"Baiklah, kalau begitu jabat tangan saya." Pak kyai meminta Rama mengulurkan tangannya dan Rama pun mengikutinya.
"Bu, boleh saya minta tolong untuk memvideokan pernikahan ini sebagai bukti?" Rama meminta istri pak RT sambil tangan kirinya memberikan ponselnya. "Maaf menggunakan tangan kiri." karena tangan kanannya sudah di jabat pak kyai.
Lalu, Bu RT mengangguk dan mulai merekam kejadian itu.
"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Ramadhan Restu Al-kahfi dengan saudari Naina Al-Ghifari dengan maskawin kalung berlian seberat tujuh gram di bayar tunai!" suara lantang pak Kyai mengawali ijab qobul.
"Saya terima nikah dan kawinnya Naina Al-Ghifari binti dengan Devano Al-Ghifari dengan maskawin kalung berlian seberat tujuh gram dibayar tunai!" balas Rama begitu lantang dalam satu tarikan nafas.
"Bagaimana saksi?"
"Sah."
"Sah."
"Saaah."
Kata sah menggema seiring dengan air mata berjatuhan membasahi pipinya Naina. Kini ia resmi menikah dengan orang yang tidak ia cinta secara paksa dan secara siri. Entah apa yang akan terjadi selanjutnya, mereka tidak tahu. Entah ini sah atau tidak, ia tetap di nikahkan secara siri oleh warga akibat kesalahan yang tidak mereka lakukan.
"Ya Tuhan, sebenarnya apa yang kau rencanakan untukku dan Rama? Kenapa kau takdirkan ini untukku? Bagaimana dengan Mario? Bagaimana dengan Alina? Rama pacarnya Alina dan kau juga berniat bertunangan dengan Mario, aku harus apa?" Bingung itulah yang Naina rasakan saat ini. Bagaimana ia menghadapi kekasihnya? Bagaimana ia menghadapi keluarganya dan bagaimana ia menghadapi Alina nanti?
Namun, Rama menatap wajah Naina dan mengecup lembut kening wanita yang kini menjadi istrinya. Ia memejamkan matanya seakan meresapi momen ini.
"Aku tidak tahu apa yang Allah rencanakan untukku, tapi aku akan berusaha untuk menjagamu dan menerima mu sebagai istriku. Kini, kamu adalah tanggungjawab ku dan aku akan berusaha untuk mencintaimu karena Allah." Bisik Rama begitu pelan dan juga lembut setelah melepaskan kecupannya. Dan perkataan Rama membuat Naina tertegun. Ia mendongak menatap Rama
"Rama..." lirih Naina.
"Maaf, kak." Mata Rama juga terlihat sayu. Entah apa yang sedang di pikirkan oleh pria itu, Naina tidak tahu.
"Sekarang kalian sudah resmi menjadi suami istri meski hanya pernikahan siri. Bagi saya ini adalah pernikahan yang nyata dan saya sendiri yang menikahkan kalian berdua. Maka dari itu jangan pernah kalian permainkan Pernikahan ini," kata pak kyai.
Rama maupun Naina diam membisu dengan segala pikiran tak menentu kacau balau. Mungkin bagi Rama sah sah saja karena ia seorang pria yang mungkin saja bisa menikah tanpa adanya wali. Namun, bagi Naina sendiri seorang perempuan yang seharusnya nikah ada walinya. Meski pernikahan ini sah secara agama, tapi bagi Rama rasanya tidak sah. Namun, mau bagaimana lagi? Ini adalah cara Tuhan menyatukan mereka, tapi ada hal yang harus mereka hadapi kedepannya yaitu keluarga dan para kekasih dari keduanya.
"Dan sekarang kalian bisa beristirahat dulu lalu pulang. Kalian bisa istirahat di rumah saya," kata pak kiyai ramah tidak seperti para warga.
"Tidak usah pak kiyai, kami undur pamit. Orangtua kami pasti khawatir terhadap kami. Lagian kampung kami cukup jauh. Hanya saja kami butuh kendaraan untuk pulang karena kami habis kena begal, tapi kami ingin melihat dulu mobil pickup di jalan Cikadu," kata Rama menatap sinis orang-orang yang tadi menyeret paksa mereka.
"Jalan Cikadu?" ucap Pak kiyai.
"Iya, jalan penghubung antara kecamatan Bojongsari dan kecamatan Kemang. Jalan yang melewati makam serta hutan."
"Astaghfirullah, di situ memang sering terjadi begal Nak. Karena jauh dari pemukiman sering terjadi tindakan kejahatan, bahkan sangat meresahkan masyarakat sekitar," ucap pak kiyai terkejut baru tahu.
Deg.
Rama dan Naina kembali tertegun, pun dengan para warga yang sempat menyeret paksa kedua anak muda itu.
Naina diam menunduk bingung harus berbuat apa dan harus bersikap seperti apa. Sekarang ia adalah seorang istri dari pacar adiknya. Ditambah ucapan pak kiyai tadi membuat Naina ingin pingsan, kenapa baru sekarang ada orang yang nyambung dengan mereka? Tapi nasi sudah menjadi bubur, tidak bisa kembali berubah lagi.
"Kalian mau pulang?"
"Iya, Pak kiyai."
"Kalau kalian memang tidak bisa istirahat di sini, kalian boleh menggunakan motor saya." Pak ustadz sendiri sebenarnya kurang yakin pada Rama dan Naina yang sedang berbuat asusila. Namun para warga terus mendesaknya dan ia juga mengkhawatirkan sesuatu terhadap kedua anak muda itu. Pada akhirnya pak ustadz tidak bisa membiarkan jika ada sesuatu terjadi.
"Baiklah pak kiyai, saya pinjam motor bapak dan besok saya janji akan mengembalikan motor Anda."
Tidak ada lagi yang perlu di bicarakan. Rama dan Naina pun berpamitan pulang ke kecamatan sebelah. Namun sebenarnya Rama melihat dulu mobil pickupnya, ternyata sudah tidak ada dan itu artinya para perampok itu berhasil mengambil mobilnya.
*****
Rama memberhentikan laju motornya di pinggir jalan. Ia menghela nafas berat dan memejamkan mata.
"Maafkan gue, Kak. Seharusnya gue tidak ngajak lo nganterin bahan bangunan ke kecamatan sebelah. Harusnya gue anterin lo pulang dulu, kalau saja gue tidak bawa lo, mungkin kita tidak akan mengalami pernikahan ini." Rama merasa bersalah atas apa yang menimpa Naina. Ia merasa ini salahnya.
"Iya, ini semua salah lo, gue benci lo, karena lo kita menikah." Naina menutup wajahnya dan menangis tersedu-sedu. Ia bingung harus bilang apa pada keluarganya, ia bingung masa depannya dengan Mario bagaimana?
"Mau bagaimana lagi selain menerima pernikahan ini. Mau di pungkiri pun tidak bisa Karena sekarang kita sudah beneran menikah," kata Rama lesu.
"Gue harus apa sekarang? Apa yang harus gue katakan kepada orang tua? Mending sekarang ceraikan gue saja!"
"Naina ..!" Rama seketika menoleh ke belakang menatap tak percaya atas perkataan Naina. "Ini bukanlah main-main, pernikahan bukan mainan yang seenaknya main cerai saja. Kita memang menikah secara terpaksa, di grebek pula, tapi bukan berarti gue akan mempermainkan pernikahan ini. Terima atau tidak, suka ataupun tidak, gue akan berusaha menerima. Karena apa? Karena gue sudah berjanji kepada mendiang almarhum ibuku dan berjanji kepada diriku sendiri serta berkomitmen untuk menikah sekali seumur hidup. Gue tidak akan mudah begitu saja menceraikan lo." Rama begitu tegas dalam bicara, ia tidak mungkin menceraikan Naina meskipun belum ada rasa cinta. Namun, demi sebuah komitmen dalam hidupnya, Rama berusaha ikhlas menerima semua takdir yang Allah tetapkan untuknya.
"Tapi bagaimana dengan calon tunangan gue Rama? Bagaimana dengan Alina adik gue yang cinta sama lo? Gue harus apa? Gue harus berkata apa pada mereka berdua? Pasti mereka akan sedih dan kecewa kalau mereka tahu kita meniakh. Gue cintanya sama Mario sekalipun sekarang lo jadi suami gue, Rama." Naina menangis tersedu-sedu.
Rama terdiam, ia juga bingung harus apa, tapi yang pasti dirinya tidak bisa menjalin hubungan di saat ada hubungan terjalin atas kehendak Tuhan.
"Sekarang gue antar lo pulang, nanti kita pikirkan masalah ini disaat pikiran mu lebih tenang." Rama menyalakan motornya dan melajukannya. Naina hanya diam dengan pandangan terlihat kosong. Ia tidak bisa berucap lagi setelah Rama berkata tidak akan menceraikannya.
*****
Hingga keduanya sampai di depan rumah Naina. Rama menarik nafas dalam-dalam dan memikirkan ucapan yang harus ia bicarakan pada orangtuanya Alina.
Tangan Rama terulur mengetuk pintu.
Tok.. tok.. tok..
Sedangkan di dalam rumah masih belum tenang karena masih khawatir pada anaknya.
"Itu ada yang mengetuk pintu, mungkin itu Naina," kata Erna. Dan mereka semua yang ada di sana segera beranjak ke pintu.
Devano membuka pintunya.
"Alina!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Naina kali..
2024-01-16
0
Qaisaa Nazarudin
Good job Rama,Aku suka dgn sikap ketegasan mu.. 👏👏👍👍
2024-01-16
0
Qaisaa Nazarudin
Bukan kah hp nya mati ya habis daya beterai..🤔🤔🤔
2024-01-16
0