Bab 11

"Tapi itu beneran bokap gue bukan sih Den? Kok gue berada mimpi ada bokap gue di mari?" Rama masih tidak mempercayai bahwa papanya ke sekolah hanya untuk datang mengambil raport.

"Mata lo rabun, ya? Itu beneran bokap Lo, Rama," sahut Rian menoyor kepala sahabatnya.

"Bu, apa saya terlambat!" tanya seorang pria berdiri di dekat pintu masuk dengan napas ngos-ngosan. Orang yang disangka papanya Rama sempat melirik putranya yang sedang duduk dengan rekan-rekan seperjuangan.

Bu guru itu tersenyum, "tidak, Pak. Silahkan masuk!"

Rama, si pria tampan ketua basket pemilik kulit putih bersih dengan hidung bangir, dan bibir tipis, diam memperhatikan papanya datang. Namun, ada sesuatu yang membuat ia tidaklah nyaman.

"Tumben sekali Papa datang ke sekolah? Gak ada ujan, gak ada angin, tiba-tiba bokap gue datang. Aneh bin nyata ini, mah."

"Gue juga heran, karena ini harus di abadikan sampai tujuh turunan. Untuk pertama kalinya seorang Rama raport nya di ambil bokap," kata Deni.

"Tapi gue yakin sebentar lagi bokap lo akan marah-marah," sahut Rian.

"Lah, emangnya kenapa?" Rama masih tidak menyadari apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Nilai lo itu bakalan merah semua, lo 'kan paling malas belajar dan sering bolos. Apalagi lo itu di pembuat onar," kata Deni.

"Heh, lo pikir lo nilainya bagus? Sama-sama merah juga jangan saling ngatain, pea."

"Tahu nih, lo juga sama-sama dapat empat merah," ujar Rian.

"Hehehe, ia sih. Nilai gue juga ada merahnya empat. Tapi untungnya gue masih bisa naik kelas." Balas Deni cengengesan sambil menggaruk tengkuknya.

"Tapi setidaknya kali ini papa Rama bisa ada waktu meski hanya ngambil raport saja. Semoga saja setelah kejadian ini papa kamu makin sayang sama kamu," kata Alina mendoakan yang terbaik bagi Rama.

"Aku pengennya gitu Al, tapi bokap ku sendiri sulit ku ketahui perasaannya. Apa dia sayang aku atau tidak, aku tidak tahu."

Mereka memperhatikan guru berbicara pada papanya Rama. Nampak sekali wajah pria dewasa itu tidak bersahabat. Dari wajahnya terlihat menahan amarah, hingga pembicaraan pun selesai.

"Gue yakin bakalan di ceramahin lagi ma bokap," ucap Rama sudah yakin apa yang akan terjadi selanjutnya. Melihat dari gelagat dari papanya yang terlihat geram serta menahan amarah, pasti dirinya akan di marahi habis-habisan.

"Dia terlihat marah, emangnya apa yang di bicarakan bu guru sama papa kamu sampai papamu terlihat marah?" tanya Alina.

"Kalau Rama tahu tidak akan Rama ikut memperhatikan mereka, Alina. Tapi yang pasti papanya Rama bakalan memarahi Rama," sahut Deni.

Pria yang di yakini papanya Rama itu mengambil paksa raport putranya dan keluar dari ruangan kelas dengan wajah penuh amarah.

"Rama, pulang sekarang!" ucapnya dingin.

"Nanti saja, Pah. Mau pulang bareng Deni dan Rian saja."

"Sekarang, Ramadhan Restu Al-kahfi!" sentak Restu, papanya Rama seraya menatap tajam mata anaknya.

Rama menghela nafas berat, ia menatap dia sahabatnya dan juga menatap Alina. Ia meyakini bahwa papanya marah besar. Nampak Alina menganggukkan kepalanya supaya Rama mau mengikuti permintaan Papanya. Mau tidak mau Rama pun pulang saking menghindari percekcokan antara dia dan orangtuanya di sekolah.

*****

Ada yang bersuka cita atas kelulusannya, ada yang gembira atas kenaikan kelasnya, dan juga ada yang bahagia mendapatkan gelar juara. Namun, beda halnya dengan Rama. Dia justru mendapatkan amarah dari papanya. Pria berkulit putih bersih itu sedang di marahi habis-habisan oleh papanya.

"Kau itu bodoh sekali jadi anak, bisa-bisanya kamu membuat papa malu dengan semua kelakuan mu dan nilai jelek mu ini! Sudah papa katakan belajar yang benar, jangan membuat papa malu, tapi apa yang kaku lakukan? Bikin malu papa saja!" sentak Restu melemparkan raport ke atas meja. Ia kembali ingat perkataan gurunya Rama.

"Pak, nilai anak Anda cukup buruk, banyak yang di bawah rata-rata. Rama juga sering sekali bolos sekolah. Kami harap, Anda bisa membantu meningkatkan kemampuan Rama dalam belajar. Sebenarnya, peran guru hanya membatu di sekolah saja, selebihnya peran orangtua lah yang harus banyak di tingkatkan."

Rama malas mendengarkan ceramahan papanya. Ceramah yang setiap hari selalu ia dengar dari bibir Papanya, ceramahan yang hampir setiap hari ia dengar dari mulut papanya. Nampak Rama terlihat acuh sesekali mengorek kupingnya.

"Harusnya kamu mencontoh kakak kamu! Bangun tidur tidak pernah telat, selalu belajar dengan rajin, selalu nurut orangtua dan selalu menjadi kebanggaan orangtua. Tidak seperti dirimu, bandel dan bodoh di pelihara!" sentak Restu menunjuk wajah Rama penuh amarah dan kesal.

Rama pun berdiri, "sudah ceramahnya, Pah? Sudah membandingkan Rama dengan anak kebanggaan Papa? Kalau sudah Rama mau pergi. Rama malas ada di rumah jika ujung-ujungnya di bandingkan dengan orang lain meskipun itu kakak Rama sendiri."

Rama sudah muak dengan omongan papanya yang selalu saja membandingkan dia dan kakaknya. Setiap pagi, setiap hari, bahkan setiap malam, Rama selalu mendengar hal yang sama, dibandingkan.

"Kamu!" Restu semakin emosi, "Sebenarnya kamu itu anak siapa? Kenapa kamu tidak pernah sedikit mau menuruti kata Papa? Kamu bisanya hanya melawan ucapan orangtua, main terus, balapan, dan membuat onar. Tidak pernahkah kamu memikirkan perasaan papa?" sentak Restu.

Rama langsung mendongak, ia tersenyum sinis. "Papa bilang aku anak siapa? Tanya pada Papa sendiri, aku ini anak siapa? Kenapa aku terlahir berbeda? Kenapa aku tidak lahir dengan otak cerdas seperti Gilang anak kebanggaan Papa? Dan papa masih bertanya apa aku tidak memikirkan perasaan Papa? Lalu, apa pernah Papa memikirkan perasaan Rama? Tidak, Papah tidak pernah memikirkan perasaan aku, tidak pernah ingin tahu tentang kehidupan ku, apa yang aku perbuat dan apa yang tah aku lakukan di luaran sana."

"Semakin hari kamu semakin melawan Papa, Rama! Siapa yang mengajarimu seperti ini? Papa tidak pernah mengajarimu melawan Papa, tapi hati barumu ini membuat papa kesal." Restu bukannya mengerti tapi malah semakin emosi atas kelakuan putra keduanya.

"Darimana aku belajar? Dari papa sendiri yang menunjukan sikap Papa padaku selama ini. Jadi jangan salahkan Rama jika Rama berontak."

Karena tidak mau berdebat lagi, Rama beranjak pergi masuk ke kamarnya. Tak lama kemudian Rama kembali keluar kamar lagi setelah berganti pakaian.

"Kamu mau kemana lagi? Mau keluyuran bermain game dan balapan?" tanya Restu melihat putranya sudah rapi dengan kemeja tanpa dikancingkan, di lapisi kaos putih dan celana jeans abu.

"Cari angin," jawab Rama sesingkat mungkin.

"Dasar anak bo*doh, kurang ajar sekali kamu!"

"Aku tidak peduli!"

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Ini caranya Rama memberontak dari sang ayah yg pilih kasih,Anak akan menurut ke ortu kalo ortu sendiri perhatian ama anaknya,Tapi ini ibarat Kepiting ngajarin anak jalan lurus,sedangkan induknya aja jalan kesamping alias bengkok 😂😂

2024-01-16

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Badboy Ternyata Rama..😂😂

2024-01-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 - Kita Putus
26 Bab 26 - Kesedihan Alina
27 Bab 27 - Rumah Aki
28 Bab 28 - Kegiatan Naina
29 Bab 29 - Kamu!
30 Bab 30
31 Bab 31 - Mario!!
32 Bab 32 - Lo Lagi!
33 Bab 33 - Mengganti
34 Bab 34 - Membuntuti
35 Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36 Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37 Bab 37 - Keterkejutan Devano
38 Bab 38 - Bantuan Rama
39 Bab 39 - Salah Sangka
40 Bab 40 - Minta Hak
41 Bab 41 - Tidur Bareng
42 Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43 Bab 43 - Kepergok
44 Bab 44 - Jauhi Putriku!
45 Bab 45 - Si Jalu
46 Bab 46 - Mencari
47 Bab 47 - Cekcok
48 Bab 48 - Pertanyaan Rama
49 Bab 49 - Makan Bersama
50 Bab 50 - Ketahuan
51 Bab 51 - Restu Erna
52 Bab 52 - Kembali ke Kota
53 Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54 Bab 54 - Ajakan menginap
55 Bab 55 - Masuk sekolah
56 Bab 56 - Godaan Rama
57 Bab 57 - Sikap Rama
58 Bab 58 - Kecurigaan Alina
59 Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60 Bab 60 - Permintaan Alina
61 Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62 Bab 62 - Ungkapan Naina
63 Bab 63 - Menginap
64 Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65 Bab 65 - Kemana Naina?
66 Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67 Bab 67 - Melarikan Diri
68 Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69 Bab 69 - Meminta persetujuan
70 Bab 70 - Persiapan Nikah
71 Bab 71 - Pernikahan
72 Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73 Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74 Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75 Bab 75 - Malu-malu
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79 Bab 79 - Sisi Lain Rama
80 Bab 80 - Pujian dari Rama
81 Bab 81 - Sebuah tuduhan
82 Bab 82 - Di Pecat
83 Bab 83 - Sebuah Saran
84 Bab 84 - Salah paham
85 Bab 85 - Meminta Bantuan
86 Bab 86 - Sebuah Rencana
87 Bab 87 - Kemarahan Rama
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94 - End
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 - Kita Putus
26
Bab 26 - Kesedihan Alina
27
Bab 27 - Rumah Aki
28
Bab 28 - Kegiatan Naina
29
Bab 29 - Kamu!
30
Bab 30
31
Bab 31 - Mario!!
32
Bab 32 - Lo Lagi!
33
Bab 33 - Mengganti
34
Bab 34 - Membuntuti
35
Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36
Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37
Bab 37 - Keterkejutan Devano
38
Bab 38 - Bantuan Rama
39
Bab 39 - Salah Sangka
40
Bab 40 - Minta Hak
41
Bab 41 - Tidur Bareng
42
Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43
Bab 43 - Kepergok
44
Bab 44 - Jauhi Putriku!
45
Bab 45 - Si Jalu
46
Bab 46 - Mencari
47
Bab 47 - Cekcok
48
Bab 48 - Pertanyaan Rama
49
Bab 49 - Makan Bersama
50
Bab 50 - Ketahuan
51
Bab 51 - Restu Erna
52
Bab 52 - Kembali ke Kota
53
Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54
Bab 54 - Ajakan menginap
55
Bab 55 - Masuk sekolah
56
Bab 56 - Godaan Rama
57
Bab 57 - Sikap Rama
58
Bab 58 - Kecurigaan Alina
59
Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60
Bab 60 - Permintaan Alina
61
Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62
Bab 62 - Ungkapan Naina
63
Bab 63 - Menginap
64
Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65
Bab 65 - Kemana Naina?
66
Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67
Bab 67 - Melarikan Diri
68
Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69
Bab 69 - Meminta persetujuan
70
Bab 70 - Persiapan Nikah
71
Bab 71 - Pernikahan
72
Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73
Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74
Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75
Bab 75 - Malu-malu
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79
Bab 79 - Sisi Lain Rama
80
Bab 80 - Pujian dari Rama
81
Bab 81 - Sebuah tuduhan
82
Bab 82 - Di Pecat
83
Bab 83 - Sebuah Saran
84
Bab 84 - Salah paham
85
Bab 85 - Meminta Bantuan
86
Bab 86 - Sebuah Rencana
87
Bab 87 - Kemarahan Rama
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94 - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!