Bab 3

"Kak Naina, mending lo pergi saja dari sini! Cepetan! Gue tidak ingin lo kenapa-kenapa Kak, mending lo buruan pergi! Biar gue yang ngurus mereka semuanya! Gue tidak akan bisa memaafkan diri gue sendiri kalau lo kenapa-kenapa, lo itu kakaknya Alina." Rama lebih mengkhawatirkan keselamatan Naina dibandingkan dirinya sendiri. Dia tidak ingin Naina terluka karena Rama berpikir wanita harus di lindungi dan ia tidak boleh membiarkan Naina di sakiti. Sekarang hanya dirinya yang sedang berjuang melindungi Naina dari orang-orang yang sedang menghadang keduanya.

"Tidak Rama, gue tidak mau pergi tanpa lo, gue tidak mungkin ninggalin lo sendirian dalam keadaan begini. Sekarang kita lari saja dari mereka, ayo Rama. Kita lari dari sini!" Naina tidak ingin pergi seperti pecundang di saat Rama malah berjuang. Naina tidak mungkin meninggalkan Rama seorang diri dan yang ada pikirannya adalah mereka berdua harus selamat dari para perampok dan bisa pulang dalam keadaan selamat.

"Bagaimana bos, apa kita akan merampok anak kecil ini?" salah satu dari mereka ada yang kasihan melihat Rama dan Naina.

"Tangkap wanita itu lalu kita habisi mereka!" ucap bosnya. Kemudian dua orang menyerang Rama dan dua orang lagi menyerang Naina.

"Jangan pernah sekalipun kalian menyentuh dia!" sentak Rama menghalangi, tapi keempat pria itu tidak merasa takut.

"Diam kau anak kecil! Bocah ingusan seperti mu tidak akan mampu menghalangi kita."

"Gue bukan anak kecil, Bang. Lo jual gue beli. Lo menghadang gue hadapi. Gue tidak akan takut pada kalian semua!" ujar Rama serius sambil berdiri dengan sorot mata yang tajam.

"Rama gue takut!" lirih Naina menggenggam tangan Rama.

"Baiklah, jika itu mau lo kita habisi mereka! Cepat habisi dan ambil mobilnya!" sentak Bos memerintahkan anak buahnya untuk menyerang Rama dan Naina tanpa ampun.

"Ok, gue tidak takut dan kita lihat siapa yang menang," ujar Rama terdengar dingin.

Sang penyerang terus menyerang Rama penuh emosi. Mereka mengeluarkan seluruh tenaganya untuk melawan Rama. Satu lawan tiga dengan bosnya secara langsung yang sedang melawan Rama.

Di saat itu pula anak buah yang lain menarik Naina.

"Ikut kita!"

"Tidak mau! Gue tidak mau ikut kalian! Lepaskan!" pekik Naina memberontak kala dia preman menariknya.

Sebuah pukulan kencang mendarat di pipi Rama dan terjangan pun mendarat di perut Rama sampai membuatnya tersungkur. Rama meringis saat memegang sudut bibirnya, ia mengusap darahnya dengan ibu jari. Satu orang lawan tiga nyatanya bukanlah lawan sebanding. Namun, Rama berusaha untuk melawannya demi bisa melindungi Naina.

"Rama, tolongin gue!" Naina menangis ketakutan kala para pria itu menyeretnya.

"Brengsek! Lepaskan dia!" Rama kembali bangkit dan melawan. Setelah berhasil melumpuhkan dua orang, Rama beralih mengejar Naina dan menerjang pria yang hendak melecehkannya.

Bug!

"Beraninya kau sama perempuan! Baji ngan!"

Bug.. bug ..

Namun, keempat orang itu tidaklah menyerah, mereka kembali berjuang menghajar Rama dan Rama kembali jatuh tersungkur.

"Rama!" pekik Naina berlari menghampiri Rama dan ia memegang pipi Rama yang sudah bonyok dan mengeluarkan darah.

"Rama lo terluka, ayo kita pergi. Harta bisa di cari, Ram. Gue takut di sini, gue tidak mau mereka .. mereka .." Naina tidak sanggup berkata lagi, ia takut para pria itu kembali melecehkannya. Naina terisak penuh ke khawatiran sambil melihat setiap luka di wajah Rama dengan tatapan mata yang memelas.

"Gue tidak apa-apa kak, lo harus pergi dan cari bantuan! Buruan pergi!" Rama malah mengusir Naina, dia sedikit mendorong tubuh Naina menyuruhnya pergi.

"Gue tidak akan pergi tanpa lo, Rama. Ayo kita lari bersama! Mereka akan terus mengejar kita sampai mendapatkan apa yang mereka inginkan. Lebih baik kita pergi selamatkan diri!" Naina tidak peduli dengan barang-barang, dia hanya ingin mereka selamat. "Gue mohon ayo pergi, gue takut, Rama," lirihnya memelas berharap Rama kabur bersama dia.

"Habisi mereka!"

Di saat semua perampok hendak menghajar Rama, dia menggenggam tangan Naina kemudian lari dari sana tanpa memperdulikan kendaraan dan yang lainnya. Rama lebih mengkhawatirkan Naina dan takut jika mereka menyakiti Naina. Baginya keselamatan Naina hal yang utama dibandingkan dirinya sendiri.

Rama membawa Naina lari masuk ke arah perkebunan bagian dalam sehingga penglihatan terlihat gelap akibat tumbuhan pisang, singkong, dan aneka macam tanaman karena tempat yang mereka lewati dekat dengan gunung alias kebun di pinggiran gunung. Maklum, namanya juga perkampungan.

"Rama kita mau kemana? Ini mah perkebunan milik warga. Gue takut, Rama. Cari tempat yang aman jangan ke kebun." Naina celingukan melihat sekitar yang ternyata berada di perkebunan yang cukup gelap.

"Hanya kesini jalan keluar untuk menghindari kejaran mereka semuanya. Emangnya lo mau mereka menyakitimu? Gue sih mungkin saja bisa bela diri, tapi Lo? Gue tidak mungkin membiarkan lo terluka hanya karena bodoh tidak mau lari cari bantuan." Rama menggandeng tangan Naina sembari sedikit berlari menjauhi kejaran orang-orang rampok.

"Tapi kita larinya ke kebun. Ini sudah malam dan gue takut ada hantu atau hewan buas. Nanti kita tersesat, bagaimana Rama? Gue takut hal itu," ucap Naina sambil mengeratkan genggaman tangannya saking takut berada di bawah temaram sinar bulan.

"Bodoh, mana ada hantu di zaman sekarang. Lagian ini juga kebun, bukan hutan."

"Kenapa kita tidak lari ke arah pemukiman warga, Rama? Kenapa harus ke kebun segala?"

"Saking paniknya Gue lupa pada pemikiran itu. Terpenting sekarang kita selamat, Kak. Ayo," kata Rama sambil terus menggandeng tangan Alina.

"Cepat cari mereka berdiri! Jangan biarkan mereka lolos dan melaporkan kita ke polisi!" suara para perampok masih terdengar mengikuti.

"Kita harus menghindar dari mereka! Semakin dalam semakin gelap, semakin minim pencahayaan," kata Rama dan ia terus mendengarkan suara para perampok yang mulai tidak kedengaran lagi.

"Bagaimana, apa kalian menemukan?" ujar bos perampok.

"Belum Bos, tempat ini gelap banyak tumbuhan pohon."

"Sial, tapi kita tidak boleh nyerah, kunci mobilnya masih ada di anak itu. Buruan cari!"

"Baik, Bos."

"Kau dengar Kak, mereka masih mengejar kita. Ayo kita lari demi keselamatan lo sendiri."

"Gue takut, Rama." Naina memeluk erat lengan Rama dan menelusupkan wajahnya ke lengan saking takut gelap.

"Gue lagi berusaha mencari jalan keluar." Rama merangkul pundak Naina dan mengusap punggung gadis itu untuk menenangkan. Dia sendiri juga tidak tahu di mana posisi mereka saat ini. Apalagi itu milik kebun orang yang tidak Rama kenali dan tidak tahu di mana posisinya sebab itu malam hari.

Rama mengambil ponselnya hendak menyalakan senter, tapi ponselnya mati. "Sial, ponselnya mati. Apa ponsel lo nyala Kak?"

Naina melihat tas yang ia bawa dan mengambil ponselnya. Namun, "Yah, Ram ponsel gue juga mati, gimana dong?" seketika mereka kembali panik berjalan di keheningan malam dan hanya ada suara jangkrik, kodok, dan binatang lainnya.

Rama menghela nafas berat, "ya sudah, kita jalan terus dan lo jangan jauh dari gue, Kak." Nana hanya mengangguk sebab ia tidak ingin terpisah karena takut. Meskipun mereka berada di perkebunan warga, tapi tempatnya terlihat kebun semua.

Di tengah jalan Naina mengeluh dan merasa lelah. Dia berjongkok sebentar. "Istirahat dulu, gue capek banget." Rama pun mengangguk dan ikut berjongkok di samping Rama sambil mata menatap sekitar.

"Kapan kita menemukan jalan keluarnya? Gue takut di kebun ini ada mahluk halus," lirih Naina.

"Gue juga tidak tahu, tapi gue yakin pasti jalannya akan ketemu." Untuk sesaat mereka terdiam di bawah langit malam di temani cahaya bulan.

Naina merasa lelah, perlahan matanya terpejam dan tanpa sadar memeluk perut Rama mencari kehangatan. Karena lelah, mereka malah berteduh di salah satu kebun milik warga.

"Sial banget hari ini. Kenapa sampai ada begal segala di kampung sini. Mana jarak rumah ke sini cukup jauh lagi. Apes banget." Rama menghela nafas berat.

Mata Rama terus memperhatikan sekitarnya hingga ia melihat sebuah gubuk di tengah perkebunan. "Ada gubuk. Kak ada tempat berteduh."

Rama menunduk, "Kak lo ..." ia terdiam kala melihat Naina terlelap dan baru menyadari jika gadis itu memeluknya.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Naina keras kepala,Yang kamu masih di sana Rama yg susah berusaha nyelamatin kamu,Mending pergi cari pertolongan,Lama2 aku kesel dgn Naina..🤦🤦

2024-01-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 - Kita Putus
26 Bab 26 - Kesedihan Alina
27 Bab 27 - Rumah Aki
28 Bab 28 - Kegiatan Naina
29 Bab 29 - Kamu!
30 Bab 30
31 Bab 31 - Mario!!
32 Bab 32 - Lo Lagi!
33 Bab 33 - Mengganti
34 Bab 34 - Membuntuti
35 Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36 Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37 Bab 37 - Keterkejutan Devano
38 Bab 38 - Bantuan Rama
39 Bab 39 - Salah Sangka
40 Bab 40 - Minta Hak
41 Bab 41 - Tidur Bareng
42 Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43 Bab 43 - Kepergok
44 Bab 44 - Jauhi Putriku!
45 Bab 45 - Si Jalu
46 Bab 46 - Mencari
47 Bab 47 - Cekcok
48 Bab 48 - Pertanyaan Rama
49 Bab 49 - Makan Bersama
50 Bab 50 - Ketahuan
51 Bab 51 - Restu Erna
52 Bab 52 - Kembali ke Kota
53 Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54 Bab 54 - Ajakan menginap
55 Bab 55 - Masuk sekolah
56 Bab 56 - Godaan Rama
57 Bab 57 - Sikap Rama
58 Bab 58 - Kecurigaan Alina
59 Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60 Bab 60 - Permintaan Alina
61 Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62 Bab 62 - Ungkapan Naina
63 Bab 63 - Menginap
64 Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65 Bab 65 - Kemana Naina?
66 Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67 Bab 67 - Melarikan Diri
68 Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69 Bab 69 - Meminta persetujuan
70 Bab 70 - Persiapan Nikah
71 Bab 71 - Pernikahan
72 Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73 Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74 Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75 Bab 75 - Malu-malu
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79 Bab 79 - Sisi Lain Rama
80 Bab 80 - Pujian dari Rama
81 Bab 81 - Sebuah tuduhan
82 Bab 82 - Di Pecat
83 Bab 83 - Sebuah Saran
84 Bab 84 - Salah paham
85 Bab 85 - Meminta Bantuan
86 Bab 86 - Sebuah Rencana
87 Bab 87 - Kemarahan Rama
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94 - End
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 - Kita Putus
26
Bab 26 - Kesedihan Alina
27
Bab 27 - Rumah Aki
28
Bab 28 - Kegiatan Naina
29
Bab 29 - Kamu!
30
Bab 30
31
Bab 31 - Mario!!
32
Bab 32 - Lo Lagi!
33
Bab 33 - Mengganti
34
Bab 34 - Membuntuti
35
Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36
Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37
Bab 37 - Keterkejutan Devano
38
Bab 38 - Bantuan Rama
39
Bab 39 - Salah Sangka
40
Bab 40 - Minta Hak
41
Bab 41 - Tidur Bareng
42
Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43
Bab 43 - Kepergok
44
Bab 44 - Jauhi Putriku!
45
Bab 45 - Si Jalu
46
Bab 46 - Mencari
47
Bab 47 - Cekcok
48
Bab 48 - Pertanyaan Rama
49
Bab 49 - Makan Bersama
50
Bab 50 - Ketahuan
51
Bab 51 - Restu Erna
52
Bab 52 - Kembali ke Kota
53
Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54
Bab 54 - Ajakan menginap
55
Bab 55 - Masuk sekolah
56
Bab 56 - Godaan Rama
57
Bab 57 - Sikap Rama
58
Bab 58 - Kecurigaan Alina
59
Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60
Bab 60 - Permintaan Alina
61
Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62
Bab 62 - Ungkapan Naina
63
Bab 63 - Menginap
64
Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65
Bab 65 - Kemana Naina?
66
Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67
Bab 67 - Melarikan Diri
68
Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69
Bab 69 - Meminta persetujuan
70
Bab 70 - Persiapan Nikah
71
Bab 71 - Pernikahan
72
Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73
Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74
Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75
Bab 75 - Malu-malu
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79
Bab 79 - Sisi Lain Rama
80
Bab 80 - Pujian dari Rama
81
Bab 81 - Sebuah tuduhan
82
Bab 82 - Di Pecat
83
Bab 83 - Sebuah Saran
84
Bab 84 - Salah paham
85
Bab 85 - Meminta Bantuan
86
Bab 86 - Sebuah Rencana
87
Bab 87 - Kemarahan Rama
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94 - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!