Suasana malam ibukota membuatnya merasa rindu dengan orang-orang yang berada jauh darinya. Gedung-gedung megah yang mengelilinginya membuat dia merasa berada di Amerika.
Menghembuskan nafasnya perlahan, belum sebulan dirinya pindah ke Indonesia nyatanya ia sudah begitu merindukan mereka.
"Aku sangat merindukan kalian" Lirihnya dengan suara tercekat. Tidak terasa bulir airmatanya terjatuh pada sudut matanya yang kecil. Grizelle menangis begitu mengingat kenangan bersama teman-temannya disana.
Kemacetan didepan sana membuat suasana harunya berubah menjadi emosi. Grizelle berdecak, tidak bisakah sehari saja tanpa macet? Akhirnya meskipun tidak begitu menguasai jalan pintas, namun Grizelle tetap melajukan mobilnya menelusuri jalanan sepi pinggir kota.
"Lah ini dimana sih, kenapa jalannya kecil banget. Terus-" Menengok ke kiri dan ke kanan, banyak pepohonan besar disekelilingnya. "Kenapa serem banget sih" Sambil memacu mobilnya lebih cepat lagi.
Jarang sekali penerangan disana, hanya ada beberapa lampu kecil pada rumah-rumah bilik kecil dipinggir jalan sana.
"Kesasar enggak nih ya, tapi kayaknya enggak deh. Megan pernah ngajak aku lewat sini"
Namun saat mobilnya berada di perempatan jalan, ia merasakan ketidak nyamanan saat pedal gas yang di injaknya beberapa kali tidak berpungsi. Gadis yang sudah panik itu mencoba tenang dan tetap berusaha melajukan mobilnya secara perlahan, berharap menemukan rumah warga untuk dimintai pertolongannya.
Namun, ia tidak menemukan rumah apapun, yang ada hanya sepetak warung kecil yang sudah tidak berpenghuni lagi. Untung saja ada lampu yang meneranginya, sehingga tidak terlalu seram saat mobilnya benar-benar mati.
"Hey sayang kenapa sih, gak biasa ya mogok begini?"
Membuka sabuk pengaman yang melindungi tubuhnya, Grizelle mencoba keluar dan membuka kap mobilnya
meskipun sudah dapat dipastikan dirinya tidak akan mengerti tentang apapun yang bersangkutan dengan otomotif, ia hanya ingin mengeceknya saja.
"Ada nyeseknya juga nih gak tahu ilmu otomotif, jadi susah sendiri kan!"
Menutup kembali kap mobilnya, Grizelle mencoba menelpon Daddy Samuel untuk menjemputnya, namun saat menyadari ponselnya mati, ia mulai panik. Apalagi suasananya yang begitu mencekam, membuat gadis berdarah Amerika itu ketakutan.
Tidak ada satupun motor ataupun mobil yang melewati jalan tersebut, lantas ia harus meminta tolong kepada siapa? Untuk berjalan kaki meminta pertolongan rasanya tidak mungkin karena akan percuma saja.
"Ya tuhan tempat meminta terakhirku adalah kamu. Tolong kirim seseorang untuk menolongku saat ini juga. Jika dia perempuan, aku akan memenuhi semua keinginannya dan jika dia adalah laki-laki-" Berpikir kembali sebelum mengatakannya, karena sebuah sumpah tidak bisa dipermainkan. "Aku akan menjadikannya suamiku!" Ucapnya secara lantang.
Ya Grizelle berjanji!
Udara malam disini lumayan dingin, Grizelle memilih menunggu seseorang yang akan menolongnya didalam saja. Namun saat dirinya akan masuk, samar-samar ia melihat beberapa lampu motor yang menyorotinya semakin mendekat.
Grizelle berpikir orang tersebut bisa menolongnya, namun nyatanya mereka hanyalah seorang berandalan yang berlagak menguasai jalanan.
"Oh ya tuhan, aku dalam masalah besar!" Mendesah pelan ketika melihat beberapa preman menuju ke arahnya. "Haruskah aku bertarung dengan ke lima orang so jagoan seperti mereka?" Gumamnya sebelum mereka turun dari motor.
"Hey cantik, sendirian aja nih?"
"Loe pikir gue sama siapa? Buta mata loe?!"
"Galak euy, suka nih yang galak-galak manja. Ikut kita aja yuk?"
Salah seorang dari mereka mencoba memegang tangan Grizelle, namun dengan gerakan cepat Grizelle menghindarinya. "Jangan menyentuh tanganku, sialan!"
Alhasil beberapa temannya tidak terima dengan perkataan Grizelle, sontak mengelilinginya untuk di ajaknya bertarung. Bahkan diantara mereka ada beberapa yang membawa tongkat dan juga balok kayu.
"Banci loe berani sama cewek. Ganti baju loe sana pakai daster!"
"Kurang ajar nih cewek!"
"Satu-satu kalau berani"
Tidak sia-sia sabuk hitam yang didapatnya dulu, ternyata berguna juga untuk melawan orang-orang brengsek seperti ke 5 preman yang terkapar lemah diatas aspal itu. Mereka terus mengeluh kesakitan ketika mendapatkan beberapa pukulan serta tendangan pada bagian tertentu yang memang menjadi pusat kelemahannya.
"Pergi loe semua!" Teriak Grizelle setelah berhasil mengalahkan beberapa preman tersebut. "CETEK BANGET TENAGA LOE!" imbuhnya.
"Segitu doang, Cih!"
Selesai bertarung, Grizelle memilih masuk kedalam mobilnya. Namun saat ia baru membuka pintunya, seseorang memukul bahunya dengan balok kayu. Alhasil tubuhnya seketika ambruk ke tanah dengan rasa nyeri yang begitu hebat.
"Mampus loe cewek belagu!"
BRENGSEK!
Kesadarannya yang masih ada, Grizelle berusaha bangun namun karena bahunya terlalu sakit karena pukulan tersebut cukup keras, Grizelle menjadi tidak kuat.
🌻
Sudah selarut ini putrinya masih belum sampai ke rumah setelah memberitahukan dirinya akan mengantarkan berkas ke kantor suaminya. Aiko berpikir mungkin putrinya sengaja menunggu Samuel agar bisa pulang bersama, namun tiba-tiba saja perasaannya menjadi tidak tenang.
Lantas, Aiko mengambil ponselnya lalu menelpon Samuel yang memang sedang lembur. Aiko hanya ingin memastikan jika putrinya benar-benar memang berada disana.
"Mas" Ucap Aiko setelah sambungan telponnya terhubung. Terdengar jelas nada kekhawatiran disana.
"Kenapa sayang?"
"Grizelle mana?"
"Loh, dia sudah pulang 2 jam yang lalu"
DEG!
Ponsel yang dipegangnya langsung terjatuh setelah ia mendengar dengan jelas jika putrinya tidak bersama dengan suaminya. Aiko terduduk dilantai dengan sambungan telpon yang masih terhubung.
"Sayang kenapa, memangnya dia belum sampai rumah?"
Air matanya seketika menetes saat sebuah perasaan menakutkan kembali hadir menghantui pikirannya. Bayangan Grizelle kecil berlumuran darah berkelebatan kembali dalam ingatannya.
"Sayang hallo, apa yang terjadi?"
"Grizelle, dimana kamu sayang?"
Teriakan nya membuat beberapa maid yang memang masih berada didapur sempat kaget. Lantas mereka menghampiri sang nyonya yang sedang menangis bersimpuh dilantai.
"Nyonya!"
"Grizelle, kamu dimana sayang"
"Tuan"
"Mbok, apa yang terjadi. Istri saya kenapa?"
Samuel menjadi panik setelah mendengar jeritan istrinya yang terus memanggil nama putrinya. Apakah telah terjadi sesuatu dengan Grizelle?
"Tuan, nona Grizelle belum pulang dan nyonya Aiko terus menangis memanggil nona"
DEG!
Samuel mengerahkan seluruh orang suruhannya untuk melacak keberadaan putrinya. Setelah istrinya menelpon tadi, Samuel langsung bergegas pulang untuk menenangkan nya yang terus-menerus menangis.
"Tenang lah sayang, mas sudah menyuruh orang-orang kepercayaan mas untuk mencarinya"
Namun nyatanya kalimat tersebut tidak membuat Aiko merasa tenang dan berhenti menangis. Wanita bermata sipit itu bergegas mengambil mantel, ia tidak bisa diam saja seperti ini.
"Aku mau cari dia"
"Sayang please diamlah, sekarang sudah sangat malam"
"Lalu bagaimana dengan putriku? Dia juga sedang berada diluar mas! Pasti Grizelle kedinginan sekali"
"Iya mas tahu tetapi mereka akan segera menemukannya"
"Kapan? Kapan hah? Apakah aku harus terus berdiam diri menunggu kabar yang entah sampai kapan mereka bisa menemukannya? Apakah kau pikir aku bisa tenang saat-" Bahkan Aiko tidak sanggup untuk meneruskan kalimatnya, ia terlalu kalut.
"Mbok tolong antar nyonya ke kamar"
"Baik tuan"
Setelah memastikan istrinya sudah masuk ke dalam kamar, Samuel mendapatkan telpon dari salah seorang bodyguard nya. Dia mengatakan, "Tuan, GPS yang terhubung dengan ponsel nona tidak aktif, kami kesulitan untuk mencarinya."
"Ya tuhan!"
Samuel tidak tahu harus bagaimana lagi, terlebih dengan sang istri yang terus menangis, pikirannya bertambah kalut.
"Kalian sudah menelusuri setiap daerah?"
"Sudah tuan, semuanya tidak menunjukan tanda-tanda keberadaan nona. Namun-"
"Apa?"
"Kami menemukan gelang yang biasa nona pakai terjatuh didaerah xx. Kami mengetahuinya karena ada nama nona disana"
"Maksudnya?"
"Saat kami menelusuri jalanan pintas, kami tidak sengaja melihat Kilauan dipertengahan jalan. Kami mencoba memeriksanya dan ternyata itu adalah sebuah gelang yang sering nona pakai."
Jalan pintas?
"Lalu apakah kalian sudah menanyakan pada warga disana, apakah mereka melihat mobil Maserati granturismo sport berwarna putih melintas disana?"
"Tidak ada rumah warga untuk jalan pintas ini tuan, disini sangat sepi sekali. Jarang sekali kendaraan yang melintasinya"
Apakah Grizelle sempat melewati jalan tersebut?
Lalu kenapa gelang yang dipakainya bisa terjatuh?
Sebenarnya apa yang sudah terjadi. Jika Grizelle diculik seperti dulu, pasti orang yang menculiknya sudah meminta tebusan berupa uang. Namun sampai sekarang Samuel tidak mendapatkan telpon apapun terkait hilangnya Grizelle.
"Kirim foto gelang tersebut sekarang!"
"Baik tuan"
🌻
"Banci loe semua berani sama cewek!"
Grizelle meringis saat merasakan bahunya yang semakin terasa sakit. Ia mencoba tetap kuat menahan rasa sakit tersebut agar ia tidak kehilangan kesadarannya.
"Diam loe sialan, mau gue-"
"SEDIKIT SAJA KALIAN MENYENTUHNYA, SAYA PASTIKAN HIDUP KALIAN AKAN BERAKHIR MALAM INI JUGA!" Teriak seorang pria begitu lantang. Membuat ke lima preman yang akan memukul Grizelle menoleh.
Grizelle masih sadar saat melihat seseorang berjas datang untuk menolongnya, saat ia meminta pertolongan dengan suara yang nyaris tidak terdengar sama sekali, tetapi setelah itu Grizelle tidak lagi mengetahui apapun karena semuanya berubah menjadi sangat gelap. Dan Grizelle terpejam tidak sadarkan diri.
"Siapa loe? Jangan jadi so jagoan ya!"
Beberapa preman yang sedang memegang balok kayu pun dengan remeh mendekati pria tersebut, namun ketika sebuah pistol yang baru saja dikeluarkan dari dalam jasnya mengarah tepat pada kepalanya, ke lima preman tersebut langsung mengangkat tangannya dan berlari pergi.
"Baru ditodong langsung lari. Payah!" Celetuk seorang pria yang baru saja keluar dari dalam mobil. Pria tersebut terus mengatai preman-preman tersebut dengan nada mengejek. Lalu menghampiri gadis yang terkapar pingsan yang sedang ditolong oleh bos nya.
"Loh itu kan-" Gadis yang tadi siang mengambil berkas di kantornya. Lalu kenapa gadis itu bisa sampai ditempat ini?
Dan kenapa bos nya terlihat panik seperti itu? Hampir tidak pernah ia melihat bos nya perduli kepada seorang perempuan, tetapi hari ini matanya menyaksikan sendiri bagaimana bos nya dengan panik menggendong nya.
"Ndra! Jangan bengong aja, bukain pintu mobilnya!" Tubuhnya sedikit terlonjak ketika sang bos menegurnya. Lantas dengan gerakan cepat dirinya membukakan pintu mobil belakang dan membantunya masuk.
Atas permintaan bosnya, dia melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Sesekali dirinya melirik melalui spion yang berada tepat diatas kepalanya, melihat perlakuan sang bos yang begitu perhatian. Mungkinkah mereka saling mengenal, atau bos nya hanya refleks ingin menolong saja?
Tetapi jika diamati, sepertinya mereka sudah saling mengenal. Lalu jika begitu kenapa bos nya sempat menolak untuk bertemu gadis tersebut saat siang tadi?
"Ndra bisa lebih cepet gak?"
"Ini udah cepet banget bay"
Kecurigaannya semakin menjadi-jadi ketika pantulan keduanya dalam kaca spion terlihat begitu dekat. Bos nya yang terus mengelusi pipi gadis yang berada dipangkuan nya terus mencoba menyadarkan nya.
Dia semakin yakin, pasti keduanya sudah saling mengenal namun belum mengetahui indentitas masing-masing.
Setelah sampai di rumah sakit terdekat, mereka langsung membawanya ke IGD. Untung saja masih ada dokter yang berjaga, sehingga mereka tidak perlu mencari rumah sakit lain.
Sementara dokter sedang memeriksa, mereka terlihat sedang menunggu diluar.
"Bagaimana keadaannya dokter?"
Dokter tersebut sempat terkejut ketika suster mengatakan jika kedua pria dihadapannya adalah orang-orang berpengaruh didunia. Lantas dengan hati-hati dia mulai menjelaskan keadaan gadis yang diyakininya adalah kekasih salahsatu dari kedua pria dihadapannya.
"Gadis tersebut tidak apa-apa tuan. Dia hanya mengalami shock karena pukulan benda tumpul pada bahunya lumayan keras, sehingga membuat nya pingsan. Lalu terdapat beberapa luka lebam karena sepertinya gadis itu sempat bertarung mungkin?"
Bertarung?
Tidak heran, bahkan gadis itu telah bergelar sabuk hitam dalam olahraga taekwondo. Dan pernah beberapa kali menjuarai pertandingan internasional.
"Yang pasti saya melihat beberapa luka tinjuan pada lengan kanannya." Ujar dokter tersebut.
Keduanya mengangguk paham atas penjelasan sang dokter.
"Terima kasih dokter"
"Sama-sama. Baiklah kalau begitu, jika kekasih anda sudah siuman tolong beritahu saya secepatnya"
Kekasih?
"Baik"
Setelah dokter tersebut pergi, pria yang sudah menggendong gadis itupun masuk untuk melihat keadaannya. Sedangkan pria yang menyetir tadi, dia pergi untuk mengurus administrasi nya terlebih dahulu.
Beberapa luka lebam pada lengan gadis yang sedang terbaring belum sadarkan diri itu membuat nya meringis ngilu. Disentuhnya dengan perlahan dan penuh kehati-hatian luka tersebut, lalu mengoleskan obat gel agar luka tersebut tidak semakin membengkak.
"Kamu gak akan bangun?" Ucapnya. Tangannya dengan telaten mengobati beberapa luka lainnya.
"Jangan so jagoan jadi perempuan. Meskipun kamu bergelar sabuk hitam sekaligus, tetapi jika melawan ke lima pria sekaligus, kamu akan kewalahan"
"Untung saya datang tepat waktu. Kalau tidak, mungkin saya akan menjadi orang paling menyesal disini" Tergambar jelas dalam sorot matanya, pria itu terlihat sangat khawatir.
🌻
"Ini ponsel gadis itu, tadi orang bengkel yang nganterin nya kesini" Pria yang sedang duduk disofa menoleh, lalu mengambil ponsel tersebut dan mengeceknya. "Baterai nya abis, mungkin itu penyebab dia gak bisa menghubungi siapapun" Imbuhnya.
"Gimana, udah beres semua?"
"Udah, loe santai aja"
"Thanks Ndra"
"Kayak sama siapa aja" Keduanya terkekeh sambil menikmati minuman yang dibawanya tadi. "Loe kenal dia?" Tanya Andra ragu-ragu.
"Murid gue"
APA? Jadi ternyata gadis itu adalah muridnya. Pantas saja bos nya dengan sigap menolong.
"Serius?"
"Ya!"
Oh astaga ternyata dugaannya benar, bos nya belum mengetahui jika gadis tersebut adalah anak dari rekan kerja bisnisnya. Lalu apakah sekarang dia harus memberitahukan nya atau membiarkannya saja?
"Kalau mau pulang bawa mobil gue"
"Terus loe?"
"Gue mau nungguin dia siuman dulu, nanti biar gue telpon supir buat jemput"
"Beneran nih?"
"Iya Andra Pradipta!"
Sudah setengah jam semenjak Andra pulang, Bayu kembali menghampiri Grizelle karena melihat pergerakan dari gadis tersebut. Baru saja Bayu akan memberitahukan kepada dokter, namun Grizelle lebih dulu sadar.
"Aduh sakit banget" Keluh gadis yang berusaha bangun, namun dengan cepat Bayu menahannya dan menyuruhnya untuk tetap tidur.
"Kalau masih sakit jangan bangun dulu"
Grizelle membelalak dengan mulut yang terbuka lebar. Bagaimana ini, janji jika yang menolongnya adalah laki-laki akan ia nikahi langsung berputar-putar dalam ingatannya. Grizelle sendiri sih mau jika disuruh menikah dengannya, namun bagaimana dengan pria yang sedang duduk dihadapannya itu, apakah dia juga mau?
"Kamu?" Ia mencoba meneliti lebih jeli lagi jika yang dilihatnya benar-benar guru nya, siapa tahu saja penglihatannya terganggu setelah bertarung tadi dan mudah-mudahan saja ini adalah mimpi.
"Ya" Sahutnya.
Aduh!
Bayu terlihat bingung dengan perilaku muridnya. Apakah ia tidak ingat dengan semuanya sehingga gadis itu terus menepuk-nepuk kepalanya? Lantas dengan cepat Bayu beranjak dari duduknya untuk memanggil dokter.
"Bapak mau kemana?" Tanyanya ketika melihat pria tersebut berdiri.
"Panggil dokter"
"Untuk apa?"
"Kamu amnesia kan?"
HA?
Hampir saja ia tertawa dengan kepolosan pria yang menyangka nya amnesia. Dirinya saja masih ingat jika pukulan tersebut mendarat pada bahu nya bukan kepalanya, lantas darimana amnesia itu terjadi? Lucu sekali.
"Sebentar ya saya panggilkan dokter dulu"
Eh?
"Gak usah pak" Pria itu berhenti saat tangannya sudah menyentuh handle pintu, kemudian berbalik saat Grizelle menahannya. "Saya masih ingat siapa kamu ko"
"Siapa?"
"My cold teacher" Oops! "M-maksud saya pak Bayu, hehe" Untung saja dia tidak terlalu mendengarnya.
Menghembuskan nafasnya lega, Bayu kembali duduk dihadapan muridnya.
"Syukurlah. Saya pikir kamu tidak ingat semuanya"
"Saya hanya memastikan saja jika yang saya lihat benar-benar bapak"
"Memangnya kamu pikir saya siapa?"
"Jodoh saya, pak!" Namun kalimat tersebut hanya bisa terucap dalam hatinya. Grizelle tidak seberani itu walau hanya bercanda dengannya.
"Mmm, bapak yang tolong saya?" Lebih baik Grizelle mengalihkan pembicaraan saja, daripada dirinya semakin terpancing untuk mengatakan hal yang akan membuatnya malu.
"Iya, kenapa?"
"Mau nikah sama saya gak?" Hah! Kenapa sih dengan pikiran Grizelle, kenapa menjadi tidak tahu malu sekali kalau sampai dia menjawabnya seperti itu. Mau di taruh dimana wajahnya!
"Enggak apa-apa. Terima kasih ya"
"Iya"
🌻
REVISI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
Beby Mochy
Lebam mungkin tinjuan seperti tidak nyambung kak
2022-12-13
0
Anna Aqila 🏚️ 🌺
ternyata griz ngarep juga ya 😁😁😁
coba dia tau klo laki" yg akan dijodohkan dengan nya itu pak Bayu ,,,
2021-04-02
1
lily
knp di novel banyak cowok yg tersakiti
tapi di dunia nyata kebanyakan ceweknya
2020-11-10
10