"Kak Naina, mending lo pergi saja dari sini! Cepetan! Gue tidak ingin lo kenapa-kenapa Kak, mending lo buruan pergi! Biar gue yang ngurus mereka semuanya! Gue tidak akan bisa memaafkan diri gue sendiri kalau lo kenapa-kenapa, lo itu kakaknya Alina." Rama lebih mengkhawatirkan keselamatan Naina dibandingkan dirinya sendiri. Dia tidak ingin Naina terluka karena Rama berpikir wanita harus di lindungi dan ia tidak boleh membiarkan Naina di sakiti. Sekarang hanya dirinya yang sedang berjuang melindungi Naina dari orang-orang yang sedang menghadang keduanya.
"Tidak Rama, gue tidak mau pergi tanpa lo, gue tidak mungkin ninggalin lo sendirian dalam keadaan begini. Sekarang kita lari saja dari mereka, ayo Rama. Kita lari dari sini!" Naina tidak ingin pergi seperti pecundang di saat Rama malah berjuang. Naina tidak mungkin meninggalkan Rama seorang diri dan yang ada pikirannya adalah mereka berdua harus selamat dari para perampok dan bisa pulang dalam keadaan selamat.
"Bagaimana bos, apa kita akan merampok anak kecil ini?" salah satu dari mereka ada yang kasihan melihat Rama dan Naina.
"Tangkap wanita itu lalu kita habisi mereka!" ucap bosnya. Kemudian dua orang menyerang Rama dan dua orang lagi menyerang Naina.
"Jangan pernah sekalipun kalian menyentuh dia!" sentak Rama menghalangi, tapi keempat pria itu tidak merasa takut.
"Diam kau anak kecil! Bocah ingusan seperti mu tidak akan mampu menghalangi kita."
"Gue bukan anak kecil, Bang. Lo jual gue beli. Lo menghadang gue hadapi. Gue tidak akan takut pada kalian semua!" ujar Rama serius sambil berdiri dengan sorot mata yang tajam.
"Rama gue takut!" lirih Naina menggenggam tangan Rama.
"Baiklah, jika itu mau lo kita habisi mereka! Cepat habisi dan ambil mobilnya!" sentak Bos memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Rama dan Naina tanpa ampun.
"Ok, gue tidak takut dan kita lihat siapa yang menang," ujar Rama terdengar dingin.
Sang penyerang terus menyerang Rama penuh emosi. Mereka mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melawan Rama. Satu lawan tiga dengan bosnya secara langsung yang sedang melawan Rama.
Di saat itu pula anak buah yang lain menarik Naina.
"Ikut kita!"
"Tidak mau! Gue tidak mau ikut kalian! Lepaskan!" pekik Naina memberontak kala dia preman menariknya.
Sebuah pukulan kencang mendarat di pipi Rama dan terjangan pun mendarat di perut Rama sampai membuatnya tersungkur. Rama meringis saat memegang sudut bibirnya, ia mengusap darahnya dengan ibu jari. Satu orang lawan tiga nyatanya bukanlah lawan sebanding. Namun, Rama berusaha untuk melawannya demi bisa melindungi Naina.
"Rama, tolongin gue!" Naina menangis ketakutan kala para pria itu menyeretnya.
"Brengsek! Lepaskan dia!" Rama kembali bangkit dan melawan. Setelah berhasil melumpuhkan dua orang, Rama beralih mengejar Naina dan menerjang pria yang hendak melecehkannya.
Bug!
"Beraninya kau sama perempuan! Baji ngan!"
Bug.. bug ..
Namun, keempat orang itu tidaklah menyerah, mereka kembali berjuang menghajar Rama dan Rama kembali jatuh tersungkur.
"Rama!" pekik Naina berlari menghampiri Rama dan ia memegang pipi Rama yang sudah bonyok dan mengeluarkan darah.
"Rama lo terluka, ayo kita pergi. Harta bisa di cari, Ram. Gue takut di sini, gue tidak mau mereka .. mereka .." Naina tidak sanggup berkata lagi, ia takut para pria itu kembali melecehkannya. Naina terisak penuh ke khawatiran sambil melihat setiap luka di wajah Rama dengan tatapan mata yang memelas.
"Gue tidak apa-apa kak, lo harus pergi dan cari bantuan! Buruan pergi!" Rama malah mengusir Naina, dia sedikit mendorong tubuh Naina menyuruhnya pergi.
"Gue tidak akan pergi tanpa lo, Rama. Ayo kita lari bersama! Mereka akan terus mengejar kita sampai mendapatkan apa yang mereka inginkan. Lebih baik kita pergi selamatkan diri!" Naina tidak peduli dengan barang-barang, dia hanya ingin mereka selamat. "Gue mohon ayo pergi, gue takut, Rama," lirihnya memelas berharap Rama kabur bersama dia.
"Habisi mereka!"
Di saat semua perampok hendak menghajar Rama, dia menggenggam tangan Naina kemudian lari dari sana tanpa memperdulikan kendaraan dan yang lainnya. Rama lebih mengkhawatirkan Naina dan takut jika mereka menyakiti Naina. Baginya keselamatan Naina hal yang utama dibandingkan dirinya sendiri.
Rama membawa Naina lari masuk ke arah perkebunan bagian dalam sehingga penglihatan terlihat gelap akibat tumbuhan pisang, singkong, dan aneka macam tanaman karena tempat yang mereka lewati dekat dengan gunung alias kebun di pinggiran gunung. Maklum, namanya juga perkampungan.
"Rama kita mau kemana? Ini mah perkebunan milik warga. Gue takut, Rama. Cari tempat yang aman jangan ke kebun." Naina celingukan melihat sekitar yang ternyata berada di perkebunan yang cukup gelap.
"Hanya kesini jalan keluar untuk menghindari kejaran mereka semuanya. Emangnya lo mau mereka menyakitimu? Gue sih mungkin saja bisa bela diri, tapi Lo? Gue tidak mungkin membiarkan lo terluka hanya karena bodoh tidak mau lari cari bantuan." Rama menggandeng tangan Naina sembari sedikit berlari menjauhi kejaran orang-orang rampok.
"Tapi kita larinya ke kebun. Ini sudah malam dan gue takut ada hantu atau hewan buas. Nanti kita tersesat, bagaimana Rama? Gue takut hal itu," ucap Naina sambil mengeratkan genggaman tangannya saking takut berada di bawah temaram sinar bulan.
"Bodoh, mana ada hantu di zaman sekarang. Lagian ini juga kebun, bukan hutan."
"Kenapa kita tidak lari ke arah pemukiman warga, Rama? Kenapa harus ke kebun segala?"
"Saking paniknya Gue lupa pada pemikiran itu. Terpenting sekarang kita selamat, Kak. Ayo," kata Rama sambil terus menggandeng tangan Alina.
"Cepat cari mereka berdiri! Jangan biarkan mereka lolos dan melaporkan kita ke polisi!" suara para perampok masih terdengar mengikuti.
"Kita harus menghindar dari mereka! Semakin dalam semakin gelap, semakin minim pencahayaan," kata Rama dan ia terus mendengarkan suara para perampok yang mulai tidak kedengaran lagi.
"Bagaimana, apa kalian menemukan?" ujar bos perampok.
"Belum Bos, tempat ini gelap banyak tumbuhan pohon."
"Sial, tapi kita tidak boleh nyerah, kunci mobilnya masih ada di anak itu. Buruan cari!"
"Baik, Bos."
"Kau dengar Kak, mereka masih mengejar kita. Ayo kita lari demi keselamatan lo sendiri."
"Gue takut, Rama." Naina memeluk erat lengan Rama dan menelusupkan wajahnya ke lengan saking takut gelap.
"Gue lagi berusaha mencari jalan keluar." Rama merangkul pundak Naina dan mengusap punggung gadis itu untuk menenangkan. Dia sendiri juga tidak tahu di mana posisi mereka saat ini. Apalagi itu milik kebun orang yang tidak Rama kenali dan tidak tahu di mana posisinya sebab itu malam hari.
Rama mengambil ponselnya hendak menyalakan senter, tapi ponselnya mati. "Sial, ponselnya mati. Apa ponsel lo nyala Kak?"
Naina melihat tas yang ia bawa dan mengambil ponselnya. Namun, "Yah, Ram ponsel gue juga mati, gimana dong?" seketika mereka kembali panik berjalan di keheningan malam dan hanya ada suara jangkrik, kodok, dan binatang lainnya.
Rama menghela nafas berat, "ya sudah, kita jalan terus dan lo jangan jauh dari gue, Kak." Nana hanya mengangguk sebab ia tidak ingin terpisah karena takut. Meskipun mereka berada di perkebunan warga, tapi tempatnya terlihat kebun semua.
Di tengah jalan Naina mengeluh dan merasa lelah. Dia berjongkok sebentar. "Istirahat dulu, gue capek banget." Rama pun mengangguk dan ikut berjongkok di samping Rama sambil mata menatap sekitar.
"Kapan kita menemukan jalan keluarnya? Gue takut di kebun ini ada mahluk halus," lirih Naina.
"Gue juga tidak tahu, tapi gue yakin pasti jalannya akan ketemu." Untuk sesaat mereka terdiam di bawah langit malam di temani cahaya bulan.
Naina merasa lelah, perlahan matanya terpejam dan tanpa sadar memeluk perut Rama mencari kehangatan. Karena lelah, mereka malah berteduh di salah satu kebun milik warga.
"Sial banget hari ini. Kenapa sampai ada begal segala di kampung sini. Mana jarak rumah ke sini cukup jauh lagi. Apes banget." Rama menghela nafas berat.
Mata Rama terus memperhatikan sekitarnya hingga ia melihat sebuah gubuk di tengah perkebunan. "Ada gubuk. Kak ada tempat berteduh."
Rama menunduk, "Kak lo ..." ia terdiam kala melihat Naina terlelap dan baru menyadari jika gadis itu memeluknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Naina keras kepala,Yang kamu masih di sana Rama yg susah berusaha nyelamatin kamu,Mending pergi cari pertolongan,Lama2 aku kesel dgn Naina..🤦🤦
2024-01-16
0