Keesokan harinya, Sumiatun dan Ningsih nampak bersiap menuju kampus baru mereka, yaitu di Universitas Hangang. Sumiatun yang pada dasarnya sudah cantik dia tak terlalu mempoles wajahnya berlebihan, dia hanya memakai serum dan day cream, bedak tipis, alisnya cuma dirapikan sendikit karena memang sudah tebal dan rapi, maskara dan lip tint.
Ningsih? Jangan tanya, dari pagi dia yang paling heboh, mandinya aja sudah lama apalagi dandannya. Belum lagi penampilannya yang luar biasa heboh menurut Sumiatun, dia memakai atasan tank top dilapisi cardigan dengan warna senada, dipadukan dengan rok mini dengan warna yang sama juga, plus sepatu boots yang eye catching.
Sedangkan Sumiatun hanya memakai kaos oblong dipadukan dengan kemeja kotak-kotak, yang lengan panjangnya dia gulung sama celana jeans dan sepasang sepatu kets, simpel dan sederhana dengan tas ranselnya yang cantik.
"Lu mau kuliah atau mau nonton konser?! Heboh banget, Ning!" ujar Sumiatun sambil geleng-geleng kepala heran dengan kelakuan sahabatnya itu.
"Ini hari pertama kita masuk kuliah, Sum! Kudu prepare dong semuanya, gw gak mau hari pertama kuliah penampilan yang gak banget! Gimana gw, cakep kan?!" tanya Ningsih sambil memutar-mutar badannya dihadapan Sumiatun.
"Cakep, cakep kok..." jawab Sumiatun menyerah, daripada jawab jujur bakalan lama lagi nungguin dia dandan.
Setelah cukup puas berdandan, akhirnya keduanya berangkat juga ke kampus. Mereka naik bus dari apartemen mereka menuju kampus, lebih murah dan lebih dekat juga.
"Ya ampun, udah jam segini! Sum, buruan nanti kita terlambat," ujar Ningsih baru sadar mereka hampir terlambat.
Bus mereka sudah sampai, keduanya berlari mengejar bus itu, Ningsih dan Sumiatun terpisah jaraknya karena beberapa orang juga terlihat terburu-buru naik bus dari halte tempat mereka menunggu bus.
"Astaga, aku pikir cuma di negaraku aja main serobot kayak gini! Ternyata disini sama aja," gerutu Sumiatun terlihat kesusahan mau naik bus.
Buk!
Seseorang mendorongnya kesamping sampai dirinya terjatuh, semuanya sudah naik kecuali dirinya. Kondektur bus kira semuanya sudah naik, apalagi dalam bus juga sudah penuh. Bus pun berlahan berjalan.
"Lah, lah? Kok jalan, woi! Woi tungguin gw, Pak! Aduh," teriak Sumiatun berusaha mengejar bus itu.
Sedangkan Ningsih yang sedari tadi celingukan cari Sumiatun baru sadar ternyata sahabatnya itu ketinggalan bus, dia berusaha menghentikan bus tapi sopir bus itu tak bisa sembarangan berhenti di jalan, apalagi semua orang juga tak setuju, karena mereka semua terlihat terburu-buru.
"Kesian bener tuh sohib gw... Hari pertama udah apes bae," gumam Ningsih merasa khawatir dengan Sumiatun.
Sementara Sumiatun sendiri terlihat kebingungan harus bagaimana, dia juga tak bisa naik bus sembarangan juga, takutnya salah jurusan, ditambah bahasa Koreanya juga belum terlalu lancar.
Bruum... Bruuumm!
Tiba-tiba ada motor sport keren berhenti tepat dihadapannya, seorang cowok ganteng mirip idol Korea membuka helm full face nya, dia tersenyum sumringah menatap Sumiatun.
"Hai! Your again," sapa cowok itu.
"Elu, eh! Kamu? Kok bisa ketemu lagi?" tanya Sumiatun dengan bahasa Korea yang terbata-bata.
"Mungkin jodoh kali, haha! Mau kemana? Yuk, aku anter," tanya cowok itu memberikan tumpangan.
Sumiatun terlihat sedang menyelidiki cowok itu, yang tak lain dan tak bukan adalah Seojun itu sendiri. Dia menatap aneh dan curiga, kenapa dia selalu bertemu dengannya? Apa lelaki ini mengikutinya?
"Gw kudu hati-hati sama nih cowok, siapa tau dia adalah mafia dari jaringan internasional yang sedang mencari korban, buat dijual organnya! Hiii... Gw gak bisa bayangin kalau ujung-ujungnya pergi kesini jadi korban perasaan, eh! Korban pembunuhan!" gumamnya dalam hati.
Seolah mengerti dan faham apa yang dipikirkan Sumiatun, Seojun mulai tertawa geli dan memperbaiki rambutnya dengan kerennya, kalau ada si Ningsih mungkin dia udah klepek-klepek, tapi ini Sumiatun, jangankan tertarik yang ada dia terlihat enek liatnya.
"Sok keren banget nih orang!" gerutunya dalam hati.
"Haha, aku tau jalan pikiranmu itu! Hei, tenanglah... Ini hanya kebetulan aja kok, aku kuliah di Universitas Hangang, kamu kuliah juga kan? Dimana? Nanti aku antar sebelum terlambat!" ucap Seojun menjelaskan.
Bukannya senang karena mereka kuliah ditempat yang sama, Sumiatun semakin curiga dengannya. Tapi dia tak punya pilihan lagi selain ikut dengannya, dia tau Ningsih pasti khawatir sekali dengannya.
"Oke, kali ini aja yah! Aku kalau gak terburu-buru mana mungkin menerima ajakan orang asing, lagian temanku sudah menunggu sejak tadi," ujar Sumiatun akhirnya menyetujui ajakan si Seojun.
Seojun terlihat senang sekali, akhirnya dia berhasil juga mendekati si Sumiatun, gadis yang pertama kali dia jumpai di pesawat berhasil menarik perhatiannya. Mereka melaju cukup kencang mengingat waktu terus berjalan, sedangkan dibelakang mereka, Seonho mengikutinya dengan mobil sedan miliknya.
Sumiatun tak sekalipun lengah perhatiannya, dirinya begitu sibuk memperhatikan jalan dan takut di sasarin sama Seojun, takut diculik dia!
"Sudah sampai, Nona!" ucap Seojun.
"Sudah sampai?" tanya Sumiatun.
Seojun langsung menunjuk aula utama kampus itu, dan terlihat dengan jelas tulisan Universitas Hangang di sana yang sangat besar. Sumiatun sedikit merasa bersalah karena sudah curiga, tapi belum percaya seratus persen.
"O ya, gumawo ( terima kasih ).." ujar Sumiatun sambil berjalan menuju aula itu.
"Hei, nama kamu siapa?!" tanya Seojun saat jarak mereka lumayan jauh.
"Sumiatun, panggil aja Sumi!" jawab Sumiatun sambil melambaikan tangannya.
"Apa? Sum-Sum... Apa yah? Somi?" tanya Seojun kesulitan mengeja nama Sumiatun.
"Iya, Sumi!" jawab Sumiatun lagi, dia salah faham.
"Oke, Somi.. Namaku Seojun, Park Seojun!" teriak Seojun lagi.
"Nice to meet you, Seojun!" balas teriak Sumiatun.
Seojun tersenyum senang, setidaknya dia sudah tau nama gadis itu. Sebuah kebetulan sekali mereka berada di kampus yang sama, setelah itu akan lebih mudah baginya mendekatinya.
"Jangan terlalu mencolok, Tuan muda!" tiba-tiba saja Seonho sudah ada dibelakangnya Seojun.
"Astaga, kau selalu membuatku kaget! Mencolok, apanya yang mencolok? Dari tadi aku biasa saja, dan hanya membantu seorang teman saja! Kebetulan kampus kita sama, itu saja," ucap Seojun tersenyum sambil berlalu.
"Tetap saja kamu harus berhati-hati, Seojun. Kita diawasi di sini.. Jangan sampai ketua Park tahu kelakuanmu ini, dan ingat mulai besok juga kita kembali ngantor lagi.." ucap Seonho mengingatkannya.
"Apa, ngantor lagi?! Aigo, kepalaku! Tiba-tiba sakit sekali, pagi sampai siang aku harus kuliah, siang sampai malam aku harus ada di kantor! Waktu istirahatku kapan, aku juga ingin main!" gerutu Seojun kesal.
"Tidak ada waktu untuk bermain, dan biasakan dirimu untuk itu. Kita kesini sedang mengurus kuliahmu, bersiaplah kita akan home schooling. Dan dari pagi hingga sore di kantor, dan malamnya belajar.." ujar Seonho kembali mengingatkan jadwal mereka.
"What?! Ini lebih parah daripada aku pikirkan, bahkan kuliah juga masih ada waktu untuk bermain walaupun sedikit," sungut Seojun semakin kesal saja.
Seonho hanya menggelengkan kepalanya saja kepada sahabat sekaligus bos nya itu, maklum saja.. Seojun yang sudah terbiasa hidup berkecukupan dan selalu dipenuhi keinginannya itu, tiba-tiba merasa berat melakukan semua itu, dia anak manja mendadak harus mendisplinkan diri dan harus mandiri juga.
"Baiklah, aku mulai darimana bekerja besok? Tidak mungkin kan tiba-tiba aku menjabat sebagai kepala pimpinan, karena ayah tidak mungkin melakukan hal itu.." tanya Seojun setelah menenangkan diri dan pikirannya.
"Kau akan mulai dari anak magang dulu," jawab Seonho.
"Sudah kuduga... Dan kau?" tanya Seojun lagi.
"Aku masih berada di posisiku, sebagai kepala manajer. Sekalian penanggung jawab atas kinerja dirimu, bersiaplah... Aku takkan kasihan padamu, Meskipun kau pemilik perusahaan itu.." jawab Seonho lagi.
"Dasar dingin, gak punya hati, gak berperasaan! Aku sumpahin kamu bakalan bucin sama cewek!" teriak Seojun kesal.
Bagaimana tidak, dia yang notabene sebagai pemilik perusahaan harus memulai bekerja jadi anak magang, sedangkan Seonho masih sebagai kepala manajer, jabatan mereka sangat jauh sekali batasannya.
Seonho hanya tersenyum tipis mendengar teriakan sahabatnya itu, dia berpikir tidak akan pernah pacaran sepanjang hidupnya, baginya itu merupakan suatu hal yang tidak berguna sama sekali.
Dia meninggalkan Seojun sendirian di sana yang masih saja mengomelinya, sementara itu Sumiatun sudah menemukan Ningsih yang lagi asik bersama mahasiswa lainnya, menunggunya di depan taman di samping aula kampus.
"Astaga, ternyata aku salah mengira... Kupikir dia akan khawatir dan cemas akan diriku, ternyata dia sedang asik makan dan minum sambil mengobrol dengan teman baru, Ck!" ujar Sumiatun berdecak kesal.
"Ningsih!" panggilnya, gadis itu menoleh kearah Sumiatun dengan senyuman cerianya.
"Hai, sini-sini! Aku kenalin sama teman baru kita," ujar Ningsih bersemangat sambil menarik tangan Sumiatun.
"Annyeong.." sapa Sumiatun ramah.
Semuanya juga menyapanya dengan ramah, dan kebanyakan mereka penduduk lokal, gak ada mahasiswa asing kecuali mereka berdua.
"Perkenalkan ini temanku satu kamar, namanya Sumiatun! You boleh panggil namanya Somi aja, Jeon Somi nama Koreanya!" ujar Ningsih mengenalkan Sumiatun kepada yang lain.
"Sejak kapan nama gw ganti jadi Somi?!" tanya Sumiatun heran.
"Sst, diem!" Ningsih memintanya untuk menurut saja.
"Kalian sangat cantik dan manis sekali, aku tak menyangka kalau gadis dari Asia Tenggara ternyata sangat menarik.." ujar salah satu mahasiswa yang di sana.
"Kalian aja mainnya kurang jauh!" jawab Sumiatun ngomong pakai bahasanya sendiri yang tak dimengerti oleh mereka.
"A-ahahaa... Terima kasih pujiannya, hehe... Itu katanya," sahut Ningsih buru-buru menjawab temannya tadi.
Dia menendang kaki Sumiatun agar gak terlalu jutek sama mereka, sekali lagi dia mengingatkannya untuk sedikit merubah sifatnya yang jutek dan galak sama orang lain.
"Katanya jangan terlalu ramah sama orang, kok salah lagi sih?!" tanya Sumiatun kesel.
"Gak kayak gitu juga konsepnya, Maimunah!" jawab Ningsih sambil tepok jidat.
"Ning Ning, ayo kita ke kelas!" ajak temannya yang lain mulai membubarkan diri.
"Ning Ning? Haha, sejak kapan? Haha.." ledek Sumiatun.
"Sejak tadi! Ayo buruan, nanti kena sawan lu ketawa mulu!" ujar Ningsih balik kesel.
Mereka memasuki kelas pertama mereka dengan diawali segala drama, mulai dari Sumiatun nyaris terlambat, pertemuan Sumiatun dengan Seojun ditambah lagi si Ningsih ngadi-ngadi ganti nama seenaknya aja, mana namanya aneh banget lagi!
...----------------...
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments