Bab 13

Rama memang sedang adu mulut dengan Papanya sampai ia lupa menghidupkan ponselnya.

Bruuum ... Bruuum ... Bruuuum ....

Suara motor ninja berwarna merah, warna kesukaan Rama begitu nyaring di telinga. Dengan rasa kesal yang Rama rasakan, Rama menyalakan kendaraan kesayangan dan membunyikannya sangat keras. Ingin sekali ia berteriak dan berkata, "Tuhan, apa salah kalau gue di lahirkan? Mengapa bokap gue tidak pernah bisa menghargai sedikit saja usaha yang gue lakukan?" begitu perkataan yang selalu ingin Rama tanyakan.

Kadang ia juga bingung apakah dirinya ini anak kandung atau hanya anak pungut? Setiap hari selalu saja di bandingkan oleh orangtuanya.

Buummm.. buummm.. buummm...

Rama semakin keras membunyikan motornya.

"Berisik!" Pekik seseorang mematikan kunci mesinnya mobilnya. Lalu, orang itu keluar mobil. "Lo itu bisa tidak sih jangan membunyikan motornya? Ini siang hari, Rama. Pusing gue denger motor lo ini, bukannya makin lembut suaranya malah makin bising. Lo gak mikir tetangga bakalan kebisingan gara-gara motor lo ini?" Gilang, anak pertama Restu mengomel karena merasa motor Rama berisik di siang bolong gini.

Rama mendelik jengah, "bukan urusan lo. Mending lo urus saja bokap lo itu! Gue pusing terus di ceramahin dia dan gue malas setiap hari harus dibandingkan dengan lo. Kayak kagak punya kerjaan lain selain bandingkan gue sama elo." Rama mendengus.

"Emang gue mau di bandingkan sama bocah macam lo? Gue juga ogah kali, Ram. Gue menang jauh dari segalanya daripada lo yang hanya anak ingusan saja," balas Gilang tersenyum sinis.

Rama pun menaiki motornya, ia memakai helm yang juga warnanya sama dengan motor kesayangan dia, si merah. "Ya, gue memang anak ingusan kemaren sore."

"Ada apalagi sih? Lo bertengkar dengan Papa? Sudah gue bilang turuti saja perkataan Papa. Belajar yang benar dan jangan buat onar!" Gilang lebih meredam emosi kala ia menyadari perkataannya yang barusan cukup keterlaluan pada adiknya.

Dia, Gilang Restu Al-kahfi Kakak yang seringkali menjadi bahan perbandingan dengan Rama dan sering di banggakan oleh papanya. Tidak adil bukan?

Rama menyalakan motornya dan mulai mengoper gigi motor. "Gue sudah belajar, tapi Papa tidak pernah melihat kesungguhan gue. GUE CAPEK TERUS BEGINI. mending gue jadi berandalan sekalian," ucap Rama langsung memajukan motornya.

Bruuuum ....

Dan Rama langsung menjalankan motornya meninggalkan pekarangan rumah.

*****

Pov Rama

Sepanjang motor membelah jalanan, aku terus memikirkan kejadian tadi. Ada rasa menyesal ketika aku melawan Papa. Tapi, rasa kesal karena terus di bandingkan pun masih aku rasakan. Papa tidak pernah tahu bagaimana rasanya dibanding-bandingkan.

Papa tidak pernah memikirkan bagaimana perasaanku yang selalu saja diketahui bodoh. Aku akui jika aku memang bodoh, otaku tidak sepintar Gilang, kakakku. Otakku hanya di bawah rata-rata dan juga tidak secerdas keluargaku yang memang semuanya memiliki otak pintar. Dari kecil Gilang selalu unggul dalam segala hal, tapi tidak dalam kegiatan olah raga.

Tapi apa papaku sadar kalau aku selama ini selalu berusaha keras belajar agar mendapatkan nilai terbaik dan bisa membanggakan ayah? Tapi papaku tak sedikitpun menghargai itu, yang Papa inginkan adalah nilai sempurna, dan aku harus seperti Gilang. Ya Gilang, anak pertama dari pernikahan ayah dan mama.

Bicara soal Mama, Mama ku sudah tiada sejak aku mulai duduk di bangku sekolah menengah pertama. Pada hari itu, Mama akan melahirkan adikku dan Gilang. Namun, kendaraan yang di tumpangi Papa dan mama mengalami kecelakaan saat menuju rumah sakit. mobil mereka tertabrak oleh truk ugal-ugalan. Dari kecelakaan itu, mama dan calon adikku tidak terselamatkan.

Ramadhan Restu Al-kahfi, itu nama lengkap ku. Aku terkenal dengan kebandelan ku, ya bandel semacam bolos sekolah, sering membuat kerusuhan di sekolahnya, dan juga pernah ikut tawuran. Dan mengenai namaku yang awalan Ramadhan karena memang aku lahir di bulan Ramadhan tanggal 15 Ramadhan. Jadi, mamaku memilih nama itu. Restu sendiri nama ayahku, dan Al-kahfi adalah nama belakang ayahku dan sekaligus nama kakekku.

Di usia ku yang baru menginjak 19 tahun, aku baru mau masuk kelas 12. Sedangkan rekanku dulu sudah ada yang sudah masuk kuliah. Kenapa begitu? Karena aku sering berpindah-pindah tempat sekolah dan sering membuat ulah, sehingga aku sempat berhenti sekolah saat aku mau kelas 2 smp. Ini adalah sekolah ke 3 ku setelah di keluarkan dari sekolah.

Kadang aku sering bertanya kepada Allah dzat pemilik alam. Kenapa aku harus di lahirkan di tengah-tengah keluarga pintar semuanya? Kenapa hidupku begini dan seringkali mendapatkan perlakukan kurang mengenakkan. Dari kecil, aku dan Gilang selalu jadi bahan perbandingan oleh papa. Dan dari kecil, aku selalu di marahi ayah hanya karena masalah kecil.

Dan hari ini, hari kenaikan kelas untukku. Meskipun aku naik kelas dengan nilai C hampir semuanya, tapi papa merasa itu kekuranganku. Papa tidak terima itu semua dan malah menanyakan aku ini anak siapa. Jujur, hatiku sakit ketika papa bertanya seperti itu, seolah ayah mengatakan kalau aku ini bukan anak mereka.

Sebenarnya apa salah ku sehingga ayah begitu ingin yang sempurna? Apa mereka di luaran sana merasakan apa yang aku rasakan? Dibandingkan dengan siapa saja, ya, siapapun itu karena merasa mereka paling bagus versinya.

Apa mereka juga sering kesal dan sakit hati ketika kita di bandingkan? Lalu, apa salah jika otak kita tidak terlahir pintar? Apa salah kalau setiap anak memiliki kecerdasannya masing-masing dan tidak harus mengikuti setiap kemauan orangtuanya. Aku bertanya-tanya akan hal itu.

Jujur, ingin rasanya aku teriak dan bilang, "Tuhan, aku ini manusia biasa yang memiliki batas mampu menahan sabar. Kenapa takdir ini engkau memberikan padaku?" itu pertanyaan yang seringkali aku tanyakan dalam hatiku. Dan, bolehkan aku iri kepada mereka yang terlihat hidupnya baik-baik saja? Bolehkah aku juga menginginkan sebuah keluarga yang saling melengkapi tanpa harus ini harus gitu, gak boleh ini gak boleh gitu?

Sulit, sulit diungkapkan dan tidak bisa di jelaskan. Karena aku tidak ingin mendengar papa marah-marah lagi, lebih baik aku pergi ke rumah teman-teman ku. Di sinilah saat ini aku berada, jalanan yang ku lewati menuju rumah Deni. Aku pun menambahkan laju kendaraan ku dan meluncur bebas melewati setiap penghuni jalan. Pikiran yang kacau sedikit membuatku nekat menjalankan motor cukup kencang.

Ingin rasanya aku pergi menjauh dari dunia ini, tapi sayangnya tidak bisa karena gue belum siap mati. Di tambah, sekarang hidup gue sudah tidak lagi sendiri, ada istri yang mungkin akan menjadi tanggung jawabku meski istri rahasia. Sungguh kehidupan yang ku jalani terasa berbeda, penuh liku dan tantangan.

Pandangan ku mulai buram menahan emosi, dan hampir saja aku menabrak seekor kucing yang lewat di hadapan ku.

Ckiiit!!

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Nah kan 19 tahun umurnya bukan 17..Mulai sekarang kamu harus berubah Rama,Ingat kamu sudah ada tanggungjawab sekarang,Walaupun pernikahan siri,Bukan kah kamu bilang ingin menikah sekali seumur hidup,Apa kamu udah ngasih nafkah ke Naina??

2024-01-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 - Kita Putus
26 Bab 26 - Kesedihan Alina
27 Bab 27 - Rumah Aki
28 Bab 28 - Kegiatan Naina
29 Bab 29 - Kamu!
30 Bab 30
31 Bab 31 - Mario!!
32 Bab 32 - Lo Lagi!
33 Bab 33 - Mengganti
34 Bab 34 - Membuntuti
35 Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36 Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37 Bab 37 - Keterkejutan Devano
38 Bab 38 - Bantuan Rama
39 Bab 39 - Salah Sangka
40 Bab 40 - Minta Hak
41 Bab 41 - Tidur Bareng
42 Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43 Bab 43 - Kepergok
44 Bab 44 - Jauhi Putriku!
45 Bab 45 - Si Jalu
46 Bab 46 - Mencari
47 Bab 47 - Cekcok
48 Bab 48 - Pertanyaan Rama
49 Bab 49 - Makan Bersama
50 Bab 50 - Ketahuan
51 Bab 51 - Restu Erna
52 Bab 52 - Kembali ke Kota
53 Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54 Bab 54 - Ajakan menginap
55 Bab 55 - Masuk sekolah
56 Bab 56 - Godaan Rama
57 Bab 57 - Sikap Rama
58 Bab 58 - Kecurigaan Alina
59 Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60 Bab 60 - Permintaan Alina
61 Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62 Bab 62 - Ungkapan Naina
63 Bab 63 - Menginap
64 Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65 Bab 65 - Kemana Naina?
66 Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67 Bab 67 - Melarikan Diri
68 Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69 Bab 69 - Meminta persetujuan
70 Bab 70 - Persiapan Nikah
71 Bab 71 - Pernikahan
72 Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73 Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74 Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75 Bab 75 - Malu-malu
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79 Bab 79 - Sisi Lain Rama
80 Bab 80 - Pujian dari Rama
81 Bab 81 - Sebuah tuduhan
82 Bab 82 - Di Pecat
83 Bab 83 - Sebuah Saran
84 Bab 84 - Salah paham
85 Bab 85 - Meminta Bantuan
86 Bab 86 - Sebuah Rencana
87 Bab 87 - Kemarahan Rama
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94 - End
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 - Kita Putus
26
Bab 26 - Kesedihan Alina
27
Bab 27 - Rumah Aki
28
Bab 28 - Kegiatan Naina
29
Bab 29 - Kamu!
30
Bab 30
31
Bab 31 - Mario!!
32
Bab 32 - Lo Lagi!
33
Bab 33 - Mengganti
34
Bab 34 - Membuntuti
35
Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36
Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37
Bab 37 - Keterkejutan Devano
38
Bab 38 - Bantuan Rama
39
Bab 39 - Salah Sangka
40
Bab 40 - Minta Hak
41
Bab 41 - Tidur Bareng
42
Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43
Bab 43 - Kepergok
44
Bab 44 - Jauhi Putriku!
45
Bab 45 - Si Jalu
46
Bab 46 - Mencari
47
Bab 47 - Cekcok
48
Bab 48 - Pertanyaan Rama
49
Bab 49 - Makan Bersama
50
Bab 50 - Ketahuan
51
Bab 51 - Restu Erna
52
Bab 52 - Kembali ke Kota
53
Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54
Bab 54 - Ajakan menginap
55
Bab 55 - Masuk sekolah
56
Bab 56 - Godaan Rama
57
Bab 57 - Sikap Rama
58
Bab 58 - Kecurigaan Alina
59
Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60
Bab 60 - Permintaan Alina
61
Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62
Bab 62 - Ungkapan Naina
63
Bab 63 - Menginap
64
Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65
Bab 65 - Kemana Naina?
66
Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67
Bab 67 - Melarikan Diri
68
Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69
Bab 69 - Meminta persetujuan
70
Bab 70 - Persiapan Nikah
71
Bab 71 - Pernikahan
72
Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73
Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74
Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75
Bab 75 - Malu-malu
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79
Bab 79 - Sisi Lain Rama
80
Bab 80 - Pujian dari Rama
81
Bab 81 - Sebuah tuduhan
82
Bab 82 - Di Pecat
83
Bab 83 - Sebuah Saran
84
Bab 84 - Salah paham
85
Bab 85 - Meminta Bantuan
86
Bab 86 - Sebuah Rencana
87
Bab 87 - Kemarahan Rama
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94 - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!