Jeny pov.
Aku datang menemui Lucas, Akan tetapi pemuda itu tidak ada di mansionnya, cukup lama aku menunggu, karna saat itu Hans yang menghubungi Lucas, jika aku telah datang dan ingin menemuinya. Pria jangkung itu datang, ia melangkah kearahku dengan santai, aku menatapnya secara intens, dalam otakku tersimpan begitu banyak pertanyaan.
"Apa Maksud dari semua ini?"
"Apa kau sedang membicarakan tentang nama baikmu di kampus?" Lucas menghampiriku, ia memangkas jarak diantara kami.
"Lalu untuk apalagi aku datang?"
Lucas tersenyum tipis, Astaga raut wajahnya masih sangat trlihat santai seolah tidak tahu apapun. Aku terus menatapnya degan tajam, tanpa mengedip sekalipun. "Tenanglah, kita akan melakukan sandiwara ini bersama, agar mereka tidak menilai buruk dirimu."
Deg...
Aku terkejut, lagi-lagi ucapannya berhasil meghancurkan perasaanku, bukn ini jawaban yang aku inginkan, bagaimana ia bisa dengan mudah mengatakan jika hal ini adalah sandiwara.
"A-apa? Sandiwara?"
Lucas terkekeh, entah apa yang ada dalam pikirannya, pemuda ini benar-benar terus saja mempermainkan perasaanku. "Apa kau pikir aku serius? Kau berlebihan, mana mungkin aku akan benar-benar menikahimu."
Perasaan sakit ini semakin kuat, bodoh, benar yang Lucas katakan, mana mungkin ia tertarik pada seorang gadis sepertiku. Setiap kali mendengar pernyataan ini aku selalu tidak bisa menahan air mataku, dadaku seketika terasa sangat sesak.
"Terima kasih."
Aku memutar balikan tubuhku, mencoba menyembunyikan wajahku, air mataku mengalir, dan aku langsung berlalu begitu saja dari hadapannya.
"Tunggu, kau mau kemana?"
Aku tidak menggubris teriakan Lucas, setiap kali bersamanya perasaan ini semakin tidak karuan, apa ini karna aku yang terlalu berharap? Aku bahkan tidak sengaja menabrak Hans, saat aku keluar dari mansion tersebut. Sepertinya iamelihat aku menangis, aku tidak perduli, aku benar-benar sangat kecewa mendengar jawaban tersebut dari Lucas. Aku berjalan, harapanku saat itu adalah Lucas mengejarku, tapi tidak, bahkan sampai aku langkahku terhenti di apartemen, ia tidak mengejarku, atau bahkan menghubungiku.
Ternyata ini, kedekatanku selama ini dengan Lucs hanya sampai di sandiwara saja, bodoh, aku terlalu mengharapkannya, ia tidak akn pernah tertarik padaku, aku harus menjaga jarak dengannya, untuk mengurangi perasaan ini. Semakin lama jika terus seperti ini, tentu hanya akan berdampak buruk pada diriku, dan hanya ia saja yang mendapat keuntungan Malam itu, aku mengatur suhu air, melepaskan satu persatu pakaianku, dan berbaring diatas busa-busa bathtub, aku mengerjap, mencoba melupakan segala sesuatu yang pernah aku lakukan dengan Lucas, jika aku mengingat hal itu, ai mataku begitu dengan mudah mengalir.
Terdengar suara ketukan pintu, lamunanku seketika buyar, aku beranjak membersihkan tubuhku dan membungkusnya dengan piyama. Aku membuka pintu apartemenku, dihadapanku sudah ada Lucas yang berdiri. Dia benar-benar aneh, apa dia tidak merasa bersalah sedikitpun, atau merasa sudah mempermainkan perasaanku.
Aku bersikap tenang, menatapnya dan tersenyum tipis, "Ada apa?" ucapku santai.
Pemuda itu mengerutkan dahinya, sepertinya pertanyaanku cukup anrh, karna selama ia sering datang, aku tidak pernah melayangkan pertanyaan tersebut padanya.
"Apa aku sudah tidak boleh datang?" ucapnya
Aku tersenyum nanar, dan melangkah menuju tempat tidurku, aku meraih ponsel dan segelas air, aku mencoba terlihat tetap tenang seolah tidak terjadi apaun.
"Apa yang terjadi?"
Aku melirik kearahnya, ia menatapku dengan intens, raut wajah Lucas terlihat sangat serius. "Apanya apa? ucapku.
"Kau berbeda."
Aku tersenyum nanar dan berkata, "Lalu aku harus apa? Kita bersandiwara hanya di depan umum saja bukan?"
Lucas mengerutkan dahinya, ia menajamkan tatapannya, dan mencenkram kedua bahuku.
"Tatap aku." Tegasnya
Aku menatap dua bola mata indahnya, Astaga warna matanya sedikit kecoklatan, Ya tuhan aku benar-benar sudah sangat tertarik pada Lucas, andai saja hubungan kami bukan hanya sekedar sandiwara.
"Apa kau tersinggung dengan ucapanku?"
Aku menelan salivaku, menatap Lucas tanpa mengedip sedikitpun, secara spontan aku menggelengkan kepalaku, jantungku berdetak, aku sangat lemah. Setiap kali aku dengannya berada dalam jarak yang sangat dekat.
"Jika tidak kenapa kau berubah?"
Aku tidak bisa mencerna ucapan Lucas, Entah apa yang ia bicarakan, yang jelas aku hanya melihat dirinya yang terus mengoceh dengan serius, ketampanannya seolah telah memblokir akses jalan pikiranku.
"Jeny."
Aku tersentak saat Lucas berteriak padaku, lamunanku seketika kabur, aku tersadar jika sedari tadi Lucas sedang berbicara padaku.
"Apa?"
"Kau mendengarku?"
"I-iya."
Padahal saat itu aku tidak mengerti tentang apa yang ia bicarakan sedikitpun, bahkan mendengarkannya saja tidak.
"Apa yang aku katakan?"
"I-itu, aku... aku... Tidak tahu." Aku tersenyum menyeringhai, dengan raut wajah polos.
"Dasar bodoh."
Aku mengerutkan dahi, bibirku mengerucut, tapi itu mamang benar, aku selalu saja merasa sangat bodoh dan ceroboh jika sedang bersamanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Putri Kedua
keuntungan mlm itu maksdnya
2021-12-01
1
Shaila
Kok sekarang jeni agak cengeng, dan gampang nangis.
2021-01-09
0
Maya Sari Niken
kurang suka karakter jenny ga bisa jag image
2020-10-05
5