Sumiatun dengan santai dan terlihat biasa saja.
"Ooh.. Ba-baiklah, terima kasih!" sahut Seojun senang.
Dia pikir Sumiatun bakalan jutek dan galak seperti biasanya, dan ini tumben nih anak lempeng pikirannya. Apa karena dia lagi senang sekarang? Makanya moodnya lagi bagus!
Karena di budaya Korea, kalau ada lelaki atau perempuan meminta nomor ponsel kepada lawan jenis yang dia sukai itu, sama saja mengutarakan keinginannya untuk bisa lebih dekat lagi, dan kemungkinan bisa hubungan mereka bisa berlanjut lebih dekat lagi.
Seojun pikir Sumiatun sedang membuka diri agar mau lebih dekat dengannya, perihal mau ngasih nomor ponselnya. Masalahnya tuh anak gak peka, dan gak faham juga dengan budaya negara ini. Makanya hayuk-hayuk aja kalau diminta, kebiasaan hidupnya di negara sendiri, gampang akrab sama orang sih!
Sumiatun berlari menuju unitnya, dan masuk kedalam dengan perasaan senang, tapi dia malah mendapati Ningsih yang sedang nangis sendirian di pojokan kamar.
"Assalamualaikum, Ning! Gw udah pulang.. Lu kenapa, ada masalah selama di kampus?" tanya Sumiatun khawatir.
"Em, gak. Gak ada, gw cuma kangen sama lu! Hueeeee..." ujar Ningsih masih melanjutkan tangisnya.
"Waduh, baru juga sehari ditinggal udah mewek aja nih anak, bagaimana entarnya nanti yah? Apalagi sekarang jam kuliah gw udah diganti malam, bisa-bisa ketemunya pas mau tidur doang.." gumam Sumiatun mengkhawatirkan sahabatnya itu.
"Ning, lu gak apa kan gw tinggal kerja sama kuliah sendirian? Em, mulai sekarang jam kuliah gw diganti malam hari, jadi pas pulang kerja gw lanjut kuliah gitu, dan kayaknya pulang juga udah malam banget.." ucap Sumiatun hati-hati.
"Huhu.. Baru aja pulang, bukannya nenangin gw yang lagi sedih, lu malah bilang kayak gitu, hueeee.. Sendirian lagi dah gw, hiks!" ujar Ningsih makin kenceng nangisnya.
"Sudah kudugong bakalan kayak gini jadinya!" gumam Sumiatun sambil memijit pelipisnya.
"Ya udah, untuk malam ini lu boleh ikut gw kuliah, tapi yang anteng jangan berisik! Mulai besok lu nyari kegiatan lain biar gak bengong dan bosen di apartemen sendirian, kan lu punya banyak teman di kampus, ikut kelas belajar bersama kek, atau main kemana gitu.." ujar Sumiatun memberikan saran kepada Ningsih.
"Iya, gw juga maunya kayak gitu! Tapi kan gw juga maunya sama lu juga, Sum.. Lu kan belahan jiwa aing!" sahut Ningsih sambil mengelap ingusnya, meleber gegara abis nangis.
"Iya, gw usahain biar punya waktu lebih biar bisa main sama lu.." ucap Sumiatun, bagaimanapun juga dia bisa kuliah di sana gegara Ningsih juga, jadi dia kudu tau diri sih.
"Ya udah, gw mau mandi dan sholat! Masih ada makanan kan, gw mau ganjel perut dulu biar bisa fokus belajar!" kata Sumiatun sambil memeriksa meja makan.
"Aish! Cuma ada kimchi sama ayam goreng sepotong?! Ning.." rajuk Sumiatun.
"Sorry, gw juga baru pulang sore ini. Dan gak sempet pesan makanan, dan kalau lagi sedih aing kan pengennya mulut ngunyah terus.. Udah mandi terus sholat sana sebelum telat, entar gw masakin ramyeon.." ucap Ningsih udah berhenti nangisnya perkara bakalan diajak sama Sumiatun pergi malam ini.
Udah kayak bocah aja, seneng banget diajak pergi bersama meskipun itu cuma nemenin belajar doang!
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments