Lucas Pov
Skill mabukku yang buruk kali ini membuahkan hasil, aku bertemu dengan seorang gadis yang telah menolongku malam itu, dia cukup cantik, sexy, tapi sayang dia sangat bodoh, bahkan wajah secantik itu tidak pantas dimiliki oleh gadis sepertinya.
Setiap kali ia bersamaku, kebiasaannya hanya berteriak, bersikap acuh dan garang, suatu hal yang sedikit mengejutkan dia juga nakal, aku bahkan menemukan sebuah buku panduan bercinta di kamarnya. Di umurku yang ke dua puluh tiga ini, aku sudah berhasil meneruskan perusahaan Papa, yang terbilang cukup sukses di bidangnya, orang bilang aku terlalu sempurna, dengan postur tubuh yang bahkan bisa membuat kaum hawa menjerit, kekayaan yang melimpah, tidak sedikit para gadis mengejarku.
Apa bedanya? Mereka mengejarku karna uang, dengan popularitas yang aku miliki saat ini, siapapun bisa dengan mudah aku dapatkan. Banyak gadis yang mengejarku, tapi kali ini ingatanku selalu tertuju padanya, siapa lagi kalau bukan Jeny, gadis yang sudah menolong dan membawaku saat aku mabuk. Aku selalu mengunjunginya setiap waktu, suka atau tidak terserah, yang jelas ia semakin membuatku penasaran, senakal apa gadis ini, ia bahkan sangat berani menyimpan hal-hal dewasa, menarik.
Aku menekan password apartemen gadis itu, tentu saja aku tahu, setiap kali ia menekan angka-angka tersebut aku selalu memperhatikannya. Suasana tempat itu sangat tenang, tidak ada tanda-tanda keberadaan Jeny disana, aku menjatuhkan badan lelahku di atas ranjangnya denga santai.
Ahhhh... Aku menghela nafas, melonggarkan dasi yang melingkar di leherku.
"Ahhhhh."
Jeny menjerit, saat kedua matanya menangkapku yang sedang bersandar di atas ranjangnya.
"Kenapa kau selalu berteriak begitu melihatku?" ucapku santai.
Jeny telah menyelesaikan aktifitas mandinya, dapat aku pastikan karna saat itu ia masih mengenakan handuk yang menutupi tubuh sintalnya.
"Kau... bagaimana kau bisa disini?" tegasnya dengan keadaan mata yang masih membulat.
Aku terkekeh, merubah posisi tidurku, menjadikan kedua tanganku sebagai alasnya.
"Aku selalu memperhatikanmu, setiap kali kau menekan angka-angka itu."
Jeny mengerucutkan bibirnya, dahinya mengerut menatapku dengan tatapan garang.
"Dasar tidak sopan." tegasnya
Aku terus memperhatikan tubuh indahnya, bagaimana tidak? Aku akui, dia cukup sexy saat tubuh tersebut hanya ditutupi dengan handuk, kulitnya yang seputih salju, ukuran dada yang cukup padat dan membusung, dia cukup sempurna jika dilihat dari segi penampilan. Gadis itu mengabaikanku, ia membuka lemari pakaiannya dengan santai dan berlalu dari hadapanku.
"Tunggu, kau mau kemana?"
"Apa kau pikir aku akan mengenakan pakaian ini di hadapanmu? Dasar bodoh." tegasnya senada garang.
Aku tersenyum menyeringhai, memainkan ponselku sambil menunggunya, tidak butuh waktu lama gadis itu keluar, sepertinya ia memang gadis kekinian, dilihat dari cara berpakaiannya saja, ia selalu mengenakan pakaian yang minim.
"Ini, hanya ini yang aku punya."
Jeny memberikan dua buah minuman kaleng kepadaku, satu minuman tersebut ia minum, sambil meraih remot Televisi dan menyalakannya. Aku terus menatap wajah cantiknya, ia terlihat sangat menggemaskan, pakaian yang ia kenakan sangatlah mini, tentu saja sebagai laki-laki normal insting kelelakianku mulai bekerja.
Aku mulai mendekatinya yang sedang fokus menatap televisi, Jeny menoleh kearahku dengan raut wajah garangnya.
Ayolah, apa aku semenjijikan itu? ucapku tersenyum tipis
Kau sama sekali tidak menjijikn, tapi raut wajah mesummu sangatlah memuakan.
Aku memiringkan senyumku, dan terus menggeser posisi dudukku mendekatinya.
Pergi sana, kenapa kau mendekat. Tegasnya
Aku semakin tertarik padanya, aku terus menatapnya tanpa mengedip hinnga membutnya salah tingkah, aku bisa melihat ekspresi wajahnya yang merona, gerak-geriknya yang mulai tidak karuan.
"Ke-kenapa kau mndekat?”
Jeny terus memundurkan tubuhnya, wajahku dengan wajahnya sangat dekat, bibirnya, matanya yang indh dapat aku lihat dengan jelas dalam jarak ini.
"Ayo kita lanjutkan sesuatu hal yang pernah tertunda beberpa waktu lalu."
"Apa?"
Cup...
Aku kembali mencuri ciuman darinya, sesuatu yang selalu aku dapatkan, mtanya membulat sempurna, ia tidak membalas ataupun menolak ciumanku tersebut, dapat aku rasakan tubuhnya yang bergetar, detak jantungnya yang berdegup dengan kencang, Ya Tuhan gadis ini benar-benar sangat menggoda.
"Mmmm, Lepaskan aku."
Aku terus membungkam ucapannya dengan caraku, gigitan lumatan semua itu menjadi satu, nafasnya Jeny bahkan terdengar sangat berat.
"Bodoh, lepaskan aku."
Gadis itu mendorongku dengan sekuat tenaganya, sial ternyata dia cukup kuat.
Aku terkekeh, dia yang menolakku lagi, menghentikan hal ini secara sepihak, wajahnya merona dengan bibir yang mengerucut, Jeny Sama sekali tidak menatapku dan terus menyembunyikan wajahnya dariku.
"Kau menikmatinya Kan? Kau hanya brpura-pura menolak."
Berhenti menggangguku, dasar tidak tahu malu.
"Terserah." Ucapku santai
Aku membuka melepaskan jasku, dan membuka satu persatu kancing kemejaku dihadapan Jeny, lagi-lagi matanya membulat menatapku, aku tahu apa yang ia pikirkan, Jeny pasti tertarik dengan melihat bentuk tubuhku yang sempurna.
"Apa yang kau lakukan? Kenapa kau membuka pakaianmu dihadapanku." Tegasnya
"Tenang saja, aku hanya akan meminjam kamar mandimu."
Jeny menghembuskan nafasnya pelan, bahunya sedikit menyusut ketika aku mengatakan hal itu padanya.
"Oke tunngu sebentar."
Gadis itu berlalu dari hadapanku, ia membuka lemari besarnya dan melemparkan handuk kepadaku.
"Ini, setelah itu cepatlah pergi dari sini aku sangat lelah."
Tanpa menggubrisnya aku berlalu, melangkah menuju kamar mandi, berada didekatnya bisa membuatku gila, sepertinya setelah ini aku harus mencari seorang ****** untuk menyalurkan hasratku. Gadis itu benar-benar tidak bisa di andalkan.
Setelah membersihkan diriku, aku keluar dari dalam kamar mandi tersebut, dan melihat Jeny sudah memejamkan matanya di atas sofa, aku berinisiatif memindahkannya keatas tempat tidur, perlahan aku mengangkat tubuhnya. Gadis ini benar-benar sangat sensitif, ia bahkan langsung tersentak dan aku hampir terjatuh saat dia memintaku untuk menurunkannya.
"Astaga, apa yang kau lakukan, cepat turunkan aku."
Aku melemparnya keatas ranjang hingga ia melenguh kesakitan.
"Ahhh, kenapa kau melemparku."
"Karna kau yang memintanya."Ucapku dengan santai.
Jeny menelan salivanya, wajar saja ia pasti tertarik melihatku yang hanya mengenakan handuk, untuk menutupi bagian bawah tubuhku.
"Sudah puas menatapnya?"
"Hih, tidak waras."
Gadis itu menarik selimut dibawah kakinya, dan berkata, Aku tidur, ini sudah malam, sebaiknya kau pulang saja.
Oke baiklah, tanpa menggubris ucapannya aku mengenakan kembali pakaianku, benar yang Jeny katakan, ini sudah malam, jika aku terus bersamanya aku juga khawatir tidak akan bisa mengontrol diri.
Lampu ruangan itu aku matikan, aku bahkan bisa memastikan jika Jeny sudah terlelap dengan pulas, saat aku mengibaskan telapak tagan kearah wajahnya, ia sama sekali tidak bereaksi, dan itu tandanya ia benar-benar sudah terlelap.
Cup...
Sebelum aku pergi, aku mengambil kesempatan ini lagi, aku mengecup bibirnya dengan penuh kehati-hatian, agar gadis itu tidak terbangun dari tidurnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Lisa Aulia
apakah mungkin rasa itu telah ada Lucas.....ah entahlah...dia juga bingung dng hati nya....
2021-08-18
1
Yeni Maryani
Lukas walaupun pencuri cium tapi ia menghargai jenny, tidak bermain lebih.
2021-07-01
0
Bety Rohmah
lucas pencuri, pencuri ciuman 🤭
2021-01-28
0