Kediaman Devano
Seorang wanita mondar mandir tidak jelas karena merasa khawatir pada sang putri yang tak kunjung pulang. Ia terus melirik jam dinding yang sudah menunjukan jam delapan malam.
"Naina, kamu kemana Nak? Ini udah jam delapan malam kamu belum pulang juga. Tidak biasanya Naina begini," ujar Kania mengkhawatirkan keadaan anak perempuan pertamanya.
"Mas juga bingung dan takut terjadi sesuatu pada Naina. Coba kamu hubungi ponselnya!" seru Devano, ayah dari Naina.
"Ponselnya tidak aktif, Mas. Aku semakin khawatir sama dia. Ini salah aku yang membiarkan Naina pergi mengirimkan pesanan kue," lirih Kania terduduk lesu ingin menangis. Rasanya tidak tenang putrinya belum juga pulang ke rumah. Biasanya Naina paling malam jam tujuh sudah ada di rumah, tapi sekarang sudah malam banget tidak pulang juga.
"Mama tenang, ya. Kak Nainana pasti bakalan baik-baik saja. Kita berdoa sama-sama supaya Kakak cepat pulang dan semoga di lindungi dimana pun ia berada," ucap Alina berusaha menenangkan mamanya.
"Mas coba kamu hubungi teman kamu yang polisi itu buat bantu kita mencari Naina," kata Kania.
"Akan ku coba," balas Devano sambil mengambil ponselnya yang ada di atas meja.
"Tapi ini bukan hanya sebatas polisi, teman-teman Naina juga perlu di hubungi untuk mencari tahu apakah Naina ada di sana atau tidaknya. Hubungi pacarnya juga, siapa tahu Mario tahu dimana Naina berada," kata Mama Erna memberikan sedikit saran.
"Mama benar, aku akan menghubungi Mario," ujar Kania.
"Kalau begitu aku yang akan coba menghubungi teman-temannya." Devano pun mencari kontak teman Naina yang ia tahu dan menanyakannya. Terlebih juga mencari tahu kepada rekannya yang anaknya berteman dengan Naina. Namun, tak ada satupun dari mereka yang tahu dimana Naina berada.
( "Halo Mario, ini Tante Kania." )
( "Iya Tante, ada apa?" )
( "Hmm apa kamu bersama Naina?" )
( "Naina? Tidak Tante, justru Mario ingin menghubungi Tante dan bertanya kenapa ponselnya Naina tidak aktif. Tadinya Mario mau ke sana, tapi Nainanya tidak bisa di hubungi. Emangnya kenapa Tante?" )
( "Itu dia masalahnya, Naina belum juga pulang hingga malam gini. Tante kira kamu tahu, tapi Tante minta tolong sama kamu untu cari Naina. Bantu kami, Mario." )
( "Iya, Tante. Mario pasti membantu Tante." )
Setelah menghubungi pacarnya Naina, Kania menatap suaminya. "Kemana lagi harus bertanya tentang Naina, Mas? Mereka tidak ada yang tahu kemana Naina pergi. Bagaimana kalau terjadi sesuatu kepada dia?"
"Jangan bicara begitu sayang, putri kita pasti baik-baik saja. Kita akan terus mencarinya. Lalu Alina bersuara
"Tidak ada, Pah, Mah, Nek. Tidak ada yang tahu Kak Naina dimana. Aku udah menanyakan pada teman-teman Kakak yang aku tahu," kata Alina. Bertambah khawatir dan bingung mau mencarinya kemana. Setahunya Naina tidak suka main jauh-jauh kalau bukan sedang kepepet keluar mah.
"Teman-teman papa juga tidak ada yang tahu," ucap Devan. Ia sebagai ayah sangat khawatir pada putrinya yang masih membutuhkan sosok pelindung.
"Terus sekarang bagaimana? Apa yang harus kita lakukan? Naina kemana?" lirih Kania sudah menangis mengkhawatirkan keadaan putri pertamanya.
*****
Pun di rumah Rama juga ada seseorang yang sedang gelisah menunggu Rama pulang.
"Anak itu malah belum pulang juga. Kemana dia pergi? Menyusahkan orangtua saja. Selalu saja bikin papanya pusing tujuh turunan dengan kelakuan bandel dia.
Tapi tidak dengan sang kakak Gilang yang diam duduk anteng sambil memangku laptopnya. "Rama itu laki-laki, dia tidak akan kenapa-kenapa. Papa terlalu mengkhawatirkan dia. Anak bandel gitu masih saja di khawatir kan." Gilang mencebik.
"Awas saja, kalau sampai dia pulang akan papa beri dia hukuman," kata Pak Restu.
"Paling juga dia main, Pah. Gak usah di cari nanti juga balik sendiri, Rama sudah besar."
"Masalahnya Rama membawa mobil bermuatan bahan bangunan dan sampai malam gini belum juga pulang. Bagaimana kalua tidak sampai mengirimkan barang-barangnya? Bagaimana jika dia malah menjualnya lagi dan uangnya di gunakan untuk main sama teman-temannya?"
"Ya tinggal hukum saja, Pah. Tidak usah kasih uang jajan, bereskan? Kalau perlu motornya Papa sita."
"Hmm kau benar juga, Gilang."
******
Keesokan harinya.
Para warga di sekitar perkebunan sudah mulai beraktivitas lagi, ada yang pergi kerja, ke sawah, ke kebun, dan berbagai macam kegiatan lainnya para penduduk lakoni.
Sedangkan warga yang hendak ke kebun, mereka ingin membersihkan ladang mereka. Namun, di perjalanan melewati gubuk bambu, dua orang warga menemukan dua sejoli yang sedang tertidur dengan Naina yang terlihat memeluk Rama. Mereka berdiri tidaklah sadar kalau mereka tidur saling berpelukan. Keduanya ketiduran di saat hujan melanda tadi malam.
"Eh ada orang di sana." Salah satu pria yang membawa cangkul menunjuk gubuk.
"Wah ini tidak bisa di biarkan, sepertinya mereka sedang mesum."
"Siapa di situ? Kalian mesum ya?" pekik pemilik kebun dan mereka berdua menghampirinya.
Rama terganggu oleh kebisingan dari suara orang. Ia terbangun, tapi tangannya terasa kebas akibat di tindih oleh kepala Naina.
Deg.
"Kak Naina!" lirihnya kaget ketika menyadari bahwa mereka sedang berpelukan.
"Kalian berdua pasti sudah berbuat mesum ya?"
"Tidak, kami tidak mesum." Rama ingin berdiri, tapi Naina masih terlelap. Namun, karena kebisingan yang terjadi membuat Naina bangun dari tidurnya.
"Rama, ada apa?"
"Bangun kalian! Pasti kalian pasangan mesum!" pekik bapak pemilik kebun.
"Bukan, Pak. Kami tadi malam di begal," kata Rama dan Naina langsung duduk dan mereka berdua kaget ada bapak-bapak di sana.
"Bukan apa? Kalian mau melakukan tindakan tidak senonoh di sini? Ngaku saja!" pekik orang yang mengantar pemilik kebun.
"Ini semua tidak benar, Pak. Kami tersesat dan sedang lari dari kejaran para perampok. Bahkan mobil pickup kami di tinggal," kata Naina mencoba membela dirinya.
"Iya, Pak. Kami sempat kena rampok dan kami lari ke sini. Demi Allah kami tidak melakukan apapun," sahut Rama menimpali.
"Halah, kalian bohong. Pasti kalian mau melakukan adegan mesum di kebun ini. Masih kecil sudah pandai berbohong dan berzina. Bawa saja mereka ke RT di sini!" para bapak-bapak tidak percaya pada penjelasan Rama dan Alina. Mereka tetap menyangka kalau kedua anak muda itu sedang melakukan adegan mesum di tempat sepi.
"Jangan, Pak. Kami tidak melakukan apapun, sumpah demi Allah. Ini fitnah, dan kami sungguh bicara apa adanya, pak." Naina sudah panik dan matanya berkaca-kaca takut para bapak-bapak itu menyeret mereka secara paksa. Dan pikirannya benar kalau ketiga orang tua itu langsung menariknya.
"Jangan banyak bicara, sekarang kalian ikut dengan kita!" keduanya langsung di seret paksa.
"Ayo ikut!"
"Pak, demi Allah kami tidak melakukan apapun! Jangan bawa kita, kita tidak salah." Rama terus mencoba membela dirinya dan juga Naina. Ia juga kasihan kepada Naina yang harus di tarik-tarik secara paksa.
"Kalian jelaskan saja nanti di rumah RT. Ayo ikut!" para bapak-bapak itu kekeh membawa Rama dan Naina ke RT setempat untuk dimintai penjelasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
RAMADHAN RESTU ALKAHFI DAN ALINA,sama nama peran tokoh di novel othor Sinta amelia,Tapi ceweknya ALANA disini ALINA..
2024-01-16
0