Akhirnya Lucas, pemuda mengerikan itu sudah pergi dari apartemenku, bagaimana tidak, sikapnya sangat berani, aku sampai dinhuat ketakutan setengah mati olehnya. Gerak-geriknya seperti seorang pemuda yang sedang berburu gadis, berada di didekatnya sepertinaku sedang terintimidasi. Aku bernafas lega, perlahan aku menjatuhkan tubuh lelahku di atas ranjang, semua terasa pegal, ingin rasanya aku memejamkan mata sejenak, Akan tetapi ponsel disebelahku berdering.
Siapa yang menelphone-ku malam-malam seperti ini? Menyebalkan.
"Hallo?" ucapku
"Hay, ini aku."
Aku tidak mengenal suaranya, kembali aku melirik kelayar ponsel, nomornya saja tidak dikenal.
"Siapa? Maaf aku tidak mengenalmu."
"Aku Justine, kau ingat?"
Seketika mataku melebar, tentu saja aku mengingatknya, ia adalah pemuda yang mengajakku berkenalan di kampus siang tadi.
"Ahh iya, aku ingat." ucapku, yang tentu saja nada bicaraku yang awalnya apatis berubah seketika.
"Aku akan menjemputmu 20 menit lagi."
Entah kemana Justine Akan mengajakku? Baru saja aku Akan menolak. Akan tetapi panggilan tersebut langsung terputus begitu saja.
Padahal aku sangat lelah, seluruh badanku terasa pegal, baiklah terpaksa aku mengiyakan, lagi pula yang mengajakku keluar malam ini adalah pemuda populer di kampus, tentu saja aku tidak Akan melewatkan kesempatan ini. Aku langsung membersihkan diriku, membongkar seisi lemari pakaianku. Aku harus tampil sempurna di hadapan Justine, dia harus terkesan melihatku malam ini. Aku memilih mini dres cantik, yang memperlihatkan bahu indahku. Dengan riasan tipis di wajahku, di tambah warna bibir kalem, seakan menambah efek elegant pada diriku. Lumayan, aku memang tidak pernah puas dengan Apa yang aku miliki, disaat semua orang menganggapku sempurna, aku mengganggap hal itu hanya keberuntungan semata. Siapa yang tidak iri melihatku? Kulit putih postur tubuh ideal, dengan wajah khas wanita Asia. Itu sebabnya aku minim dalam berteman dengan seorang gadis, karna mereka Akan tiba-tiba membenciku tanpa alasan, dan setiap kekasih dari mereka melihatku, ia langsung tertarik padaku membuat teman-temanku menjauh, bodoh.
Ponselku bergetar, aku melihat ada beberapa pesan masuk, yang tidak lain dari Justine, yang berisikan dia sudah menungguku di parkiran. Cepat sekali, padahal aku baru beberapa menit yang lalu mengirimkan alamatku padanya. Tidak butuh waktu lama, aku segera turun untuk menghampirinya. Terlihat Justine sedang bersandar menungguku, dengan sepuntung rokok yang di selipkan di sela-sela jarinya. Sayang sekali, padahal aku sangat tidak suka dengan pria perokok. Tidak masalah, dia hanya temanku, tidak sepantasnya aku mengatur seseorang yang tidak terikat hubungan apapun denganku.
"Maaf sudah membuatmu menunngu."
Justine membisu, ia menatapku dengan tatapan kagum, bahkan pemuda itu sama sekali tidak mengedipkan matanya begitu melihatku.
"Bisa kita pergi sekarang?" ucapku, sambil mengibaskan tangan di hadapan wajahnya.
Ia tersentak, dan langsung melempar sepuntung rokonya, yang tersisa setengah.
"Kau terlihat sangat cantik."
Aku tidak pernah tahan, jika harus mendengar sebuah pujian dari seorang pemuda, wajahku Akan langsung merona begitu aku mendengarnya.
"Sebaiknya kita pergi sekarang." ucapku tersenyum nanar. Justine langsung membuka pintu mobilnya, dan mempersilahkan aku untuk masuk. aku benar-benar merasa jadi Tuan Putri, ia memperlakukanku dengan begitu manis. Mobilpun melaju, selama perjalan aju dan Justine mengisinya dengan obrolan-obrolan kecil, untuk lebih saling mengenal, Justine bahkan bertanya lebih dalam mengenai diriku, aku siapa, aku tinggal dimana, dan itu membuat perjalanan kami tidak terasa canggung.
Mobil pun terhenti, sebuah rumah besar, akan tetapi sudah banyak mobil yang terparkir disana, aku sendiri tidak tahu, kemana Justine membawaku, aku memang tidak bertanya.
"Ini apa?" ucapku dengan raut wajah bingung.
"Acara party, anak fakultas sebelah, aku sengaja mengajakmu disana banyak anak kampus lainnya." Aku mengangguk, Justine membawaku masuk kedalam dengan tangan yang terus menggenggam erat padaku. Beberapa orang disana memang tidak asing, aku pernah melihatnya meskipun aku tidak mengenalnya secara dekat.
"Apa dia gadis baru di kampus?" ucap salah satu pemuda, pada Justine.
"Tentu saja, siapapun tidak akan ada yang berani menolakku." ucap Justine.
Nada biacaranya terdengar sangat sombong, pemuda itu terlalu menyanjung tinggi dirinya, aku yang awalnya tertarik jadi sedikit tidak nyaman, begitu mendngar ucapannya. Justine sibuk dengan teman-temannya, dan aku hanya terdiam sambil melihat kejadian yang tidak biasa. Gadis dan pemuda disini secara terang-terangan saling berciuman, menjijikan. Sedikit kecewa, aku bosan dan memilih mencari tempat duduk disekitarku, pandanganku tertuju pada sebuah bar, oke baiklah aku Akan duduk disana, dan sampai acara ini selesai. Mataku ternodai lenguhan para gadis terdengar ditelingaku ditambah musik beat yang terus teralun.
Aku ingin pulang, aku sudah tidak nyaman, Justine benar-benar keterlaluan, ia malah sibuk dengan temannya, Menyebalkan.
"Jenny.”
Akhirnya pemuda ini datang, ia memancarkan senyumnya dan terus menatap wajahku.
"Aku bosan, bisakah kita kembali sekarang?" ucapku padanya.
"Tunggu sebentar lagi, kita beluk menikmatinya."
Aku tidak mengerti dengan ucapan Justine, aku terdiam sejenak, bersabar menunggu acara ini selesai.
"Kau cantik."
Justine meraih tanganku, ia terus menatapku dengan intens, perasaanku mulai tidak karuan, sepertinya Justine menginginkan hal yang orang lain lakukan. Pemuda itu menyisipkan rambut di balik daun telingaku, ia terus menatap bibirku, bahkan tangannya menyentuh dan sedikit mengankat mini dressku.
"Justine, apa yang kau lakukan?"
Aku menepis tangannya, tetapi ia malah terus mendekatkan wajahnya padaku.
"Justine aku ingin pulang."
Pemuda itu kembali menyentuh pahaaku, dan menyusupkan tanganya di balik mini dreesku.
Plakkk..
Aku menjatuhkan tamparan keras kewajahnya, hingga orang-orang disekitar menatap ke arahku, dan juga Justine. Dengan mata yang menggenang, aku pergi begitu saja darin hadapannya, bagaimana mungkin aku diam saja, ketika ia akan memperlakukan aku seperti para gadis lainnya disana.
"Jenny tunggu."
Ia berusa mengejarku, akan tetapi aku terus melangkah keluar melarikan diri dari acara tersebut. Sial. ternyata dia adalah pria kurang ajar, bodoh, bisa-bisanya aku terpengaruh oleh kelembutannya, padahal hal itu biasa dilakukan oleh pria sepertinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Lisa Aulia
pergaulan bebas kayak nya .....ckckck....
2021-08-18
1
Yeni Maryani
Justine Casanova, hindari ia, pergi yg jauh
2021-07-01
0
Yeni Maryani
Justine Casanova, hindari ia, pergi yg jauh
2021-07-01
0