Mengembalikan Uang Seratus Ribu

Dalam beberapa menit Luqi sampai tidak bisa berkata-kata. Perempuan ini sudah mempermalukan dirinya. Untuk pertama kali ada orang yang melawannya. Biar pun memang dia yang salah di sini dan sangat wajar bagi Azea melakukan hal tersebut, Luqi tetap saja merasa kalau sekarang harga dirinya dipertaruhkan. Azea sudah menghinanya terang-terangan, secara tidak langsung mengatakan kalau dia ini miskin.

Teman-temannya pun sekarang tertunduk karena tidak mau membuat Luqi semakin marah. Sebenarnya mereka masih menahan tawa, Luqi sendiri juga bisa melihat kalau sekarang tubuh Glenn gemetar karena menahan tawa. Glenn juga tidak bisa memandang Luqi karena terlalu takut akan dibentak oleh lelaki itu.

Luqi memandang Azea dengan tajam. Seolah ingin mengatakan kalau dia bisa melakukan apa saja kepada perempuan itu sesuai dengan apa yang dia inginkan. Luqi bisa menebak kalau sebenarnya Azea belum mengetahui siapa dia. Azea mungkin masih bisa bersikap semena-mena seperti ini, akan tetapi tentu saja tidak dalam waktu yang lama.

"Kenapa? Kenapa kau terlihat tidak bisa berbicara sama sekali? Apa kau tiba-tiba bisu setelah merasa malu di hadapan teman-temanmu seperti ini? Oke, untuk sekarang itu bukan urusanku sama sekali. Aku hanya ingin uangku kembali. Dan aku menunggumu nanti. Aku ingin uang itu kembali hari ini juga." Azea berputar dan hendak kembali ke minimarket itu. Namun perkataan Luqi menghentikan langkahnya. Dia kembali membalikkan badan dan menatap lelaki itu.

"Apa kau tidak tahu siapa aku?" tanya Luqi yang mulai mengeluarkan kalimat andalannya setiap kali ada orang yang meremehkannya di kota ini.

Azea mengerutkan kening dan dia bisa melihat kesombongan di mata lelaki itu sekarang. Dia malah mengangkat dagu dan menantang Luqi sekarang.

"Apakah identitasmu sangat penting bagiku? Apakah diperlukan identitas untuk mengembalikan uang orang lain yang kau ambil begitu saja? Kurasa tidak ada sulitnya sama sekali bagimu untuk mengembalikan uang seratus ribu ketika beberapa hari sebelumnya kau bisa mengganti rugi banyak barang di minimarket ini akibat dari ulah ketiga temanmu itu."

Perkataan Azea semakin membuat Luqi merasa kesal. Dalam hatinya dia merasa bahwa ternyata Azea lebih berani dari yang dia perkirakan. Dia tidak pernah melihat atau juga bertemu dengan perempuan seperti Azea. Bahkan mungkin aja dia jauh lebih berani daripada para pemuda di kota ini, mengingat bahwa tidak ada pemuda mana pun yang bisa merendahkannya.

"Kau ini memang perempuan yang lancang. Apakah kau tidak tahu bahwa aku adalah Davey Hanan Aluqi, putra dari keluarga Aluqi Ruyaz. Aku yakin semua orang juga mengetahui tentang keluargaku di kota ini."

Azea malah semakin tertawa meremehkan lelaki itu. Dia menggeleng sambil menyentuh kepalanya.

"Sekali lagi, Tuan, identitasmu sama sekali tidak penting bagiku. Memangnya apa istimewanya keluargamu? Masih ada banyak keluarga yang berpengaruh di dunia di luar sana? Apa keluargamu bisa mengatasi global warming yang terjadi sekarang? Keluarga yang bisa mengatasi hal itu tentu saja tidak akan meremehkan kebutuhan kecil dari orang lain, karena mereka sendiri juga berusaha menyelamatkan banyak orang di luar sana. Tidak seperti kau. Hanya karena nilai uang itu sangat kecil, bukan berarti kau bisa meremehkanku, bukan berarti kau juga bisa mengambil uang itu seenaknya dariku ketika aku sangat membutuhkan uang itu."

Ingin sekali Luqi berdiri dari tempatnya dan melakukan sesuatu pada perempuan di hadapannya ini. Namun dia berusaha menahan diri. Dia tidak mau mempermalukan dirinya sendiri. Sikap emosional hanyalah dimiliki oleh mereka yang terlalu feminim. Dia ingin terlihat maskulin dengan tetap tenang dan memikirkan solusi dalam kepalanya tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Dia melihat teman-temannya yang kini masih menahan tawa karena sekarang dia sudah dipermalukan oleh seorang perempuan yang bahkan bukan siapa-siapa. Dia berdeham untuk menahan emosinya. Dia kemudian berdiri dari sana dan secara perlahan berjalan ke arah Azea yang saat ini juga tetap diam di sana, bahkan sama sekali tidak mundur hanya karena merasa takut pada Luqi. Dia tahu bahwa tidak ada sesuatu yang dia takuti selagi dia melakukan hal yang benar untuk dirinya sendiri. Dia juga tidak peduli bagaimanapun latar belakang keluarga Luqi atau siapa yang sedang dia hadapi saat ini.

Luqi mengeluarkan dompetnya, menghamburkan lembaran uang berwarna merah tepat di wajah Azea saat ini. Hal itu semakin membuat Azea merasa kesal. Lelaki itu sangat arogan dan sombong hanya karena harta. Yah, pada umumnya manusia memang akan seperti itu. Bukan berarti semuanya akan seperti itu apabila mendapat kekayaan lebih.

"Berapa yang kau butuhkan? Tidak bisakah memintanya baik-baik padaku? Kemarin aku juga tidak terpikirkan hal itu. Kukira kau punya banyak uang untuk sekadar membeli obat. Yah, aku minta maaf karena kemarin. Mengambil uang begitu saja. Aku hanya menganggap uangmu itu sama seperti koin yang tidak berharga sama sekali. Koin yang aku temukan di tengah jalan. Kira-kira seperti itulah caraku menilainya."

Azea berbicara kemudian mengambil satu lembar uang itu dari sana, membiarkan lembaran uang lainnya tergeletak begitu saja. Dia tidak peduli sama sekali. Dia hanya menginginkan apa yang menjadi haknya. Dan dia tidak ingin tampak seperti seorang pengemis.

"Uangku saat ini hanya seratus ribu. Dan itu juga yang kau ambil. Itu yang aku butuhkan. Jangan pernah berpikir aku ini seorang pengemis ketika aku bekerja keras untuk keluargaku di sini. Dan yah, terima kasih atas etika baikmu mengembalikan uang ini padaku." Azea langsung berlalu dari sana dan terlalu malas untuk berurusan lagi dengan Luqi.

"Sudahlah, jangan terlalu diambil hati. Sepertinya perempuan itu cukup menantang. Bagaimana kalau kita membuat tantangan baru sekarang?" ucap Glenn ketika Luqi kembali duduk di kursinya. Dia menepuk pundak Luqi sejenak untuk memberikan semangat kepada lelaki itu. Dia tahu kalau Luqi sudah kadung malu dengan apa yang dilakukan oleh Azea.

"Tantangan apa? Gue sudah terlalu malas melakukan tantangan atau juga taruhan saat ini. Dan tadi kau mengatakan kalau gadis itu cukup menantang? Tidak, menurut gue, dia gadis yang sangat keras kepala. Gue malas berurusan dengan gadis seperti itu lagi."

Glenn memandangi kedua temannya yang lain, sebenarnya dia punya ide yang bagus untuk ini.

"Bagaimana kalau kami memberikan tantangan yang baru aman lo? Tantangan agar lo membuat gadis itu jatuh hati ama lo, dalam waktu beberapa hari. Atau ... ambil saja waktu sesuka hati Lo, yang penting lo bisa membuat dia jatuh hati. Bagaimana?"

Luqi langsung melotot ke arah Glenn.

Apa? Membuat Azea jatuh hati sesaat setelah perempuan itu mempermalukan dirinya?

"Apa yang kau katakan ini? Lo gila! Berhenti bercanda!"

"Gue nggak bercanda sama sekali. Gue hanya merasa kalau tantangan ini akan sangat seru. Buat dia Jatuh hati ama lo, dan kita bisa merencanakan sesuatu yang lain setelah ini." Tiga teman Luqi pun saling memainkan alis dengan rencana licik mereka.

Terpopuler

Comments

si Umet

si Umet

seru 🤸🤸🤸

2023-06-05

2

sari emilia

sari emilia

innalillahi knp wanita baik2 d jdikn taruhan thor

2023-05-14

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!