Bayu benar-benar tidak bisa berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Banyaknya dokumen yang salah membuat emosinya membeludak seketika. Kesabarannya sudah benar-benar habis sekarang, rasanya kepalanya mau pecah saja.
Meraih gagang telpon yang terdapat disebelahnya, lalu menyuruh Nena untuk memanggil beberapa karyawan ke ruangannya. Mereka harus mempertanggung jawabkan pekerjaan mereka.
Setelah mereka datang, Bayu berdiri dan melemparkan beberapa laporan yang sangat buruk. "Kenapa pekerjaan semudah ini masih saja salah?" Teriaknya murka. "Kalian sudah bekerja di perusahaan ini berapa tahun hah?!"
"Maaf-"
"Saya tidak menyuruh kalian untuk berbicara!" Sela Bayu benar-benar murka. Apa dengan kata maaf semuanya bisa selesai dengan sendirinya? TIDAK!
"Kerjakan lagi!"
"B-Baik pak"
"KELUAR!" Sontak ke tiga karyawan tersebut langsung keluar, wajah mereka terlihat sangat pias sekali setelah bentakan dari sang bos membuat nya takut setengah mati.
Argh! Kenapa semua orang hari ini sangat menjengkelkan sekali, rasanya kepalanya ingin meledak saja.
Tidak lama ketiga pegawai itu keluar, tidak lama setelahnya Andra masuk. Sebelumnya Andra sempat berpapasan dengan mereka, dan sempat menanyakan juga apa yang terjadi sehingga wajah mereka terlihat sangat ketakutan.
"Apa yang terjadi?" Andra bertanya.
"Pak bos marah besar" Ujar laki-laki yang diketahui baru bekerja 3 bulan ini. Andra mengambil laporan tersebut dan melihatnya, pantas saja dia semarah ini.
Menepuk pundak laki-laki tersebut, "Kerjakan dengan teliti, pantas jika dia marah besar karena laporan kalian sangat buruk" Perintahnya.
"Baik pak. Kita permisi dulu"
Andra hanya menjawabnya dengan sebuah anggukan samar sebelum dirinya masuk ke ruangan bos nya. Meletakan berkas-berkas yang akan dibahasnya pada rapat siang nanti di atas meja, Andra mendudukkan dirinya disebelah laki-laki yang terlihat kacau. Entah kacau karena pekerjaan nya yang begitu banyak, atau karena yang lain Andra tidak ingin ikut campur.
"Marah-marah terus! Tuh berkas, buat rapat siang nanti jangan sampai lupa" Kata Andra. Ia berdiri karena tidak ada respon apapun dari bos nya yang terkenal dingin tersebut.
Setelah rapat yang dilakukan selama satu jam lebih telah selesai, laki-laki itu memberitahukan kepada Andra jika dirinya akan keluar sebentar.
Kepalanya yang pusing benar-benar tidak bisa ditahannya lagi, ia butuh penyegaran diluar sana sebelum melanjutkan kembali pekerjaannya yang terbengkalai diatas mejanya.
"Jangan lama-lama!" Peringat Andra karena hari ini jadwal mereka benar-benar padat.
Melajukan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata, ternyata pilihannya untuk keluar saat emosi adalah hal yang salah. Jalanan yang macet, udara yang begitu panas serta banyaknya kendaraan bermotor maupun mobil saling salip-menyalip membuatnya semakin muak. Bayu malah semakin kesal. "Begitulah akhirnya jika membuat SIM dengan cara menembak!" Desisnya kesal.
Toko buku tersebut sebenarnya tidak terlalu jauh dari perusahaan miliknya, hanya butuh waktu 10 menit saja jika jalanan tidak macet. Namun karena hal tersebut, 30 menit kemudian ia baru sampai di tempat tujuan. Entah kenapa Bayu melajukan mobilnya ke tempat ini, yang jelas ia merasa harus berkunjung kesini.
Diparkiran, ia melihat sebuah mobil berwarna putih yang tidak begitu asing baginya, seperti mobil muridnya, pikirnya.
Ia terus menilik mobil tersebut, entah kenapa dirinya begitu yakin jika dialah pemiliknya hanya bermodal ingatan yang di punyanya saja.
"Tidak mungkin, sticker seperti itu banyak dan tidak hanya dia saja yang punya"
Mengenyampingkan pikirannya, laki-laki itu memilih masuk kedalam dan mencari apa yang diinginkannya. Begitu dirinya masuk, banyak pasang mata yang memperhatikannya. Sebagian dari mereka terkejut, karena mengetahui siapa sosok laki-laki berjas mocca tersebut.
Berdiri pada deretan rak berisi buku-buku tentang dunia bisnis, buku karya Brian Tracy menjadi pilihannya. Buku yang berisi tentang ajaran untuk membangun kedisiplinan serta membagi waktu antara bisnis dan kehidupan pribadi bersama keluarga menjadi pilihan nya.
Pekerjaannya yang sangat menumpuk akhir-akhir ini membuat dirinya jarang sekali pulang ke rumah sekedar bertemu keluarga ataupun berkumpul bersama.
Buku yang dicarinya sudah berada dalam genggamannya, ia berjalan ke kasir untuk membayarnya. Namun karena ke-fokusannya hanya pada buku tersebut, ia tidak melihat jika ada seseorang berjalan dihadapannya sampai akhirnya mereka bertabrakan, sehingga buku keduanya terjatuh bersamaan.
"Maaf-maaf! Saya tidak sengaja tuan"
Keduanya kompak mengambil buku yang berserakan dilantai.
"Tidak apa-apa"
Untuk sejenak keduanya terdiam ketika mendengar suara masing-masing, lalu mereka mendongkak bersama mempertemukan mata keduanya.
DEG!
"Grizelle - pak Bayu"
Keduanya nampak terkejut, Grizelle yang masih berjongkok berusaha bangun setelah mengambil bukunya. Begitu juga dengan Bayu yang membantunya untuk berdiri. "Kamu gak apa-apa, maaf saya tidak fokus tadi" Ucap pria tersebut.
Grizelle tersenyum tipis, merapikan buku dalam dekapannya. "Gak apa-apa ko pak"
"Beli buku juga?"
"Iya" Sahut Grizelle seraya memperlihatkan beberapa buku novel pilihannya.
Namun melihat satu judul novel tentang perjodohan, Bayu mengambilnya. "Perjodohan?" Herannya. Kenapa Grizelle membeli buku tersebut, apakah gadis itu juga akan dijodohkan sama sepertinya?
"Iseng aja pak, sepertinya seru"
Grizelle mengambil kembali buku novelnya, tidak mungkin jika ia harus mengatakan kalau dirinya akan dijodohkan dengan pria pilihan kedua orangtuanya. Lalu bagaimana dengan sumpahnya, ia merasa berdosa sekali jika mengingatnya.
"Oh, udah selesai?"
"Udah pak, bapak sendiri?"
"Sudah"
Bayu mengajak Grizelle untuk ke kasir, membayar buku-buku yang sudah dibelinya. Namun ketika melihat Grizelle mengeluarkan uangnya, Bayu terlebih dahulu memberikan kartunya. "Satukan saja dengan yang ini" Ucapnya kepada seorang kasir perempuan.
EH?
"Tidak perlu pak, saya bisa bayar sendiri" Tolaknya.
Namun Bayu tetap keukeuh dan menyuruh kasir tersebut menyatukannya. "Satukan saja" Titahnya tegas.
"Pak-"
"Jangan menolak jika kekasih anda ingin membayarnya, nona" Sela kasir perempuan tersebut tersenyum-senyum.
HA?
Kesalahpahaman apa ini.
"Tapi dia bukan pa-"
"Terima kasih" Sela Bayu setelah kasir tersebut memberikan kartu dan juga buku-buku yang dibelinya.
🌻
Setelah keluar dari toko buku, Bayu mengajak Grizelle untuk membeli minuman terlebih dahulu. Menikmati minuman dingin dalam keadaan cuaca yang sangat panas membuatnya merasa segar, apalagi ditemani oleh seseorang.
"Kamu belum pulang ke rumah, kenapa masih memakai seragam sekolah?"
Grizelle hanya menyengir, dia lupa memakai sweater untuk menutupi seragamnya. "Bapak sendiri kenapa ada diluar jam kerja?" Grizelle balik bertanya. Tidak mungkin dia mengatakan jika alasannya belum pulang ke rumah karena merasa kesal dengan kedua orangtuanya.
Bayu terkekeh, "I am the boss" Sahutnya bangga.
"Dan seharusnya bos mencontohkan yang baik kepada pegawainya" Tambah Grizelle. Bayu menoleh, mengusak pucuk kepala Grizelle gemas.
"Mereka membuat saya stress. Makanya saya berada disini untuk meredamkan emosi saya yang baru saya keluarkan setengahnya"
"Memberitahukan orang yang salah tidak harus dengan emosi"
"Kamu pintar ya menjawab kalimat saya" Bayu sampai tidak bisa berkata lagi.
"Aku kan anak muridnya pak Bayu, harus pintar" Iya, pintar mengambil hati dan kewarasan gurunya. "M bapak mau kemana lagi setelah ini?" Tanyanya.
"Saya akan kembali ke kantor, masih ada beberapa berkas yang harus saya periksa. Kamu?"
"Pulang deh kayaknya." Iya pulang dan bersiap-siap untuk bertemu dengan pria yang akan dijodohkan dengannya. Ugh! Grizelle merasa ingin kabur saja dan meminta pria berkemeja hitam itu membawanya pergi jauh.
"Ya sudah hati-hati dijalan nya"
Hanya itu saja? Tidak adakah kata-kata lain selain itu? Oh ya sudah Grizelle, jangan terlalu berharap.
"Grizelle"
"Ya"
"Sejujurnya saya sedang bingung dengan semua ini"
Bingung? Bingung kenapa. Kenapa wajahnya terlihat serius sekali. Apakah dia sedang ada dalam masalah besar sama sepertinya?
"Saya-" Belum sempat Bayu menyelesaikan kalimatnya, seseorang datang dan mengacaukannya. Keduanya menoleh bersamaan.
"Dek"
Tunggu! Bukankah pria itu yang pernah membawa Grizelle ke dalam mobilnya beberapa hari lalu. Lalu sedang apa dia disini.
"Bang Leon"
Melihat Leon datang, Grizelle langsung menghindar ketika dia ingin memeluknya. "Jangan peluk-peluk ya tolong!" Peringat nya. Apalagi dihadapan pria yang ditaksirnya, bisa-bisa salah faham nanti.
Namun bukan Leon namanya kalau menuruti kemauan Grizelle, pria itu tidak perduli dan tetap menarik Grizelle kedalam pelukannya. "So jual mahal!"
"Ih Abang!"
Cih! Bayu merasa jengah melihatnya. Sementara Grizelle merasa tidak enak dengan guru nya, dia buru-buru melepaskan pelukannya. "Ngapain sih?" Tanyanya.
"Abis beli novel"
"Novel terus!"
"Biarin! Abang mau ngapain kesini?"
"Cari buku buat tugas" Sahut Leon. Menyadari bukan hanya ada dirinya dengan sang adik disana, Leon menatap Bayu seperti tidak asing dan pernah melihatnya. "Pak Bayu Aji Bagaskara?" Tebaknya. Bayu hanya tersenyum seraya mengangguk.
"Ko kenal?" Grizelle heran. Apakah mereka pernah bertemu sebelumnya?
"Siapa yang tidak kenal dengan seorang pengusaha termuda dan tersukses. Dia juga anak pemilik kampus Abang"
Wow! Bukan hanya seorang bos, ternyata guru mata pelajaran matematika ini adalah pemilik kampus Angkasa. Daebak! "Seriusan pak?" Nampaknya Grizelle masih terkejut dengan fakta yang baru ia ketahui.
"Dia berbohong" Ucap Bayu yang membuat Leon terkekeh pelan.
"Ko bisa bareng?"
"Gak sengaja ketemu disini"
"Emangnya kenal?"
"Saya adalah gurunya Grizelle" Jelas Bayu.
"Dan saya adalah kakak sepupunya Grizelle, Leonardo Arion, mahasiswa tingkat 6 arsitektur. Salam kenal pak, senang bisa berbicara langsung dengan anda"
DEG!
Jadi pria yang sempat Bayu curigai sebagai kekasih Grizelle adalah kakaknya sendiri?
"Salam kenal Leon"
"Sendirian aja, emang kak Cherry belum pulang dari Surabaya?" Tanya Grizelle kemudian. Biasanya kakaknya itu akan selalu ditemani oleh kekasihnya, Cherry Aurelie Herlambang.
"Abis ini Abang mau jemput dia di bandara, mau ikut?"
"Ogah! Mau pulang aja"
"Ciyee yang nanti malam bakalan ketemu sama calon-" Ah! Leon sialan, kenapa berbicara seperti itu didepan pak Bayu.
"ABANG!"
"Hehehe sorry. Ya sudah Abang mau cari buku tugas dulu." Lalu berpamitan kepada Bayu dan juga sopir yang akan membawa pulang adiknya. "Pak Doni! Pelan-pelan bawa mobilnya, atau gue tumbuhin rambut gorila dikepala loe!"
"ABANG! GAK SOPAN!"
"Saya pikir dia pacar kamu" Ucap Bayu setelah Leon pergi.
Sontak Grizelle langsung tertawa. "Bapak adalah orang ke 1234 yang menyangka kita pacaran"
"Wah banyak juga ternyata yang menyangka kalian pacaran."
"Ya gitu deh pak. M, bapak mau ngomong apa tadi?"
Mendadak ia melupakan apa yang ingin dikatakannya tadi saat mendengar Leon yang mengatakan jika Grizelle akan bertemu dengan calon, calon apa maksudnya, calon suami kah?
"Lupain saja"
🌻
REVISI
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 162 Episodes
Comments
♥*♡∞:。.。 HokKiLily 。.。:∞♡*♥
cemburu nantinya possesif y pak bayu ... kyknya grizelle ntar jd pawangnya nih
2021-05-30
1
Enysa
thor lah di episod ini kan grizel tau kampus angksa pny pak bayu.. kok pas grizel kuliah di kampus itu kok ceritanya grizel gak tau tu kmpus lakinya 🤔🤔🤔🤔
2021-04-14
1
👫shofnan👫
kalau yg lebih parah masa aku jalan Ama adem sendiri di kira Ama suami kocak banget kan😂😂😂😂😂
2021-02-28
1