Tidak suka Tante-tante

Akhirnya, dagangan Mamat pun lenyap tak bersisa. Hari ini ia benar-benar mujur karena sate-satenya laris manis dan terjual habis. Sebelum Mamat pulang Ia pun berinisiatif untuk memberikan uang kembalian Bi Mumun yang masih ia bawa.

Berbekal arahan dari salah satu pelanggannya yang baik hati menunjukkan di mana rumah Flower, Mamat pun sambil mendorong gerobaknya, ia berjalan setapak demi setapak untuk datang ke rumah di mana Bi Mumun tinggal.

Otot-otot kekar dan tubuh tegap itu mendorong gerobak sate dengan santai. Mamat berjalan santai menuju ke tempat di mana Flo tinggal.

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit. Akhirnya, Mamat tiba di depan sebuah rumah super mewah yang penghuninya adalah seorang wanita yang memiliki kulit bersisik.

"Ini rumahnya!"

Mamat pun mulai beranjak memberanikan diri dengan mengetuk pintu pagar rumah bak istana itu.

"Assalamualaikum, ada orang di dalam? Permisi!" seru pemuda itu sambil mengusap peluh yang membasahi wajah tampannya karena dirinya baru saja sampai.

Mamat menatap rumah Flo dengan biasa, seolah dirinya sudah terbiasa dan pernah melihat rumah besar seperti itu sebelumnya. Padahal dirinya hanya tinggal di sebuah rumah sederhana yang jauh dari kata mewah bersama pak Mahmud.

Seorang satpam membuka gerbang dan menanyakan kepada Mamat, "Cari siapa?" tanya sang satpam dengan tegas.

"Saya mau cari Nona Flower, Pak!! Apa dia ada di dalam?" sahut Mamat sambil tersenyum malu.

"Mau apa cari Nona Flower?" sang satpam tampak memperhatikan penampilan Mamat dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Mamat menunjukkan uang pecahan 25 ribu dan ia berikan kepada sang satpam. "Saya cuma mau mengembalikan uang kembalian Bi Mumun yang masih tertinggal, tolong bapak berikan kepadanya, tadi Bi Mumun beli sate saya, tapi bi Mumun lupa ambil kembaliannya,"

Mamat menitipkan uang itu kepada satpam penjaga rumah. Setelah itu ia pun pamit untuk pulang.

"Ya sudah, terima kasih banyak, Pak. Saya permisi dulu!"

Mamat beranjak pergi. Namun, tiba-tiba ada seorang wanita yang sedang memanggilnya kembali.

"Bang Mamat tunggu!"

Pemuda itu segera menoleh ke belakang, dilihatnya bi Mumun yang sedang memanggilnya. Wanita itu berjalan menghampiri Mamat dan berkata. "Bang Mamat jangan pulang dulu, Nona Flower Tuan besar ingin bertemu dengan Anda."

"Tuan besar?" Mamat melototkan matanya ketika pemilik rumah istana itu ingin bertemu dengannya.

"Iya, ayo masuk!" titah bi Mumun sambil membuka gerbang rumah itu.

"Tapi, badan saya masih kotor, saya takut nanti bau asap sate dan Tuan besar jadi nggak nyaman," ucap pemuda itu merendah.

"Nggak usah khawatir Bang, emangnya Tuan besar mau nyium badan Abang? Kurang kerjaan aja," sahut bi Mumun yang membuat Mamat tertawa kecil.

Bi Mumun mengantarkan pemuda itu untuk menemui Tuan Abraham. Kakek dari Flo. Keluarga satu-dua Flower Ezperanza.

Mamat mulai memasuki sebuah ruangan yang super mewah, lantainya yang terbuat dari marmer yang mengkilap, ia melepaskan sendal jepitnya karena takut akan mengotori lantai itu.

"Bang Mamat ngapain dilepas sendalnya? Dipakai saja!" seru bi Mumun saat melihat Mamat yang sedang berjalan tanpa alas kaki.

"Yeee sendal saya kotor nanti bisa-bisa lantainya ikut kotor," balasnya sembari menunjukkan sendal jepit merek swallo berwarna hitam itu.

"Udah nggak apa-apa, dipakai saja. Tuan nggak akan marah kok," ucap bi Mumun.

"Ta-tapi ...!"

Tiba-tiba saja terdengar suara seseorang yang memerintahkan Mamat untuk tetap mengenakan sendal jepit andalannya itu.

"Pakai saja anak muda! Aku tidak akan memarahimu!"

Mamat spontan melihat ke arah sumber suara. Dilihatnya seorang pria tua yang sedang berdiri di sudut ruangan dengan menatap kedatangan Mamat di ruangan itu.

Mamat pun menundukkan wajahnya dan tersenyum malu.

"Tuan, maaf saya tidak terbiasa," balas Mamat sambil memakai sendal jepitnya kembali.

Tuan Abraham berjalan menghampiri Mamat dan memintanya untuk duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Duduklah, aku ingin berbicara denganmu!"

Mamat pun duduk di sofa tersebut dengan malu-malu.

"Ada apa Tuan memanggil saya? Jika Tuan ingin membeli sate saya, mungkin besok saya akan buatkan, sekarang sate-sate saya laris manis habis tak tersisa, tinggal tusukan satenya saja, Tuan!" jawaban polos pemuda itu membuat Tuan Abraham tertawa kecil.

"Yang mau beli sate kamu itu siapa? Gigiku sudah ompong nggak bisa lagi digunakan untuk mengunyah daging-dagingan," balas Tuan Abraham.

"Hehehe iya saya lupa, kali aja tidak usah dikunyah tinggal ditelan langsung, eh maaf aduh nih mulut suka lemes ketularan mulut ibu-ibu pelanggan saya, maaf Tuan!" sahut Mamat yang semakin membuat Tuan Abraham tertawa. Bukannya tersinggung, kakek Flo itu justru semakin suka dengan kekonyolan Mamat. Ia pun berpikir pasti pemuda itu bisa menghibur cucunya jika mereka menikah nanti.

"Begini, Mat! Aku sengaja memanggilmu ke sini untuk menawarkan sesuatu kepadamu." Seru Tuan Abraham mengawali pembicaraan serius mereka.

"Menawarkan sesuatu? Asalkan bukan menawarkan kreditan aja, Tuan. Saya tidak suka hutang dengan bunga. Dosa katanya," sahut pemuda itu.

"Bukanlah, untuk apa aku menawarkanmu kreditan, aku bukan rentenir. Aku mau menawarkan bantuan untukmu," ucap Tuan Abraham serius.

"Bantuan? Tapi saya tidak butuh bansos, Tuan. Bersyukur saya masih bisa membiayai hidup sehari-hari meskipun dengan berjualan sate ...!"

Lagi-lagi jawaban konyol Mamat selalu bisa membuat Tuan Abraham tersenyum. Jiwa penghibur dari dalam diri Mamat semakin membuat Tuan Abraham yakin untuk menjodohkan Mamat dengan Flo, cucunya.

"Bukan bantuan seperti itu Mamat. Aku menawarkan kepadamu untuk melakukan sesuatu dan imbalannya aku akan membiayai semua pengobatan ayahmu sampai sembuh, bukankah ayahmu sedang sakit?" tanya Tuan Abraham.

Mamat menundukkan wajahnya dan terlihat mulai berpikir.

"Ayah ...?? Iya iya, ayah saya memang sedang sakit, beliau sakit jantung, sakit darah tinggi, sakit liver, sakit kepala, gula darah tinggi, kolesterol, asam urat, bisulan, pokonya semua penyakit diborong sama Ayah, terima kasih banyak Tuan mau membantu Ayah saya! Tapi ngomong-ngomong memangnya apa yang harus saya lakukan, Tuan? Saya tidak disuruh jadi gigolo, kan? Kalau disuruh seperti itu saya tidak mau, saya nggak suka dengan Tante-tante, geli sendiri! Pasti dalamnya keriput," sahut Mamat yang membuat beberapa pelayan yang berada di tempat itu tidak bisa menahan tawa mereka mendengar jawaban absurd si tukang sate.

"Nikahi cucuku!"

Spontan Mamat membulatkan matanya ketika ia mendengar jika dirinya disuruh untuk menikahi Flower, cucu kesayangan Tuan Abraham.

"Menikahi cucu Anda, Nona Flower? Yang katanya punya sisik di sekujur tubuhnya?" sahut Mamat sambil membayangkan bagaimana penampakan sisik-sisik itu. Antara geli dan penasaran, Mamat pun mulai terdiam.

"Iya, aku akan memberikan imbalan besar kepadamu jika kamu bersedia untuk menikah dengan cucuku, bagaimana?"

Sejenak, Mamat berpikir untuk menerima tawaran itu.

...BERSAMBUNG...

Terpopuler

Comments

Bi^S^@J^H😭

Bi^S^@J^H😭

terima aj bang,kenali lbh dlm bersisik semua apa ga😅

2023-05-28

1

IndraAsya

IndraAsya

lanjut

2023-05-22

1

Muhamad Bardi

Muhamad Bardi

vote sudah meluncur kak thor semoga sukses dan sehat selalu..🤲🤲

2023-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!