Bab 12

"Kira-kira orangtuanya Rama bakalan ngelakuin apa ya sama Rama? Aku khawatir banget sama dia," lirih Alina terus memikirkan Rama sejak pulang dari sekolahnya.

"Semoga saja orangtuanya tidak berbuat hal yang membuat Rama sakit hati lagi. Tadi Mama sempat lihat wajah papanya Rama terlihat marah sekali, padahal menurut Mama Rama itu anaknya baik, mungkin karena kurang perhatian dari orangtuanya jadi sedikit nakal." Kania juga melihat bagaimana papanya Rama membentak Rama di hadapan semua orang, ia ikut sakit melihat Rama di perlakukan kurang baik.

"Aamiin, itu juga harapan Alina Mah. Kasihan Rama seperti tidak di sayangi oleh papanya."

"Kita doakan yang terbaik buat Rama, dan kamu juga dukung penuh apa yang Rama lakukan selama dia berada di jalan-Nya."

"Pastinya Mah, Alina pasti akan mendukung semua yang Rama lakukan."

"Oh iya, kapan kamu akan belajar masak? Kamu harus bisa loh, baik bikin kue, masak makanan dan juga minimal pandai nasi gorenglah. Kan nanti kamu sendiri yang bakalan menikmati hasilnya jika nanti bisa, terus kalau punya suami juga harus pandai masak."

"Mah, Alina malas ah masak, ini bukan hal yang ingin Alina pelajari. Alina juga tahu kalau perempuan harus bisa masak, tapi tidak usah di paksakan juga kan?"

"Tapi sampai kapan kamu tidak mau belajar? Bukannya kamu sering memberikan makanan buat Rama? Nanti kalau Rama tahu kalau makanan itu bukan buatan kamu bagaimana?"

Alina yang tadinya fokus ke ponsel menoleh ke samping. "Mama tahu darimana kalau aku suka ngasih makanan ke Rama? Tahu darimana juga kalau masakan itu buatan kak Naina?" setahunya ia tidak pernah bilang apapun selain Naina yang tahu.

"Mama suka lihat kamu di dapur bersama kakak kamu. Naina masak dan kamu suka minta buat Rama, dan mama juga tahu kalau masakan itu kamu akui buatan kamu. Kamu anak mama jadi Mama bisa menebak apa yang kamu lakukan sayang."

Alina menggeser letak duduknya menjadi menghadap mamanya. "Mah, jangan beritahu soal ini sama Rama ya, aku tidak ingin bikin Rama kecewa."

"Kalau kamu tidak ingin bikin Rama kecewa, kamu belajar masak ya?"

Alina diam berpikir, sebenarnya ia paling malas berkutat di dapur, tapi demi Rama Alina menganggukkan kepalanya. "Baiklah, aku akan belajar dari Mama dan kak Naina demi Rama. Aku tidak ingin membuat Rama kecewa jika nanti ia tahu kalau aku bukanlah orang yang memasakkan dia makanan."

"Nah gitu dong, ini namanya anak mama dan papa. Belajar adalah cara terbaik daripada menyuruh orang tapi mengaku-ngaku milik kamu."

"Iya Mah, maaf jika aku salah." Alina mulai memikirkan konsekuensi yang akan terjadi di masa yang akan datang jika ia terus menerus berbohong.

"Tidak apa sayang, karena manusia tempatnya salah." Kania senang jika anaknya mau berubah. Dia mengusap kepala Alina.

"Ada apa ini? Kok aku gak di ajakin sih?" seru Naina baru pulang kuliah dan langsung duduk di samping Kania.

"Kak, mulai hari ini aku mau belajar masak sama kakak dan juga Mama. Tolong ajari aku ya?" Alina terlihat antusias untuk belajar masak.

"Wih, dapat ilham dari mana kamu ingin belajar masak? Biasanya juga suka tidak mau tuh jika di suruh." Ada yang berbeda dari Alina, mulai ingin belajar hal yang baru. Dia yang biasanya paling ogah jika di ajak masak kini mendadak mau belajar.

"Aku mau masakin Rama, Kak. Jadi aku tidak mau Rama kecewa saat nanti ia tahu kalau aku bukan orang yang bikin makanannya. Sedangkan aku suka bilang kalau makanan itu buatan aku, padahal buatan Kakak."

Naina terdiam, ia tidak menyangka kalau adiknya begitu berkeinginan demi Rama. "Kamu cinta banget ya sama Rama sampai kamu ingin belajar masak."

Alina nampak tersipu malu menundukkan kepalanya, lalu mengangguk. "Rama orang baik, Kak. Dia selalu lindungi aku dari orang-orang yang suka jahat sama aku. Makanya aku cinta dia."

"Mama juga suka sama pria yang baik dan melindungi wanita. Mama dan papa setuju jika kamu berjodoh dengan Rama, kalian sangat cocok."

"Bagaimana kalau mereka tahu kalau aku dan Rama sudah menikah? Apa yang akan mereka katakan mengenai ku? Aku tidak mungkin menyakiti hati Alina. Aku harus ketemu Rama, ya, aku harus minta dia menceraikanku sebelum semuanya rumit."

"Oh iya Al, boleh Kakak minta no handphonenya Rama?"

"Buat apa Kak?"

"Hmm kamu jangan salah paham dulu, kakak hanya ingin mengucapkan terima kasih saja dan kakak ingin mengirimkan sesuatu sebagai ucapan hadiah kepada Rama. Kalau kirim ke rumahnya takutnya nanti orangtuanya Rama malah tidak suka dan membuangnya. Kan kamu sendiri yang bilang tidak boleh mengirimkan sesuatu ke rumahnya karena papanya galak."

"Iya kak, galak banget. Aku aja pernah main ke sana bareng anak-anak di marahi habis-habisan dan di usir. Sampai sekarang Alina gak berani kesana lagi, takut. Ya udah, Alina kasih nomornya Rama." Tanpa memiliki pikiran apapun, Alina mencari kontaknya Alina. Lalu Naina menyimpan no Rama.

"Makasih ya Al, nanti Kakak suruh Rama ke sini buat ambil hadiahnya."

"Kenapa bukan Alina saya yang minta Rama kesini langsung?" tanya Kania sedari tadi mendengarkan.

"Eh. Naina hanya ingin memastikan kalau Rama yang bakalan nerima. Takutnya kalau Alina yang bilang malah tidak percaya, kan kalau aku langsung bilang lebih meyakinkan gitu."

"Semoga Mama dan Alina percaya dan tidak banyak tanya lagi. Maafkan aku harus berbohong pada kalian." Ada rasa bersalah yang Naina rasakan, tapi mau bagaimana lagi? Dia tidak punya nomor ponselnya Rama jadi ia terpaksa berbohong. Ingin ke rumahnya pun tidak tahu di mana, jadinya terpaksa melakukan ini.

"Eh tapi Kakak benar loh, Rama itu tipe orang yang tidak mudah percaya sekalipun itu padaku. Coba hubungi saja Kak, pasti kalau Kakak yang berkata bakalan percaya. Sekalian saja suruh kesini, aku mau bicara banyak dengannya secara langsung."

Naina mengangguk. Lalu ia mulai mengubungi Rama di hadapan Kania dan Alina, tapi sayangnya no Rama tidak dapat di hubungi sama sekali.

"Tidak aktif, Al."

"Tidak aktif? Apa jangan-jangan saat ini Rama sedang bertengkar dengan Papanya?" seru Alina.

"Ah tidak mungkin," kata Kania.

"Mungkin saja Mah, tadi aja pas pembagian Raport papanya terlihat marah banget. Pa jangan-jangan ponsel Rama di sita?"

"Sampai segitunya?" ujar Naina tidak percaya.

"Bisa jadi Kak. Terus gimana dong? Aku coba hubungi lagi deh." Alina pun menghubungi Rama, tapi lagi-lagi nomornya tidak aktif.

"Masih tidak aktif."

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Wkwkwkwk SKAKMAT buat Alina..👏👏,Jadi Alina jangan marah kalo Rama cintanya ke Naina,Kan dari awal Rama udah jujur Rama jatuh cinta pada masakannya,itu berarti Naina lah ya..😂😂

2024-01-16

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 - Kita Putus
26 Bab 26 - Kesedihan Alina
27 Bab 27 - Rumah Aki
28 Bab 28 - Kegiatan Naina
29 Bab 29 - Kamu!
30 Bab 30
31 Bab 31 - Mario!!
32 Bab 32 - Lo Lagi!
33 Bab 33 - Mengganti
34 Bab 34 - Membuntuti
35 Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36 Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37 Bab 37 - Keterkejutan Devano
38 Bab 38 - Bantuan Rama
39 Bab 39 - Salah Sangka
40 Bab 40 - Minta Hak
41 Bab 41 - Tidur Bareng
42 Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43 Bab 43 - Kepergok
44 Bab 44 - Jauhi Putriku!
45 Bab 45 - Si Jalu
46 Bab 46 - Mencari
47 Bab 47 - Cekcok
48 Bab 48 - Pertanyaan Rama
49 Bab 49 - Makan Bersama
50 Bab 50 - Ketahuan
51 Bab 51 - Restu Erna
52 Bab 52 - Kembali ke Kota
53 Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54 Bab 54 - Ajakan menginap
55 Bab 55 - Masuk sekolah
56 Bab 56 - Godaan Rama
57 Bab 57 - Sikap Rama
58 Bab 58 - Kecurigaan Alina
59 Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60 Bab 60 - Permintaan Alina
61 Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62 Bab 62 - Ungkapan Naina
63 Bab 63 - Menginap
64 Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65 Bab 65 - Kemana Naina?
66 Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67 Bab 67 - Melarikan Diri
68 Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69 Bab 69 - Meminta persetujuan
70 Bab 70 - Persiapan Nikah
71 Bab 71 - Pernikahan
72 Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73 Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74 Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75 Bab 75 - Malu-malu
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79 Bab 79 - Sisi Lain Rama
80 Bab 80 - Pujian dari Rama
81 Bab 81 - Sebuah tuduhan
82 Bab 82 - Di Pecat
83 Bab 83 - Sebuah Saran
84 Bab 84 - Salah paham
85 Bab 85 - Meminta Bantuan
86 Bab 86 - Sebuah Rencana
87 Bab 87 - Kemarahan Rama
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94 - End
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 - Kita Putus
26
Bab 26 - Kesedihan Alina
27
Bab 27 - Rumah Aki
28
Bab 28 - Kegiatan Naina
29
Bab 29 - Kamu!
30
Bab 30
31
Bab 31 - Mario!!
32
Bab 32 - Lo Lagi!
33
Bab 33 - Mengganti
34
Bab 34 - Membuntuti
35
Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36
Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37
Bab 37 - Keterkejutan Devano
38
Bab 38 - Bantuan Rama
39
Bab 39 - Salah Sangka
40
Bab 40 - Minta Hak
41
Bab 41 - Tidur Bareng
42
Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43
Bab 43 - Kepergok
44
Bab 44 - Jauhi Putriku!
45
Bab 45 - Si Jalu
46
Bab 46 - Mencari
47
Bab 47 - Cekcok
48
Bab 48 - Pertanyaan Rama
49
Bab 49 - Makan Bersama
50
Bab 50 - Ketahuan
51
Bab 51 - Restu Erna
52
Bab 52 - Kembali ke Kota
53
Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54
Bab 54 - Ajakan menginap
55
Bab 55 - Masuk sekolah
56
Bab 56 - Godaan Rama
57
Bab 57 - Sikap Rama
58
Bab 58 - Kecurigaan Alina
59
Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60
Bab 60 - Permintaan Alina
61
Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62
Bab 62 - Ungkapan Naina
63
Bab 63 - Menginap
64
Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65
Bab 65 - Kemana Naina?
66
Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67
Bab 67 - Melarikan Diri
68
Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69
Bab 69 - Meminta persetujuan
70
Bab 70 - Persiapan Nikah
71
Bab 71 - Pernikahan
72
Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73
Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74
Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75
Bab 75 - Malu-malu
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79
Bab 79 - Sisi Lain Rama
80
Bab 80 - Pujian dari Rama
81
Bab 81 - Sebuah tuduhan
82
Bab 82 - Di Pecat
83
Bab 83 - Sebuah Saran
84
Bab 84 - Salah paham
85
Bab 85 - Meminta Bantuan
86
Bab 86 - Sebuah Rencana
87
Bab 87 - Kemarahan Rama
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94 - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!