Hari Pertama Kerja

Azea akhirnya bisa menghembus napas lega ketika dia datang tepat waktu. Tadi dia kesulitan menemukan taksi. Ponselnya juga tidak diisi kuota internet untuk memesan taksi online. Hari sudah mulai gelap dan memang hingga saat ini masih saja ada orang yang berbelanja di minimarket. Sama seperti sebelumnya, dia merasa sangat bersemangat bekerja di hari pertamanya. Dia juga berkenalan dengan para karyawan yang sudah lama bekerja di sana. Lingkungan yang cukup nyaman dan juga ada banyak orang yang terlihat begitu ramah di mata Azea. Dia sangat berharap bahwa ini bukan terjadi hanya pada permulaan, namun juga seterusnya mereka bisa menjadi teman bekerja atau juga di luar jam kerja.

"Jadi kau belum menyelesaikan kuliahmu?" tanya salah satu pegawai di sana. Sebut saja namanya dengan sebutan Elena. Dari wajahnya saja Elena tampak seumuran dengan Azea, mungkin lebih dewasa sekitar dua tahun dari Azea.

"Yah, aku bekerja paruh waktu untuk saat ini," ucapnya.

Minimarket itu ternyata cukup luas daripada minimarket biasa yang sering dia lihat. Bahkan di halaman depan minimarket itu juga terdapat beberapa kursi dan meja, persis seperti yang ada di sebuah cafetaria atau restoran kecil. Sangat cocok untuk dijadikan tempat nongkrong anak muda yang sedang mengerjakan pekerjaan kuliah atau sekolah.

"Sudah berapa lama kau bekerja di sini?" tanya Azea mencoba berbasa-basi dengan Elena.

Elena tersenyum sejenak sambil terlihat seperti sedang mengingat semua kenangannya di minimarket itu.

"Yah, sudah hampir dua tahun dari sekarang. Dulu aku bekerja di sini bersama beberapa temanku. Sekarang mereka sudah merantau dan mendapatkan pekerjaan baru. Ada juga yang membuka bisnis sendiri di rumah."

Azea membayangkan barangkali dia juga akan mengalami hal yang sama dengan Elena. Satu atau dua tahun ke depan, mungkin dia akan kehilangan banyak teman, tak terkecuali Jessica yang barangkali mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik setelah lulus kuliah nanti. Tidak menutup kemungkinan juga Jessica akan pergi ke luar negeri. Pada akhirnya dia hanya akan fokus pada dirinya sendiri. Kalaupun memang ada keberuntungan, dia mungkin bisa melangkah lebih jauh bila sudah memberikan sesuatu yang cukup untuk ibu dan adiknya.

Dia ingin memiliki tabungan yang cukup untuk ibunya nanti di masa tua. Dia juga ingin memiliki tabungan untuk pendidikan adiknya. Dan dia bisa fokus pada karir yang bisa dia kembangkan dari hari ke hari. Itu pun kalau memang keberuntungan itu datang padanya. Jika tidak, mungkin akan lebih baik apabila dia menerima kehidupannya yang monoton.

Di hari-hari atau juga minggu-minggu pertama cukup menyenangkan bagi Azea minimarket itu. Dia seringkali meluangkan waktu untuk teman-teman kerjanya. Terkadang juga kalau tidak ada urusan yang terlalu penting, mereka biasa makan bersama, walau hanya di depan minimarket itu atau juga di sebuah cafe yang tidak jauh dari tempat mereka bekerja.

Namun seperti yang sudah sering dia alami selama ini, tidak selamanya pekerjaannya berjalan dengan lancar. Terkadang ada juga suatu masalah, entah karena kesalahannya sendiri atau juga kesalahan para pembeli.

Seperti yang dia alami malam ini ketika ada sekelompok anak muda yang terlihat seumuran atau juga lebih tua darinya, menyerbu minimarket itu untuk berbelanja. Mereka berkelompok dan membuat sedikit keributan di minimarket itu. Namun tak ada satu pun para pegawai yang berani untuk menegur mereka, kecuali mereka sudah berbuat sesuatu di luar batas. Para pegawai di minimarket itu pun lebih mementingkan kenyamanan para pembeli daripada kenyamanan mereka sendiri. Mereka berprinsip untuk tidak melakukan apa pun yang bisa menyinggung para pembeli. Karena itulah tidak ada yang menegur sama sekali.

"Bukannya tadi mau beli camilan buat Luqi?" tanya salah satu pemuda berambut tebal kepada kedua temannya yang lain. Azea hanya melihat dari jauh sambil mengepel lantai minimarket itu. Dia tetap tidak mengatakan apa pun dan membiarkan tiga orang pemuda itu memilih apa pun yang mereka inginkan. Mungkin dengan kata lain untuk saat ini, Azea memilih untuk tidak peduli. Dia juga tidak khawatir kalau ketiga pemuda itu akan mencuri. Lagi pula ada banyak CCTV di sana yang bisa menjadi bukti.

Akan tetapi, beberapa menit kemudian ketika ketiga pemuda itu belum juga keluar dari sana, terdengar seperti suara barang-barang jatuh. Azea dan para pegawai lainnya tentu saja terkejut. Ketika Azea berjalan untuk menghampiri ketiga pemuda itu, dia sudah melihat ada banyak sirup yang pecah dan berceceran di lantai yang baru saja dia bersihkan.

Azea sampai bertolak pinggang dan menatap tidak percaya kepada ketiga pemuda itu. Dia ingin meluapkan kemarahannya, namun tidak tahu harus dengan cara apa meluapkannya. Ketika pemuda itu sudah berbuat di luar batas di minimarket mereka. Ketika pemuda itu sudah melakukan pengrusakan bahkan sebelum mereka membayar barang-barang tersebut.

"Bagaimana ini bisa terjadi?" tanya Azea dengan suara dingin, berharap ketiga pemuda itu bisa memahami kalau saat ini dia sedang marah. Dia juga berharap ketiga pemuda itu bisa menyelesaikan masalah tersebut malam ini juga dan tidak boleh menunda lagi.

Ketiga pemuda itu sejenak terdiam. Mereka bersitatap seolah ingin berbicara hanya dengan tatapan mata. Melempar tanggung jawab ke sana kemari dan tidak mau melakukan apa pun untuk menyelesaikan masalah itu malam ini juga. Mereka bisa dibilang masih labil, meskipun sudah seumuran dengan Azea. Mungkin gaya hidup mereka yang membuat ketiganya tidak terbiasa untuk bertanggung jawab terhadap apa yang mereka lakukan.

"Maaf, Mbak. Kami tidak sengaja sama sekali," ucap lelaki berambut pirang yang sekarang melotot ke arah temannya yang berambut hitam tebal itu. "Gara-gara kamu, sih, Glen!" ucapnya lagi kepada lelaki berambut hitam tebal itu yang dia sebut dengan nama Glen.

"Lah, kok malah salahku, sih? Kan tadi kamu yang dorong aku."

Azea hanya bisa menggeleng melihat tingkah kekanakan dari ketiga lelaki itu yang tidak mau bertanggung jawab atas apa yang mereka lakukan. Bukan hanya ada satu sirup yang pecah dan tumpah di sana, namun juga ada beberapa barang lain yang sekarang berserakan di lantai. Entah apa yang mereka lakukan tadi. Mungkin Azea perlu mengecek CCTV.

"Ok, saya tidak butuh drama saling menuduh sekarang. Saya hanya butuh pertanggungjawaban dari kalian. Tolong ganti rugi semua barang yang kalian rusak di minimarket ini. Berani berbuat, maka berani bertanggung jawab. Itu suatu prinsip yang sederhana dan diketahui oleh semua orang, bukan? Saya yakin orang yang sudah dewasa seperti kalian juga sudah memahami prinsip itu. Dan saya sangat berharap kalau kalian bisa menerapkannya dalam kehidupan kalian."

Ketiga lelaki itu hanya menggaruk kepala dan terlihat bingung harus melakukan apa. Merasa harus mempertanggungjawabkan apa yang mereka lakukan malam ini.

Terpopuler

Comments

si Umet

si Umet

👏👏👏

2023-06-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!