Bab 14

Hampir saja Rama menabrak seekor kucing. Untungnya ia masih bisa mengerem motornya sehingga Rama bisa menghindari kucing itu.

"Hampir saja aku menabrak makhluk Tuhan." Rama menghela nafas berat, ia mencari tempat istirahat dulu untuk meredakan emosinya yang dari tadi menguasai

Mungkin ini cara Tuhan menyelamatkan Rama dari bahaya menyetir ketika ia sedang melamun.

Rama membeli minuman dulu, duduk dulu, dan juga istirahat dulu di warung. Lalu ia mengambil ponselnya dari saku dan menyalakan ponselnya.

"Banyak banget panggilan dari Alina," paparnya ketika sudah menyalakan ponsel genggam miliknya. Namun, ada satu no yang tidak ia kenal.

"No siapa?" Lalu Rama me buka pesan yang di kirimkan dari orang itu.

( "Jika kamu sudah menyalakan ponsel kamu, tolong hubungi aku. Aku ingin bertemu kamu dan membicarakan sesuatu, ini penting. Dari Naina kakaknya Alina." )

Begitulah isi pesan dari no yang tidak di kenalnya.

"Jadi ini dari Kak Naina." Lalu Rama mengetik sesuatu.

( "Nanti gue hubungi lagi." ) Rama ingin bertemu dulu dengan teman-temannya. Hanya mereka yang bisa memahami keadaan dia saat ini.

*****

Rumah minimalis modern dengan cat warna abu dan putih, kini Rama sudah berada di depan rumah Deni.

Ting... tong....

Rama berdiri di depan pintu menunggu seseorang membuka pintunya. Dan tidak lama kemudian pintu pun terbuka. Nampak seorang wanita yang masih terlihat muda sedang dalam keadaan hamil membuka pintunya

"Assalamualaikum, siang, Tante. Deni nya ada?" tanya Rama tersenyum ramah kepada wanita yang sering kali ramah juga padanya. Dia juga tersenyum ramah.

"Eh, Nak Rama. Deni ada di dalam, biasa lagi main game. Katanya mau ke rumah kamu setelah selesai main. Mari masuk." Mamanya Deni mempersilahkan Rama masuk, dan Rama pun mengangguk sambil melangkah masuk setelah di persilahkan.

DENI PRATAMA, anak pertama dari pasangan Tante Jihan dan Om Arman. Deni adalah temanku dari SMP. Deni termasuk beruntung karena orang tuanya selalu mendukung apapun yang Deni lakukan. Dia tidak pernah mengalami semacam perbandingan karena Deni hanya anak pertama, dan adiknya pun belum lahir masih dalam kandungan.

"Kamu masuk saja ke kamarnya, ya."

"Baik, Tante." Dan Rama pun menaiki anak tangga berjalan menuju kamar Deni. Dia sudah sering banget keluar masuk rumah Deni.

*****

Ceklek.

Orang yang ada di dalam kamar menoleh ke arah pintu.

"Nah, kebetulan sekali orang yang kita bicarakan datang kemari. Panjang umurnya lo," ucap Deni yang sedang memegang stick game.

"Kita kira lo tidak akan datang kemari, Ram. Bagaimana keadaan bokap lo, gak ngomel-ngomel? Tapi gue gak yakin kalau dia gak ngomel tentang nilai lo yang banyak merah itu," timpal Heri kembali berfokus pada layar yang ada di hadapannya. Tangan Deni dan Heri begitu lincah memainkan stick game.

Rama masuk lalu menutup pintunya, lalu ia ikut duduk di dekat mereka. punggungnya ia sandarkan ke kasur, 1 kaki ditekuk, dan tangan kirinya berada di atas lutut.

"Seperti biasa, bokap gue marah-marah hanya karena nilai ku di bawah rata-rata. Mana bokap terus membandingkan gue dengan Gilang, sungguh menyebalkan. Malas dengar ocehan bokap ya jadinya gue kesini, deh."

"Lo yang sabar, Ram. Terkadang sulit bagi kita mengikuti kemauan orang tua. Tapi, kita juga tidak boleh terlalu marah sama orangtua meski terkadang tindakan mereka ada yang keterlaluan," ucap Heri menasehati Rama.

RIAN RIANTO, dia temanku yang paling benar, benar dalam kata perkataannya selalu dewasa. Heri juga teman ku sejak aku SMP. Aku Deni dan Rian satu frekuensi, suka main game, suka dengan dunia berbau otomotif, dan tentunya kami kompak. Ya, itu menurutku.

"Gue tahu lo sering banget dapat masalah dalam keluarga, tapi jangan merasa sendiri. Ada gue, ada Rian, ada orangtua gue yang juga bisa menjadi tempat lo mengadu selain kepada Allah. Kita akan selalu berusaha ada buat lo dalam setiap suka maupun duka." Kali ini Deni yang berkata, malah dia membiarkan permainannya di kalah kan oleh Rian hanya demi mencoba menghibur Rama yang sedang kesal sering di bandingkan.

Rama tentunya terharu bisa mengenal mereka berdua. Persahabatan mereka sudah terjalin cukup lama. Sudah tahu karakter masing-masing, dan juga sudah tahu kekurangan serta kelebihan masing-masing.

"Thanks Bro, kalian memang yang terbaik. Gue sayang kalian."

"Gue enggak, enak saja jeruk makan jeruk, ihhh, gak level lah, emangnya gue cowok apaan?" seru Deni bergidik ngeri.

"Siapa juga yang sayang sama lo, ogah." Balas Rama mencebik kesal.

"Lah, situ yang bilang barusan. Katanya sayang kita, tapi kita enggak," timpal Rian

"Ck." Rama mencebik.

Drrrtt ... drrrtt ....

Hp Rama bergetar, Rama pun menerima panggilan itu. "Iya halo, Bang."

"Halo, Ram. Sudah siap turun ke arena belum?" tanya orang yang ada di sebrang telpon.

"Siap dong, Bang. Tapi kapan lo akan melatih gue nya? Perasaan lo yang sibuk terus, deh. Mumpung ada waktu libur, nih."

"Hahaha, Sorry. Gue ada kesibukan pribadi, jadi jarang melatih anak-anak," timpal orang yang ada di sebrang telpon.

"Ok, Bang, tapi malam ini bisa gak? Gue lagi ingin tes adrenalin, nih." tanya Rama, Deni dan Heri mendengarkan. Mereka sudah tahu siapa yang sedang bicara dengan Rama

"Siap, Bos. Tapi nanti jangan lupa transferannya, ya."

"Ck, rupanya nelpon gue ada maunya Lo, Bang. Ok, siap, tenang soal itumah. Gue bakalan transfer di muka sesuai bayaran yang di janjikan."

"Ya elah, jangan di muka, masuk rekening saja. Di muka mah entar lo malah lempar muka gue pake duit."

"Hahaha, bisa aja lo, Bang. Malam ini gue kesana."

"Siap, Bos. Gue tunggu."

Dan sambungan teleponnya terputus.

"Jadi lo mau balapan?" tanya Deni.

"Jadi, malam ini mau latihan dan besok malam gue tanding," balas Rama sambil memasukkan telponnya kedalam saku celananya.

Orang yang tadi nelpon Rama adalah pelatih dia dan anak-anak. Mereka memiliki satu komunitas motor yang memang bergerak di bidang balapan. Tapi tenang saja, balapan yang Rama tekuni sudah ada label resmi. Jadi tidak akan di tangkap polisi ataupun bermasalah.

Akan tetapi, orangtuanya Rama tidaklah tahu jika Rama ikutan turnamen lomba balapan seusianya. Yang ayahnya tahu, Rama sering sekali balapan yang membuat resah orang-orang. Orangtuanya Rama tidak ingin tahu mengenai pasti apa yang di tekuni anaknya. Tapi tidak dengan orangtuanya Deni dan Rian orangtuanya mereka menyetujui serta mendukung Rama

"Kalian mau ikut?" tanya Rama.

"Pastinya lah, gue 'kan pendukung lo." balas Rian tentu akan menjadi pendukung sahabatnya.

"Tentu pasti, kita 'kan satu server. Dimana ada Rama, di situ Rian dan Deni berada."

"Gue pegang omongan lo," kata Rama.

"Sahabat selamanya," ucap mereka bersamaan.

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Biasanya di novel2 lain yg sudah ku baca,Anak yg slalu dibangga2 kan,Anak itulah nantinya yg bikin ulah dan bikin malu keluarga dan ortu,Dan anak yg di banding2 kan malah anak itulah yg akan membangga kan ortu dan kluarga..

2024-01-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 - Kita Putus
26 Bab 26 - Kesedihan Alina
27 Bab 27 - Rumah Aki
28 Bab 28 - Kegiatan Naina
29 Bab 29 - Kamu!
30 Bab 30
31 Bab 31 - Mario!!
32 Bab 32 - Lo Lagi!
33 Bab 33 - Mengganti
34 Bab 34 - Membuntuti
35 Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36 Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37 Bab 37 - Keterkejutan Devano
38 Bab 38 - Bantuan Rama
39 Bab 39 - Salah Sangka
40 Bab 40 - Minta Hak
41 Bab 41 - Tidur Bareng
42 Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43 Bab 43 - Kepergok
44 Bab 44 - Jauhi Putriku!
45 Bab 45 - Si Jalu
46 Bab 46 - Mencari
47 Bab 47 - Cekcok
48 Bab 48 - Pertanyaan Rama
49 Bab 49 - Makan Bersama
50 Bab 50 - Ketahuan
51 Bab 51 - Restu Erna
52 Bab 52 - Kembali ke Kota
53 Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54 Bab 54 - Ajakan menginap
55 Bab 55 - Masuk sekolah
56 Bab 56 - Godaan Rama
57 Bab 57 - Sikap Rama
58 Bab 58 - Kecurigaan Alina
59 Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60 Bab 60 - Permintaan Alina
61 Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62 Bab 62 - Ungkapan Naina
63 Bab 63 - Menginap
64 Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65 Bab 65 - Kemana Naina?
66 Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67 Bab 67 - Melarikan Diri
68 Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69 Bab 69 - Meminta persetujuan
70 Bab 70 - Persiapan Nikah
71 Bab 71 - Pernikahan
72 Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73 Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74 Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75 Bab 75 - Malu-malu
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79 Bab 79 - Sisi Lain Rama
80 Bab 80 - Pujian dari Rama
81 Bab 81 - Sebuah tuduhan
82 Bab 82 - Di Pecat
83 Bab 83 - Sebuah Saran
84 Bab 84 - Salah paham
85 Bab 85 - Meminta Bantuan
86 Bab 86 - Sebuah Rencana
87 Bab 87 - Kemarahan Rama
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94 - End
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 - Kita Putus
26
Bab 26 - Kesedihan Alina
27
Bab 27 - Rumah Aki
28
Bab 28 - Kegiatan Naina
29
Bab 29 - Kamu!
30
Bab 30
31
Bab 31 - Mario!!
32
Bab 32 - Lo Lagi!
33
Bab 33 - Mengganti
34
Bab 34 - Membuntuti
35
Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36
Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37
Bab 37 - Keterkejutan Devano
38
Bab 38 - Bantuan Rama
39
Bab 39 - Salah Sangka
40
Bab 40 - Minta Hak
41
Bab 41 - Tidur Bareng
42
Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43
Bab 43 - Kepergok
44
Bab 44 - Jauhi Putriku!
45
Bab 45 - Si Jalu
46
Bab 46 - Mencari
47
Bab 47 - Cekcok
48
Bab 48 - Pertanyaan Rama
49
Bab 49 - Makan Bersama
50
Bab 50 - Ketahuan
51
Bab 51 - Restu Erna
52
Bab 52 - Kembali ke Kota
53
Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54
Bab 54 - Ajakan menginap
55
Bab 55 - Masuk sekolah
56
Bab 56 - Godaan Rama
57
Bab 57 - Sikap Rama
58
Bab 58 - Kecurigaan Alina
59
Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60
Bab 60 - Permintaan Alina
61
Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62
Bab 62 - Ungkapan Naina
63
Bab 63 - Menginap
64
Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65
Bab 65 - Kemana Naina?
66
Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67
Bab 67 - Melarikan Diri
68
Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69
Bab 69 - Meminta persetujuan
70
Bab 70 - Persiapan Nikah
71
Bab 71 - Pernikahan
72
Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73
Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74
Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75
Bab 75 - Malu-malu
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79
Bab 79 - Sisi Lain Rama
80
Bab 80 - Pujian dari Rama
81
Bab 81 - Sebuah tuduhan
82
Bab 82 - Di Pecat
83
Bab 83 - Sebuah Saran
84
Bab 84 - Salah paham
85
Bab 85 - Meminta Bantuan
86
Bab 86 - Sebuah Rencana
87
Bab 87 - Kemarahan Rama
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94 - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!