Bab 5

"Pak RT, Pak RT" bapak-bapak yang membawa Rama dan Naina berteriak memanggil RT sekitar. Bahkan tangannya terus mengetuk pintu rumah.

"Pak, kami tidak salah apapun, ini tidak seperti yang kalian pikirkan, kalian salah paham," kata Naina membela diri. Ia sudah menangis sesenggukan atas apa yang menimpanya hari ini. Sungguh di luar dugaannya dan tidak pernah terbayang olehnya bakalan mengalami hal semacam ini.

"Aduh ini kenapa pada teriak di depan rumah saya, ada apa sih berisik banget?" ujar pak RT dari dalam sambil membuka pintu. "Ada apa, bapak-bapak? Tidak lihat ini masih pagi-pagi gini? Ganggu saja, mau apa?" tanya pak RT setelah membuka pintu. Pak RT mengerutkan keningnya memperhatikan dua anak muda yang ada di hadapannya.

"Pak, ada anak muda melakukan tindakan asusila di kebun. Kami melihat mereka tidur bareng sambil berpelukan," kata salah satu warga yang melihatnya.

"Bohong, Pak. Kejadiannya tidak seperti itu. Ini fitnah, kami hanya berlari dari begal, pak. Kami berteduh dan tidak sengaja ketiduran. Masalah bangun dalam posisi saling memeluk itu di luar kendali kami," seru Rama mencoba membela dan meyakinkan mereka semua, sedangkan Naina sudah menangis ketakutan dan ia tidak mau sampai di penjara. Semalam dirinya ketakutan sampai terus menempel pada Rama, malah di saat malam makin larut ia tidak ingat memeluk Rama. Mungkin itulah sebabnya pas bangun keduanya saling berpelukan.

"Ini bukan fitnah, kami melihat sendiri kalian sedang berduaan dia gubuk saung. Lalu apa namanya kalau bukan sedang berbuat zina?"

"Pak kami tidak melakukan apapun, kami hanya berteduh saja," lirih Naina bingung harus berkata apa lagi demi bisa membuat mereka percaya kalau dia dan Rama tidak melakukan apapun selain beristirahat. Mereka tidak mungkin pulang di saat hujan besar dan juga tidak bisa keluar kebun akibat gelap gulita.

"Halah, mana ada maling mau ngaku, kalau ngaku penjara pasti penuh. Mendingan kita hukum mereka berdua."

Rama dan Naina menggelengkan kepalanya.

"Betul itu pak, kita nikahkan saja mereka!"

"Tenang-tenang. Kalian semua duduk saja dulu kita bicarakan ini semua secara baik-baik." Pak RT mempersilahkan mereka masuk. Baik Naina maupun Rama sudah duduk saling berdampingan. Naina menunduk, tapi Rama berusaha bersikap tenang meski hatinya bertalu lebih kencang.

"Bagaimana bisa kalian ada di dalam kebun dan berduaan saling berpelukan? Pastinya kalian mau asusila 'kan?" tanya Pak RT. Rama mendongak menatap wajah mereka semua silih berganti.

"Semalam kami kena begal, lari ke kebun menyelamatkan diri. Kami kehujanan dan kaki tidak bisa keluar sebab gelap, kami terpaksa istirahat di saung itu menunggu esok hari. Kalua kalian tidak percaya bisa cari mobil pickup saya di sekitar sana, ini kuncinya masih saya pegang." Rama pun menjelaskan semuanya dari awal hingga mereka berakhir di kebun dengan harapan para warga percaya. Dia juga menunjukkan kunci mobil yang ia pegang demi menyelamatkan diri mereka. Rama yakin mobil pickupnya masih ada di sana.

"Tapi tetap saja mereka sudah berduaan dan kita tidak tahu apa yang mereka lakukan di sana. Bisa saja mereka sudah berbuat Zina."

"Astaghfirullah, Pak. Demi Allah kita tidak melakukan perbuat itu." Rama bingung harus menjelaskan bagaimana lagi agar mereka percaya jika dia dan Naina tidak melakukan apapun. Sekalipun ia nakal, masalah gituan tidak mungkin ia lakukan, prinsipnya adalah melindungi wanita dan tidak boleh merusaknya.

"Daripada jadi fitnah dan kita tidak tahu kejadiannya seperti apa, saya putuskan untuk menikahkan kalian berdua." Pak RT pun memberikan keputusan demi kebaikan bersama.

"Betul itu, kita nikahkan saja mereka."

"Tidak, aku tidak mau menikah!" Naina menolak seraya menatap Rama penuh permohonan agar Rama tidak mengikuti saran para warga. Tidak terbayang olehnya akan menikah muda dan ia tidak mau itu terjadi. Apa kata orangtuanya nanti jika ia sudah menikah tanpa ada wali yang sah. Sedangkan ia juga mempunyai kekasih, yang sebentar lagi akan bertunangan dengannya. Tidak mungkin ia mengkhianati kekasihnya. Cintanya hanya untuk Mario, bukan Rama pacar adiknya yang bahkan selisih lima tahun dengannya.

"Pak, kami akan melakukan apapun tapi tidak untuk menikah. Ini salah," ucap Rama terkejut atas keputusan para warga yang di luar dugaannya.

"Setuju atau tidak, suka ataupun tidak, ini demi kebaikan kalian juga. Bagaimana kalau nanti kamu hamil di luar nikah? Lebih baik kalian nikah dulu dan itu bisa menjaga kalian dari dosa. Pak, tolong panggilkan pak kyai kesini!" Pak RT meminta salah satu bapak-bapak memanggil orang berpengaruh di kampungnya.

"Baik, Pak."

"Pak jangan, kami tidak mungkin menikah aku sudah punya calon suami." Naina kekeh menolak, tapi Rama diam memejamkan mata meyakinkan segalanya. Ia sedang berpikir bagaimana bisa hidupnya berubah begini. Masalah datang tanpa di undang dan kini masalah itu menimpanya.

"Dan itu artinya kalian sudah berkhianat dari pasanganmu. Tidak ada toleransi lagi selain menikah! Kalau kalian mau keluar dari desa ini kalian harus menikah secara agama!" ketegasan pak RT sulit sekali di cegah. Baik Rama dan Naina tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah dengan keadaan mereka. Sekalipun keduanya berusaha membela diri tapi para warga dan Pak RT tidak mendengarkan mereka. Segala macam cara dan pembelaan tidak bisa membuat para warga percaya kalau tidak terjadi apapun diantara mereka.

Tak lama kemudian pak kyai datang dengan beberapa orang lainnya. Rama dan Naina tidak bisa menolak setelah dipaksa dan mereka pasrah jika harus di nikahkan hari itu juga.

"Nak, maskawin apa yang akan kamu berikan?" tanya pak Kyai kepada Rama.

Rama mengambil dompetnya dari dalam saku celananya. Ia mengambil sebuah kalung berlian cantik dan menyimpannya ke atas meja. "Aku tidak memiliki apa-apa yang akan ku jadikan maskawin, tapi aku memiliki kalung ini yang akan menjadi maskawinnya. Ini kalung pemberian mama saya dan akan saya berikan kepada istri saya nanti." Lalu, Rama menatap Naina. Jika memang ini adalah takdirnya ia bisa apa? Seberapa keras pun ia berusaha menjauh tapi Tuhan malah terus mendekatkannya.

Naina kaget mendengar perkataan Rama, ia melihat kalung yang Rama serahkan ke pak kiyai, kalung pemberian mamanya Rama, lalu ia kembali mendongak dan mata mereka saling beradu pandang.

"Mungkin, ini adalah takdirku dan dan wanita yang ada di sampingku mungkin jodohku. Maka dari itu, aku akan memberikan barang berharga pemberian terakhir dari mama saya sebelum meninggal untuk wanita yang akan menjadi istri saya." Tak ada keraguan dalam berkata, tak ada rasa bersalah dalam berucap, tak ada niatan untuk menolak. Rama berpikir jika ini sudah jalan yang Allah tentukan untuknya. Tapi ia hanya bisa bicara dalam hati sambil menatap Naina. "Tapi bagaimana dengan Alina? Apa aku harus memutuskan hubunganku dengannya? Pernikahan bukanlah hal main-main dan aku tidak bisa mempermainkan pernikahan dan Alina."

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 - Kita Putus
26 Bab 26 - Kesedihan Alina
27 Bab 27 - Rumah Aki
28 Bab 28 - Kegiatan Naina
29 Bab 29 - Kamu!
30 Bab 30
31 Bab 31 - Mario!!
32 Bab 32 - Lo Lagi!
33 Bab 33 - Mengganti
34 Bab 34 - Membuntuti
35 Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36 Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37 Bab 37 - Keterkejutan Devano
38 Bab 38 - Bantuan Rama
39 Bab 39 - Salah Sangka
40 Bab 40 - Minta Hak
41 Bab 41 - Tidur Bareng
42 Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43 Bab 43 - Kepergok
44 Bab 44 - Jauhi Putriku!
45 Bab 45 - Si Jalu
46 Bab 46 - Mencari
47 Bab 47 - Cekcok
48 Bab 48 - Pertanyaan Rama
49 Bab 49 - Makan Bersama
50 Bab 50 - Ketahuan
51 Bab 51 - Restu Erna
52 Bab 52 - Kembali ke Kota
53 Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54 Bab 54 - Ajakan menginap
55 Bab 55 - Masuk sekolah
56 Bab 56 - Godaan Rama
57 Bab 57 - Sikap Rama
58 Bab 58 - Kecurigaan Alina
59 Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60 Bab 60 - Permintaan Alina
61 Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62 Bab 62 - Ungkapan Naina
63 Bab 63 - Menginap
64 Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65 Bab 65 - Kemana Naina?
66 Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67 Bab 67 - Melarikan Diri
68 Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69 Bab 69 - Meminta persetujuan
70 Bab 70 - Persiapan Nikah
71 Bab 71 - Pernikahan
72 Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73 Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74 Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75 Bab 75 - Malu-malu
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79 Bab 79 - Sisi Lain Rama
80 Bab 80 - Pujian dari Rama
81 Bab 81 - Sebuah tuduhan
82 Bab 82 - Di Pecat
83 Bab 83 - Sebuah Saran
84 Bab 84 - Salah paham
85 Bab 85 - Meminta Bantuan
86 Bab 86 - Sebuah Rencana
87 Bab 87 - Kemarahan Rama
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94 - End
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 - Kita Putus
26
Bab 26 - Kesedihan Alina
27
Bab 27 - Rumah Aki
28
Bab 28 - Kegiatan Naina
29
Bab 29 - Kamu!
30
Bab 30
31
Bab 31 - Mario!!
32
Bab 32 - Lo Lagi!
33
Bab 33 - Mengganti
34
Bab 34 - Membuntuti
35
Bab 35 - Rama dan Pekerjaannya part 1
36
Bab 36 - Rama dan Pekerjaannya Part 2
37
Bab 37 - Keterkejutan Devano
38
Bab 38 - Bantuan Rama
39
Bab 39 - Salah Sangka
40
Bab 40 - Minta Hak
41
Bab 41 - Tidur Bareng
42
Bab 42 - Nafkah Dari Rama
43
Bab 43 - Kepergok
44
Bab 44 - Jauhi Putriku!
45
Bab 45 - Si Jalu
46
Bab 46 - Mencari
47
Bab 47 - Cekcok
48
Bab 48 - Pertanyaan Rama
49
Bab 49 - Makan Bersama
50
Bab 50 - Ketahuan
51
Bab 51 - Restu Erna
52
Bab 52 - Kembali ke Kota
53
Bab 53 - Semakin dibuat Terkejut
54
Bab 54 - Ajakan menginap
55
Bab 55 - Masuk sekolah
56
Bab 56 - Godaan Rama
57
Bab 57 - Sikap Rama
58
Bab 58 - Kecurigaan Alina
59
Bab 59 - Kamu tanggungjawabku.
60
Bab 60 - Permintaan Alina
61
Bab 61 - Sebuah Pertanyaan
62
Bab 62 - Ungkapan Naina
63
Bab 63 - Menginap
64
Bab 64 - Rasa yang tidak biasa
65
Bab 65 - Kemana Naina?
66
Bab 66 - Tolong, lepaskan aku!
67
Bab 67 - Melarikan Diri
68
Bab 68 - Aku akan menikahinya!
69
Bab 69 - Meminta persetujuan
70
Bab 70 - Persiapan Nikah
71
Bab 71 - Pernikahan
72
Bab 72 - Suasana yang Berbeda
73
Bab 73 - Mari kita Buktikan!
74
Bab 74 - Pembuktian yang menyenangkan
75
Bab 75 - Malu-malu
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78 - Masih Bersikap seperti Biasanya
79
Bab 79 - Sisi Lain Rama
80
Bab 80 - Pujian dari Rama
81
Bab 81 - Sebuah tuduhan
82
Bab 82 - Di Pecat
83
Bab 83 - Sebuah Saran
84
Bab 84 - Salah paham
85
Bab 85 - Meminta Bantuan
86
Bab 86 - Sebuah Rencana
87
Bab 87 - Kemarahan Rama
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94 - End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!