"Iya, Pak, betul. Dia orang yang sudah menolong saya. Dia bukan begal seperti yang kalian bilang." Devan mencoba membantu Rama, ia tidak mungkin membiarkan para polisi menangkap Rama begitu saja. Siapa yang salah kok Rama yang di salahkan, begitu pikirnya.
"Iya, Pak. Saya juga saksinya, Rama gak salah, dia hanya bantu papa saya dari para perampok yang mencoba merampok saya dan Papa." Alina terlihat panik dan juga ia menatap Rama khawatir. Ia tidak ingin Rama di tangkap.
"Nanti saja kalian jelaskan di kantor polisi. Ayo ikut!" bapak polisinya begitu ngotot memaksa Rama ikut seolah tidak ingin mendengarkan pembelaan dari Rama, Devano maupun Alina.
Anehnya, kenapa ada yang melaporkan padahal di sana hanya ada mereka berdua. Apa mungkin kedua orang tadi karena tidak terima gagal menjalankan misi, Rama pun tidak tahu.
Terpaksa, Rama ikut polisinya karena enggan berbuat masalah. Untuk Devano dan Alina, mereka juga ikut ke kantor sebagai saksi sekaligus korban dan akan di mintai keterangan. Inilah polisi jaman sekarang, selalu bertindak sesuka hati tanpa ingin mencari tahu dulu kebenarannya.
*****
Kediaman Rama
Restu menerima telpon dari Rama, ia yang ingin memarahi Rama karena tidak pulang, namun ia urungkan saat mendengar suara pria yang berbeda.
"Selamat siang."
"Siang, ini dengan siapa ya?" tanya Restu mengerutkan keningnya bertanya-tanya siapa yang sudah menelpon menggunakan ponsel Rama.
"Kami dari petugas polres xxx, apa betul anak bapak bernama Ramadhan Restu Al-kahfi?" tanya polisi di sebrang telpon.
"I-ya, betul, Pak. Itu nama anak saya, ada apa ya?" Ia terbata dan juga kaget tiba-tiba polisi menyebut nama anaknya. Pikiran negatif serta rasa amarah menjadi satu sebab sang putra berbuat ulah.
"Sebaiknya bapak segera datang ke kantor polisi! Nanti kami akan menjelaskannya di kantor. Kami harap Anda segera datang!" balas polisi itu terdengar tegas seakan tidak ingin ada penolakan.
"Baik, Pak. Saya akan segera datang kesana sekarang juga." Sahut Restu sambil menutup sambungan teleponnya. Tangannya terkepal kuat dengan wajah memerah marah.
"Anak itu selalu saja bikin malu, selalu saja berbuat ulah," ucap Restu mengumpat sambil berlalu pergi dengan emosi yang memuncak.
*****
Kantor polisi
"Pah, aku takut Rama di penjara. Dia kan tidak salah apa-apa, Pah. Bantu Rama dan kalau perlu cari pengacara hebat buat Rama bebas dari sini." Alina yang sedang duduk di samping papanya merasa khawatir. Walau bagaimanapun Rama adalah pacarnya meski. Ia memandang Rama dan Rama seketika menoleh tersenyum seakan semuanya bakalan baik-baik saja.
"Kamu tenang saja, papa juga tidak akan membiarkan Rama di tangkap. Saksi kita berdua akan membuat Rama bebas, cuman yang Papa herankan adalah kenapa Rama sampai di tuduh ya? Pintar sekali para perampok itu."
"Yang bikin heran itu kenapa tiba-tiba ada polisi di sana dan malah Rama yang di laporkan? Apa ini ulah begal tadi, Pah?"
"Itu yang papa pikirkan saat ini. Papa juga tidak tahu, Alina."
Hingga seseorang datang.
"Permisi, Pak. Saya orangtuanya Ramadhan, dimana anak saya?" tanya Restu kepada polisi yang sedang duduk.
"Mari ikut saya, Pak." Dan polisi itu mengajak pak Restu masuk ke dalam. Di dalam ada Rama dan tak sedikit pun Restu menunjukan rasa khawatirnya. Dia mendekati Rama dan malah menoyor kepalanya Rama.
"Dasar pembuat onar, bisa-bisanya kamu membuat papa malu dengan kelakuanmu, Rama. Anak bodoh, bikin malu saja. Kamu sadar atas perbuatan kamu saat ini? Kamu sudah mencoreng nama baik papa sebagai pemilik bahan bangunan," ucap Restu begitu pelan melotot guna memarahi Rama.
"Pak, ini bukan salah Rama, dia yang menolong saya dan hanya ada kesalahpahaman saja," ucap Devano mendekati Restu.
"Saya tidak peduli, tapi saya kecewa sama dia yang suka berbuat ulah. Dasar anak bodoh!" sentaknya tanpa prihatin terhadap Rama.
"Pak jangan salahkan Rama, dia ..."
"Orangtuanya Rama, silahkan duduk, Pak." ucap polisi mengalihkan Restu. Lalu, Restu duduk saling berhadapan dengan polisi.
"Begini, Pak. Menurut laporan, terjadi begal di jalan xxx. Dan anak Anda di tuduh sebagai pelakunya. Kami terpaksa membawa anak Anda ke kantor polisi untuk di mintai keterangan. Ternyata kami salah tangkap, korban selaku orang yang di rugikan sudah menjelaskannya. Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya karena sudah menangkap tanpa bukti. Dan untuk hasil pemeriksaan tes urin, anak Anda tidak mengkonsumsi minuman beralkohol ataupun positif narkoba. Tapi, kami sarankan agar Anda sebagai orangtua harus menjaga kegiatan anak-anak agar tidak terjerumus kedalam dunia itu." Panjang lebar polisi menjelaskan sekaligus meminta maaf kepada Restu.
Namun, bagi Restu, Rama tetap sudah mempermalukannya Karena sudah masuk ke kantor polisi. Apalagi ada Devano, salah satu pengusaha kue yang telah terkenal dan ia salah satu penyuka kue-kue milik Devano. Ya Restu mengenal Devano tapi Devano tidaklah mengenali Restu.
"Baik, Pak. Saya mengerti." Kemudian Restu undur diri dan mengajak Rama pulang.
"Ayo pulang! Bikin malu saja!" ucapnya.
"Pak Devan, saya permisi dulu," pamitnya pada Devano sambil berlalu.
Devan mengernyit. "Dia mengenalku?"
"Om, aku pulang duluan. Terima kasih sudah mau membela aku." Rama berjabat tangan dulu sambil menundukkan kepalanya seakan memberikan sebuah sopan santun terhadap pria yang lebih dewasa darinya.
"Sama-sama, Om yang seharusnya minta maaf. Karena Om, kamu malah di tuduh kayak gini dan harus berurusan dengan polisi." Devano tidak enak hati membuat anak muda seperti Rama harus mengalami hal seperti ini.
Rama tersenyum ramah, "Qodarullah, Om. Semua atas izin Allah. Aku pamit, ya. Assalamualaikum." Lalu, Rama pergi dari sana. Tapi, Alina memanggilnya.
"Rama tunggu!" Alina sedikit berlari mendekati. Rama menoleh, sedangkan Devan berbicara dulu sama polisi membahas masalah begal tadi.
"Rama, makasih ya udah nolongin Papa dan aku," ucap Alina tulus.
Rama tersenyum, "sama-sama, siapapun orangnya pasti aku akan menolongnya jika aku mampu. Aku pergi dulu, jaga diri kamu," ucapnya sambil mengusap pucuk kepalanya Alina.
Alina menatap Rama dengan intens hingga pria itu menjauh dari pandangannya.
*****
Kediaman Rama.
"Sudah berapa kali Papa bilang, jangan bikin malu Papa, Rama. Kamu itu kenapa susah sekali Papa bilangin? Papa mau datang ke kantor polisi dan malah melihatmu di sana, Papa malu." Restu bertolak pinggang memarahi Rama. Dia yang menjabat sebagai direktur utama di perusahaan keluarganya tentu merasa apa yang dilakukan Rama adalah sebuah kesalahan dan aib keluarga Dia tidak mau keluarganya tercoreng hanya karena kesalahan Rama.
"Polisi bilang hanya kesalahan, Pah. Lagian Rama tidak melakukan hal apapun selain menolong orang itu." Rama bersuara membela diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Pasti pembegal itu yg melaporkan,Karena gagal membegal jadi sakit hati..
2024-01-16
0