Entah aku harus senang atau tidak, baru beberapa hari saja aku sudah menjadi gadis populer, bahkan setiap aku berjalan tidak ada satupun pemuda yang tidak memandangku, mereka menggodaku, bersiul bahkan memuji kecantikanku. Aneh, didepan mataku seseorang berkumpul, seolah sedang menonton sebuah pertunjukan, bahkan semua orang terus bersorak, seolah menyaksikan kejadisnbysng sangat mengasiyak. Aku penasaran, apa yang sebenarnya terjadi, untuk memecahkan rasa penasaran tersebut, akhirnya aku mendekat untuk melihat apa yang terjadi.
Gelak tawa, dan sorakan terdengar, astaga gadis gendut itu, gadis yang duduk di depanku kemarin, dia sedang di tindas di hadapan seluruh siswa oleh beberapa berandal kampus. Orang disini biasa memanggilnya Annet dan kawan-kawan. Sungguh betapa bodohnya mereka yang hanya menonton gadis gendut itu ditindas, dengan cepat aku membantunya, mengumpulan buku-bukunya yang berserakan, akibat ulah Annet, "Ow, lihat ada yang mencoba jadi pahlawan." ucap Annet.
Terserah, aku tidak memperdulikannya, aku tidak menjawab satu patah katapun, dan terus membantu si gendut. Aku tidak tahu siapa namanya, itu sebabnya aku memanggilnya seperti itu.
"Berainya kau mencampuri urusanku.”
Annet mencoba melayangkan tangannya ke wajahku, tapi aku berhasil menangkisnya, sorot mataku menatapnya dengan tajam, terlihat jelas ia pun sangat jengkel, dan tidak terima atas tindakanku yang sudah menolong korbannya.
"Siapa kau?"
Aku tidak menjawabnya, dan berlalu begitu saja membawa si gendut bersamaku, sungguh miris. Dijaman seperti ini hal itu masih saja sering terjadi, tindakan bullying.
"Kenapa kau menolongku?”
Seketika langkahku terhenti, saat si gendut itu berbicara padaku. ini kali pertama aku mendengar suaranya, meskipun aku sudah beberapa hari di kampus.
"Karna aku tidak suka penindasan." ucapku dengan santai.
Aku dan si gendut duduk di sebuah kantin, dia mengatakan segalanya, jika yang telsh menindasnya itu Annet, hal itu biasa Annet lakukan pada seseorang seperti si gendut.
"Aku Jenny, dan kau?"
Si gendut yang sedang mengunyah makanannya tersebut langsung terdiam, dengan raut wajah datar.
"Kau bertanya siapa namaku?" ucapnya.
"Tentu saja."
"A-aku Demy."
Jadi si gendut itu adalah Demy, oke karna aku sudah tahu namanya, aku akan memanggil namanya saja, Demy bahkan menceritakan masalahnya, ia adalah seorang siswa yang belajar dengan hasil pencapain beasiswa. wajar saja jika Annet sering menindasnya, dia tidak punya kekuasaan apapun untuk melawan, karna Demmy cukup tahu diri, dirinya hanya seroang gadis biasa, dsn bahkan tidak ada yang ingin berteman dengannya.
"Kalau begitu, dimulai hari ini kita teman." Ucapku tersenyum tipis. Seolah tidak percaya, Demy membulatkan matanya menatap kearahku.
"Benarkah? Semua orang tidak ada yang ingin bergaul denganku, kenapa kau ingin menjadikanku teman?"
"Karna kau pantas mungkin." ucapku.
Meskipun jawabanku tidak masuk akal, Demy pun mengiyakannya, dna bersedia menjadi temanku, kita saling bertukr pikiran, dan bahkan bertukar nomor ponsel, cukup lama aku dan Demy saling memperkenalkan diri, obrolan kami terhenti, begitu seorang pemuda datang, dan tiba-tiba saja mengacaukan keasyikan kami.
"Jenny." ucap Justine.
Raut wajahku berubah datar begitu melihatnya, tentu saja aku masih kesal atas apa yang sudah ia lakukan.
"Dem, sebaiknya kita pergi sekarang." ucapku.
"Jenny aku mohon, tolong aku minta maaf." ucap Justine.
Aku benar-benar sangat kecewa pada sikapnya saat itu. Apa yang dia pikirkan? Dia pasti mengira aku adalah gadis seperti itu, terserah. Aku tidak ingin berurusan lagi dengan Justine, bahkan nomor ponsel pemuda itu saja sudah aku block.
Aku mempercepat langkahku, Justine terus saja menguntit, sekilas aku dengannya seperti sepasang kekasih yang sedang bertengkar. Aku berlari dan Justine juga berlari mengejarku sial. Bahkan sampai keluar kampus saja ia terus mengejarku, bodoh, pria populer sepertinya secara terang-terangan mengejarku, tentu itu akan menperburuk citranya sebagai seorang pemain wanita.
"Tolong dengarkan aku,"
Justine berhasil menangkap tanganku, cengkramannya sangat kuat, sepertinya ia sendiri kesal, karna aku terus berlari menjauh darinya.
"Lepas, apa kau tidak waras."
Aku terus memberontak, mencoba melepaskan tanganku darinya, tetapi semua itu sia-sia, tangannya sangat kuat, sampai pergelanganku terasa nyeri. Tiba-tiba saja mobil terhenti di depanku, dan juga Justine, aku tidak perduli, aku terus berusaha melepaskan tanganku dari Justine, wajahku sudah memerah ketakutan. Akan tetapi Justine masih belum melepaskannya.
"Lepas."
Suara ini? Tidak asing sungguh aku mengenalnya.
"Lucas?" ucapku.
"Siapa kau beraninya mencampuri urusanku." tegas Justine.
Lucas memiringkan senyumnya menatap Justine dengan kejam, ia langsung melepaskan cengkramam Justine dari tanganku dengan begitu mudahnya.
"Dia adalah kekasihku, sebaiknya menjauhlah darinya." ucap Lucas.
Aku terkejut, Lucas mengatakan jika aku ini adalah kekasihnya di hadan Justine, tentu itu bukan hal yang sebenarnya, aku bertemu dengannya saja baru beberapa kali. Disaat aku masih membisu mendengar pernyataannya, tiba-tiba saja Lucas mengecup bibirku, di hadapan Justine. Aku semakin terkejut bahkan mataku membulat begitu Lucas melakukan hal itu padaku, bahkan di depan umum. Seketika tubuhku bergetar, sepertinya Justine percaya, ia berlalu begitu saja dengan raut wajah jengkel.
"Mmmmhhh, bodohhh. Memalukan."
Aku menjerit dan mendorong Lucas begitu Justine pergi. ini tidak benar, aku menolak tindakan Justine, dan Lucas dengan begitu mudahnya mencuri hal itu dariku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments
Lisa Aulia
lanjut....
2021-08-18
0
Arga
paling malas baca novel yg pake aku"🤣🤣🤣🤣
2021-08-04
0
Yeni Maryani
ada dou cowok merebut hatinya
2021-07-01
0