"Gue lagi di kurung bokap dalam sangkar emasnya ini. Gue di larang keluar bahkan motor gue disita oleh bokap. Sekarang gue lagi cari cara agar bisa keluar dari rumah ini," balas Rama dengan mata mencari jendela yang mudah di buka. Namun, karena todak menemukan, Rama berlari ke atas berharap jendela yang ada di atas ada yang bisa dibuka.
"Sampai segitunya bokap lo melarang lo keluar?" tanya Heri saling lirik dengan Deni.
"Ya, gitu lah. Sudah dulu, gue lagi berusaha kabur dari sini. Doakan gue supaya bisa datang tepat waktu dan bisa mengikuti ajang perlombaan ini."
"Ok, gue dan pendukung lo mendoakan lo."
Lalu, Rama mematikan ponselnya, matanya masih mencari jendela. Dia berlarian kesana kemari berharap ada satu kaca yang mudah di buka. Hingga Rama masuk ke kamarnya dan baru ingat jika kamarnya itu ada balkonnya dan bisa ke luar dari sana.
"Kenapa gue mendadak bodoh, kamar 'kan ada balkonnya. Bisa kabur lewat sana." Rama pun membuka pintu yang mengarah ke balkon, lalu memperhatikan jarang tinggi antara balkon dan tanah.
"Akhirnya gue menemukan caranya." Kemudian, Rama kembali berlari masuk mencapai ataupun tali untuk turun dari sana. Dia berlari ke dapur, menggeledah setiap tempat berharap ada tali tambang. Dan keberuntungan pun berpihak kepadanya, Rama menemukan tali tambang besar di sekitar gudang. Rama mengambilnya dan kembali berlari ke kamar.
Setibanya di dalam kamar, Rama segera mengikat salah satu pagar besi dengan kuat. Kemudian ia melemparkan tali tambangnya ke bawah. Sebelum turun, Rama mengambil tas gendong berisi barang-barang penting seperti dompet, KTP, ponsel, dan satu stel baju ganti.
Kemudian, Rama perlahan melewati pagar besinya, dan menggapai tali tambang hingga ia mulai menurunkan badannya secara perlahan. Merasa sudah dekat, Rama meloncat ke bawah. Dia mendongak dan tersenyum sambil menepuk-nepuk kedua telapak tangannya.
"Akhirnya gue bisa keluar juga." Lalu, Rama segera berlari melewati pagar besi yang menjulang tinggi, dan mencari kendaraan beroda dua agar lebih cepat membantu dia sampai ke tempat yang dituju.
"Maaf, Pah. Tapi ini adalah salah satu keinginan Rama. Rama terpaksa melakukan ini demi bisa ikutan bertanding."
*****
Sedangkan di arena balapan, para tim Rama sedang gelisah karena jagoan mereka belum datang juga. Hampir semua rekan-rekan Rama saling bertanya-tanya.
"Bagaimana ini? Rama belum sampai juga? Sebentar lagi sudah mau di mulai acaranya." gumam salah satu pria yang bertugas mengganti apapun yang terjadi pada kendaraan Rama. Dia celingukan mencari sosok yang akan menjadi peserta di ajang lomba balap motor.
"Iya, tidak biasanya dia telat begini. Apa mungkin dia terjebak macet?." Gumam Danu si pelatih Rama sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Mana waktu tinggal setengah jam lagi, tapi dia belum juga datang. Semoga saja anak itu tidak telat sampai."
"Bisa jadi sih, kota kita kan macetnya luar biasa, tapi juga bisa jadi ada kendala lain yang sedang Rama hadapi."
Dan salah satu panitia datang ke area timnya Gala. "Permisi, apa peserta no 8 belum juga datang?"
"Belum, Pak. Dia terjebak macet, tapi Rama sedang berada dalam perjalanan. Sebentar lagi pasti Rama akan sampai." Terpaksa Danu harus berbohong mengenai hal itu. Kalau dia berkata yang aneh-aneh, yang ada Rama bisa di keluarkan sebelum bertanding.
Panitia itu melihat jamnya juga. "Baiklah, waktu masih ada beberapa menit lagi menunggu jagoan kalian. Tapi, jika belum datang juga kami terpaksa mendiskualifikasi peserta!" dengan tegas, panitia itu mengatakan segala macam peraturan yang ada di sana.
"Baik, Pak. Kami mengerti."
Deni, Rian, dan para pendukung Rama sedang was-was menunggu kedatangan lelaki putih nan tampan itu.
"Apa sudah ada kabar dari Rama?" tanya mamanya Deni khawatir temannya Deni belum sampai.
"Belum, Mah. Deni juga sudah mencoba menelponnya lagi, tapi tidak diangkat."
"Mungkin Rama sedang dalam perjalanan. Kita berdoa saja semoga Rama cepat sampai ke sini dan bisa mengikuti pertandingan ini," sahut Papanya Deni.
"Lagian aneh-aneh saja, anaknya mau memberikan sebuah pertunjukan malah tidak didukung. Heran deh," ucap mamanya Deni
Sedangkan Rian, matanya terus mengarah ke arah masuk arena sirkuit. Ia memperhatikan semoga saja Rama datang tepat waktu.
Hingga sebuah suara mulai terdengar di telinga para penonton dan semua orang yang ada di sana.
"Waktu menuju pertandingan tinggal lima belas menit lagi, diharapkan para peserta bersiap-siap di arena balapan."
"Bagaimana ini, Rama belum juga datang." Rasa panik dan juga khawatir menyelimuti tim Rama. Riuh penonton pun kian terdengar sudah tidak sabar menunggu pertandingan dimulai.
Sedangkan orang yang sedang ditunggu, Masih berada di jalan. "Pak buruan, aku sudah ditunggu banyak orang!" Rama menaiki salah satu ojek online. Ia memperhatikan jam nya, "waktunya semakin mepet, Pak. Tinggal lima belas menit menit lagi akan di mulai."
"Iya, Nak. Bapak sedang berusaha agar kamu cepat di sana." Pria tua itu pun mencoba menyelip setiap kendaraan dan juga menjalankan motornya cukup tinggi.
Hingga lima menit kemudian, mereka sampai di tempat tujuan. Rama segera turun dan mengambil uang di saku celananya. Dia mengambil beberapa lembar uang merah dan memberikannya kepada pria tua, si tukang ojek online.
"Ini, Pak. Makasih sudah mau saya repotkan dan terima kasih sudah mau membantu saya." Rama hendak pergi karena lihat jam semakin mepet tidak tak terkendali.
"Nak ini kebanyakan," ucap tukang ojek itu melihat mengantar uang sekitar satu juta di tangannya.
"Gak apa-apa, terus sebagai hadiah karena bapak sudah berani mempertaruhkan nyawa Bapak demi aku. Doakan Rama biar menang lombanya, Pak." Jawab Gala sambil berlari begitu tergesa masuk ke dalam arena. Dia di kejar waktu, kalau telat sedikit saja bakalan gugur sebelum bertanding.
Bapak tukang ojek online itu menatap haru anak muda yang begitu baik memberikan dia banyak uang. Tangannya gemetar bersyukur mendapatkan rezeki yang banyak.
"Alhamdulillah ya Allah, ada uang buat berobat anak saya." Ucap syukur bapak tukang ojek ucapkan sembari mencium uangnya penuh haru. Dia kembali menatap Rama, "bapak doakan agar kamu menang, Nak." Lalu, tukang ojeknya pergi dari sana dan segera pulang ingin membawa anaknya berobat.
Lain halnya suasana tambah riuh karena pertandingan akan segera di mulai dalam kurun waktu delapan menit lagi. Rama semakin cepat berlari.
"Ya Tuhan, belum datang juga." Para Tim makin panik saja.
"Ini Rama belum datang gue takut dia beneran di kualifikasi," ucap Deni.
"Semoga saja ada keajaiban dia datang tepat waktu," sahut Rian terus memperhatikan sekitar. Mereka semua berdoa untuk Rama supaya cepat sampai. Hingga netra mata Iqbal menemukan sosok pria yang mereka tunggu berlari begitu tergesa.
"Itu Rama!" pekik Rian menunjuk Rama. Ia bersyukur Rama sampai tepat waktu.
Deg.
"Jadi Rama ikutan balap motor? Apa Alina tahu?" batin seseorang terkejut melihat siapa yang akan bertanding. Niat hati hanya iseng ikut nonton bareng temannya, tapi ternyata malah mempertemukan dia dengan Rama, orang yang ia kenal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Liswati Angelina
itu pasti naina...doakan rama menang nai...
2023-05-22
0